6 Langkah Menyelamatkan Lingkungan Mulai dari Keluarga

Sumber: freepik

Dunia yang kita tempati ini sedang mengalami berbagai krisis. Di antaranya adalah krisis lingkungan yang sangat berat yaitu krisis perubahan iklim, polusi dan musnahnya keragaman hayati. Ini tentu karena ulah manusia sendiri. Karena itu, manusia juga yang harus bertanggungjawab untuk membenahinya.

Saat ini kita merasakan bagaimana dampak perubahan iklim dalam kehidupan sehari-hari. Dari musim yang tak menentu berakibat pada musim tanam yang tak jelas, banjir, panas ekstrim, musim kemarau yang panjang dan lainnya. Begitu pun dengan persoalan sampah yang menggunung belum sepenuhnya teratasi.

Ditambah lagi dengan persoalan impor sampah dari Amerika dan Eropa yang membebani kita dari ancaman bahan beracun yang terbawa dalam sampah tersebut. Berdasarkan data UN Comtrade, Indonesia mengimpor sampah plastik hingga US$30,4 juta dengan volume 53,76 juta kilogram (kg) pada Januari hingga November 2022. Sementara, nilai ekspor sampah plastik dari Indonesia sebesar US$6,75 juta dengan volume 8,6 juta kg.(dataindonesia.id). Belum lagi musnahnya keragaman hayati baik flora maupun fauna yang akan mempengaruhi keseimbangan alam ini.

Persoalan-persoalan tersebut tentu harus segera diatasi terutama dengan kepedulian dan inisiatif Pemerintah didukung oleh keterlibatan korporasi sebagai pelaku ekonomi dan masyarakat sebagai konsumen. Tiga komponen ini harus bekerjasama dan bersinergi untuk menyelesaikan masalah lingkungan ini. Untuk mewujudkan itu, langkah kecil bisa dimulai dari keluarga.  

Pertama, mematikan listrik jika tidak diperlukan. Mengapa demikian? Karena pembangkit listrik PLN menggunakan bahan bakar fosil atau tak terbarukan seperti minyak, batu bara dan gas. Menurut laporan Statistik PLN, sepanjang 2021 pembangkit listrik PLN menggunakan bahan bakar minyak (BBM) sebanyak 3,09 juta kiloliter (kl). Angka tersebut meningkat 15,76% dari tahun 2020 yang hanya 2,67 juta kl. Begitu pun dengan pemakaian batu bara dan gas untuk bahan bakar pembangkit listrik, dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Dan suatu saat akan habis jika tidak ada kesadaran untuk menghemat dan upaya alternatif lain.

Kedua, hemat air bersih. Menggunakan air secara bijak misalnya dengan menggunakan air bekas untuk keperluan lain seperti menyiram tanaman. Laporan Proyeksi Ketersediaan Air oleh Badan Pusat Statistik bahkan menyebutkan, ketersediaan air per kapita di Indonesia diprediksi pada 2035 tersisa 181.498 meter kubik per kapita per tahun, berkurang jauh dari ketersediaan pada tahun 2010 yang mencapai 265.420 meter kubik per kapita per tahun.  

Ketiga, mengurangi sampah plastik dengan membawa tas sendiri ketika berbelanja di tukang sayur atau warung. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang dilansir dari Kompas.id, proyeksi timbulan sampah plastik di Indonesia terus meningkat dalam hampir sedekade terakhir. Pada 2025 diproyeksikan mencapai 9,9 juta ton, juga setara 13,98% dari total volume timbulan sampah periode tersebut.

Keempat, memilah dan mengolah sampah rumah tangga. Menurut data KLHK, jumlah timbunan sampah di Indonesia yaitu mencapai 69,9 juta ton per tahun. Jumlah sampah tersebut tentu dapat dikurangi jika masyarakat dalam level keluarga sudah bergerak dengan memilah dan mengolah sampahnya sendiri. Sampah plastik bisa dipilah dan dikumpulkan. Kegiatan tersebut dapat meningkatkan nilai ekonomi dari sampah tersebut. Sampah organik dapat diolah menjadi kompos dan ini dapat menjadi pemasukan ekonomi bagi keluarga.

Kelima, mengurangi pemakaian BBM (Bahan Bakar Minyak) dengan memilih jalan kaki atau menggunakan sepeda untuk keperluan yang tidak jauh dari rumah. Dengan mengurangi pemakaian BBM kita berkontribusi dalam mengurangi pencemaran udara dan pemanasan global (Global Warming).

Keenam, makan secukupnya jangan sampai membuang makanan. Menurut data KLHK, jumlah timbunan sampah makanan sebesar 28,6 juta ton per tahun atau sekitar 41% dari total jumlah sampah.  Kondisi ini menjadi ironis mengingat sekitar 8,3 persen penduduk Indonesia atau sekitar 22,4 juta orang masih dalam keadaan kekurangan pangan.   

Itulah enam langkah sederhana yang bisa kita dilakukan sebagai masyarakat dalam berpartisipasi  menyelamatkan lingkungan dari krisis perubahan iklim, polusi dan musnahnya keragaman hayati. (MA)           

0 0 votes
Article Rating
Visited 1 times, 2 visit(s) today

admin

Admin qobiltu bisa dihubungi di e-mail qobiltu.co@gmail.com

admin
Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x