Hati-Hati Inilah Bahaya Media Sosial Terhadap Pernikahan dan Keutuhan Keluarga
Sekarang ini siapa sih yang tidak menggunakan media sosial seperti facebook, twitter, Instagram, youtube atau sejenisnya? Hampir semua orang terutama generasi milenial dan generasi Z menggunakannya.
Berdasarkan hasil riset Wearesosial Hootsuite yang dirilis Januari 2019 pengguna media sosial di Indonesia mencapai 150 juta atau sebesar 56% dari total populasi. Jumlah tersebut naik 20% dari survei sebelumnya. Sementara pengguna media sosial mobile (gadget) mencapai 130 juta atau sekitar 48% dari populasi.
Media Sosial mana yang paling banyak penggunanya? Masih menurut Wearesosial Hootsuite youtube menduduki peringkat pertama dengan jumlah pengguna 88%, disusul whatsapp 83% kemudian facebook 81% dan instagram 80%. Sementara Line dan Twitter masing-masing mendapat 59% dan 52% pengguna.
Bahaya Sosial Media bagi Pernikahan dan Keluarga
Tidak dapat dipungkiri bahwa media sosial banyak berperan penting dalam membantu hubungan jarak jauh atau Long Distance Relationship (LDR) bagi pasutri maupun keluarga. Namun demikian, media sosial juga mempuyai dampak negatif bagi pernikahan maupun keluarga.
Darren Adamson, PhD,, LMFT, Ketua Departemen Perkawinan dan Ilmu Keluarga di Northcentral University, seperti yang tercantum di websitenya menjabarkan tiga potensi bahaya yang dihadapi pasangan.
Pertama, media sosial mempuyai karakter kompulsif. Artinya para pengguna media sosial sulit untuk mengontrol berapa waktu yang digunakan untuk media sosial. Ia akan terus menggunakan seakan tidak mengenal waktu dan tempat. Bisa pagi, siang, sore dan malam. Bisa di rumah, di sekolah, jalan, tempat ibadah dan tempat lainnya. Bahkan ketika mereka sedang bersama pasangan atau keluarga. Secara fisik dekat, berkumpul. Tapi pikirannya dan konsentrasiya ke hp. Seakan ada ketergantungan yang sangat kuat yang sulit untuk menghentikannya.
Bahkan, menurut sebuah studi yang dikutip oleh PsychCentral, mahasiswa Amerika menggambarkan bahwa abstain dari media sosial sama seperti cara mereka menggambarkan penarikan narkoba dan alkohol — mengidam, gelisah, merasa gelisah.
Bisa dibayangkan jika hal ini terjadi pada pasutri dan keluarga? Ada seorang teman yang berseloroh media sosial tidak hanya menyebabkan penggunanya menjadi a-sosial tapi juga menjadikannya tuli, tidak bisa mendengar. Karena saking fokusnya ke media sosial atau hp ia tidak peduli lagi apa dengan apa yang ada di sekitarnya dan bahkan ketika ada orang yang memanggilnya ia juga tidak bisa mendengarnya. Jika hal ini terjadi, pasangan bisa saja merasa tidak diperhatikan atau dibutuhkan lagi. Pada akhirnya kemarahan dan cek-cok pun tidak bisa dihindari.
Kedua, tergiur kepunyaan orang lain. Media sosial seringkali dimanfaatkan para penggunanya untuk berbagi berbagai macam hal. Dari keluhan kehidupan, makanan, belanjaan, isi rumah, baru beli baju baru, mobil baru atau jalan-jala ke luar negeri dan lainnya. Hal ini tentu dilihat oleh pengguna lainnya. Hal tersebut sedikit banyak mempengaruhi pengguna lainnya. “Kok mereka bisa beli ini beli itu, jalan-jalan ke luar negeri kesana kemari” dan lain sebagainya.
Menurut Adamson hal ini dapat menyebabkan keputusasaan dan mengakibatkan konflik. “Keputusasaan itu dapat menyebabkan konflik, ketakutan, harapan yang tidak realistis — mengapa Anda tidak bisa seperti pasangan yang digambarkan dalam posting media sosial? —Atau ketidakpuasan menyeluruh terhadap hubungan.”
Ketiga, media sosial berpotensi menjalin banyak hubungan baru dengan orang yang benar-benar baru maupun hubungan dengan teman lama terjalin kembali. Hubungan baru ini, misalnya diawali dengan melihat tampilan foto yang sudah semakin canggih dan berkomunikasi secara terus menerus bisa jadi memunculkan getaran-getaran kesukaan di hati. Hal ini menurut Adamson bisa menyebabkan kehancuran hubungan yag sudah terjalin, baik dalam ikatan keluarga maupun hubungan di luar pernikahan.
Dari paparan ini, jelas bahwa media sosial mempunyai potensi yang sangat besar mengakibatkan perpecahan hubungan pernikahan maupun keluarga. Menghindar dari media sosial juga mungkin pilihan yang sulit di zaman yang hampir semua aktifitas berkaitan dengan teknologi . Pada akhirnya kearifan kita menggunakan media sosial yang diharapkan dapat mengurangi dampak negatif media ini bagi kelangsungan pernikahan maupun hubungan dalam rumah tangga secara keseluruhan. []