Hasil Penelitian: Media Sosial Berdampak Negatif Terhadap Hubungan Pernikahan

Suatu hari seorang perempuan mengeluhkan sikap suaminya yang terlalu sibuk dengan media sosialnya. Sehingga ia merasa sendiri, merasa dicuekin, merasa tidak berarti dihadapan suaminya. Sementara sang suami intim dengan media sosialnya. Dari bangun tidur, siang sampai tidur lagi tidak lepas dari media sosialnya.
Di lain waktu, kita juga sering mendengar seseorang yang menjalin hubungan melalui media sosial dengan mantan pacarnya waktu sekolah dulu yang sudah lama ia tidak bertemu. Banyak lagi cerita tentang seseorang yang menjalin hubungan asmara dengan teman lamanya atau teman barunya meskipun ia sudah mempunyai pasangan dalam hubungan pernikahan.
Begitu besar pengaruh media sosial seperti Facebook, Twitter dan Instagram terhadap keberlangsungan hubungan pernikahan. Sebuah penelitian mengatakan bahwa media sosial adalah sebagai salah satu sumber untuk mendapatkan dukungan. Namun demikian, media sosial juga menjadi penyebab hadirnya konflik dan beberapa perasaan negatif di antara pasangan pernikahan.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hina Gull, dkk yang berjudul Impact of Social Media Usage on Married Couple Behavior a Pilot Study in Middle East menunjukan bahwa media sosial adalah penyebab utama dampak negatif pada kehidupan pasangan pernikahan. Penelitian ini melibatkan sekitar 287 responden dari enam Negara Timur Tengah: Bahrain, Jordan, Kuwait, Oman, Saudi Arabia dan United Arab Emirates.
Dalam penelitian ini ada sejumlah aktifitas yang dilihat. Pertama, memantau profil pasangan. Hasilnya cukup mengejutkan 68% responden percaya bahwa mereka tidak penasaran dengan aktivitas online pasangan mereka.
Kedua, faktor menarik kedua yang dilihat dalam penelitian ini adalah mengetahui tentang tampilan atau penyembunyian status hubungan pada profil mereka. Sebagian besar responden berpendapat bahwa status hubungan di profil mereka tidak memiliki dampak apa pun terhadap hubungan mereka.
Ketiga, melihat faktor kecemburuan dalam Hubungan. Kecemburuan kepada pasangan seringkali mencuat ketika seseorang memberikan komentar kepada temannya di media sosial. Pada penelitian ini kecemburuan sangat terdistribusi secara merata pada setiap responden.
Keempat, penelitian ini juga melihat pandangan para responden terkait pentingnya penggunaan waktu bermedia sosial. Hasilnya sebagian besar responden yaitu 47% berpendapat perlunya ada pembatasan waktu dalam penggunaan sosial media bagi pasangan. Sementara 21% responden tidak percaya dengan perlunya pembatasan waktu dalam bersosial media.
Kelima, Jika perlu adanya pembatasan waktu untuk bersosial media, berapa jam waktu yang tepat untuk dialokasikan untuk bersosial media. Sekitar 80% responden berpendapat bahwa 1-3 jam itu cukup untuk digunakan bermedia sosial, lebih dari itu ditolak oleh sebagian besar responden.
Demikian dampak negatif media sosial terhadap hubungan pernikahan. Perlu ada kesepakatan-kesepakatan pasangan dalam penggunaan waktu untuk bermedia sosial. Sehingga tidak ada salahsatu pihak yang merasa dirugikan.***