Jangan Lupa Bahagia, Meski Hidup Bersama Orangtua Yang Depresi

Ilustrasi: freepik.com

Jelek atau buruk, orang tua tetap orang tua. Sebagai anak kita tetap harus memiliki akhlak untuk tetap selalu berbakti kepada orang tua, apapun keadaannya. Di Australia, 5% orang tua jompo tinggal di rumah panti jompo dan biasanya mereka di panti Jompo karena alasan kesehatan mental salah satunya. Namun di Indonesia, orang tua yang mengalami sakit mental justru kadang tidak terdeteksi oleh anggota keluarga dan yang dirawat di panti jompo biasanya tidak hanya alasan depresi tetapi karena faktor lain juga dan bahayanya kemudian jika orang tua yang kita rawat ternyata depresi akan rentan memicu konflik dalam keluarga jika memang tidak bisa dihadapi dengan baik.

Banyak penyebab yang bisa menimpa orang tua baik itu ibu atau ayah yang menyebabkan mereka jatuh pada kondisi depresi misalnya sakit degeneratif, ekonomi, bangkrut, PHK, perceraian, kematian, kekerasan rumah tangga hingga usia. Istilah depresi sendiri menurut WHO (2017) merupakan gangguan kesehatan jiwa yang menjadi beban kesehatan terbesar di dunia. Depresi menjadi penyebab disabilitas terbesar di seluruh penjuru dunia serta menyumbang beban ekonomi yang besar bagi Negara. Meski 21,8 % angka prevalensi depresi itu dialami oleh kalangan remaja (Peltzer, K.,& Pengpid, S.2018)  namun tingkat depresi global menunjukkan angka 12,1% kepada usia lainnya termasuk kalangan orang tua.

Ada Beberapa Tanda Atau Ciri Orang Tua Depresi ;

  • Jika Ayah atau ibu kita depresi maka kita bisa jadi melihat mereka kadang menampakkan wajah yang berbeda-beda pada setiap orang. Mereka akan nampak kehilangan minat dan hasrat pada kegiatan yang biasanya mereka nikmati, misalnya hobi berkebun atau bermain golf, atau bahkan menghadiri acara keluarga.
  • Ayah atau ibu juga mungkin mengekspresikan kesedihan, keputusasaan dan/atau ketidakberdayaan. Terkadang, keputusasaan akan tampak dengan ayah/ibu mengumpat, mengomel, mengungkapkan kemarahan atau kekesalan, hingga mengeluhkan tentang gejala fisik seperti kelelahan, sakit dan nyeri, seperti sakit kepala, sakit perut, atau sakit punggung — dengan alasan yang tidak jelas.
  • Mereka (ayah/ibu) mungkin akan tidur lebih lama atau lebih jarang dari biasanya.
  • Mereka bisa juga mengalami kenaikan/penurunan berat badan drastis belakangan ini.
  • Beberapa gejala lain adalah kebiasaan minum alkohol berlebih atau terlalu sering merokok, penyalahgunaan obat-obatan (penggunaan berlebihan dari obat tidur atau penghilang nyeri), plin-plan, berantakan, dan cepat lupa.
  • Beberapa dari orang tua juga mungkin menunjukkan gejala fisik lebih sering daripada gejala emosionalnya. Umumnya bagi golongan usia menengah lanjut untuk mengidap depresi setelah kematian seseorang yang dicintai (pasangan, atau keluarga dekat, bahkan anak), kehilangan kemandirian (akibat usia atau masa pensiun) dan masalah kesehatan lainnya.

Di sini kita sebagai anak perlu memahami gejala depresi yang ditunjukkan oleh orangtua.  Setelah memahami gejala dan ciri kita harus bisa lebih bersabar dan mencari tahu bagaimana baiknya menghadapi orangtua dengan keadaan depresi.

Ada beberapa kisah tragis yang penulis dapatkan di sekitar misalnya beberapa waktu lalu ditemukan seorang ayah gantung diri di rumah, ada juga cerita seorang ibu yang tidak pernah mau mengasuh anaknya sejak ia melahirkan anak bungsunya sehingga suami atau ayah dari sang anak dan anak lainnya harus terus menjaga stabilitas si ibu pun menjaga anak /adik bungsu karena beberapa kali menjadi sasaran tindakan kekerasan si ibu tadi.

Kembali kepada satu nasehat yang penulis pernah dapatkan dari seorang tokoh agama, bahwa tidak ada keamanan tanpa keimanan. Modal utama yang harus dimiliki kita sebagai anak jika memang ditakdirkan memiliki orang tua yang kena depresi atau sakit mental memang keimanan. Bagaimana kita ikhlas dan yakin bahwa keadaan ibu/ayah memang sudah kehendak Allah dan bisa jadi merupakan ujian bersama dalam keluarga. Keimanan ini menbuat kita akan lebih kuat, sabar dan mampu bertindak untuk keamanan.

Selain itu Ada Beberapa Hal Secara Teknis Bisa Diupayakan misalnya;

  1. Menjaga diri sendiri dengan baik agar dapat tetap sehat, layaknya orangtua kita yang sedang depresi, karena tanpa kita memperhatikan diri kita sendiri maka belum tentu juga kita akan mampu merawat dan memberikan kesejahteraan fisik dan mental kepada orang tua kita. Jadi kesehatan diri adalah tetap prioritas utama.
  2. Pastikan bahwa kita tidak jatuh pada kondisi terpuruk, dengan kata lain, pastikan kita telah memenuhi kesejahteraan dan kebahagiaan untuk diri kita sendiri dahulu sebelum mencoba untuk membantu orang tua kita yang mengalami depresi
  3. Perhatikan gerak-gerik orang tua kita. Orang-orang tua biasanya sering berkata “Nggak apa apa,” atau “Nggak, ibu/ayah tidak kesepian”, atau apa saja yang intinya menolak dianggap susah. Maka dari itu, perhatikanlah gerak-gerik remeh namun tampak tidak biasanya, seperti meremas tangan berlebihan, cepat marah atau tersinggung, atau sulit untuk duduk tenang.
  4. Ajak mereka bicara tentang perasaannya. Orangtua cenderung lebih sulit untuk mengatasi kehilangan dengan baik, tidak seperti kaum muda, karena tahun-tahun yang selama ini ia jalani menambah makna di balik momen tersebut.  Anda dapat membantu ayah/ibu Anda dengan mengakui arti penting di balik kehilangannya: Tanyakan pada ayah/ibu Anda apa yang mereka rasakan setelah kehilangan tersebut (“Bu/Pak, baik-baik saja?) Mau cerita?”; “Sudah makan? Lagi apa, pak/bu?”.  Penting untuk mendengarkan tanpa menghakimi, serta menghormati perasaan mereka. Mendengarkan menawarkan kenyamanan dan dukungan langsung. Penting untuk diingat bahwa menjadi pendengar yang baik dan penuh kasih jauh lebih baik daripada memberi nasihat. Kita tidak harus mencoba untu “memperbaiki” orang tersebut; orang-orang tidak suka diperbaiki — kita hanya harus mendengarkan dengan penuh perhatian.
  5. Ajak orangtua kita untuk menemui dokter atau seorang terapis guna mendiskusikan gejala yang ia alami. Depresi membuat seseorang memiliki motivasi dan energi yang minim untuk melakukan sesuatu, bahkan beranjak pergi ke dokter. Oleh karena itu, akan lebih baik jika kita yang membuatkan janji temu pertama kalinya (setelah persetujuan) dan menemani mereka selama sesi konsultasi berlangsung. Awasi terus rencana pengobatan orangtua kita untuk memastikan bahwa ia mengikuti setiap langkah perawatan dengan baik, termasuk rutin minum obat dan menghadiri setiap sesi terapi.
  6. Teruslah berada di sampingnya. Dukung ayah/ibu untuk meneruskan terapi dan konsumsi obat-obatan hingga selesai, bahkan ketika mereka merasa sudah lebih baikan. Alasan dari kondisinya yang semakin membaik saat ini adalah karena pengobatannya. Jika ia memaksa untuk mmenghentikan obat-obatannya, bicarakan dengan dokter penanggungjawab orangtua terlebih dahulu. Dokter mungkin akan merekomendasikan ayah/iibu kita untuk menurunkan dosis obat secara perlahan sebelum benar-benar memutuskan pengobatan keseluruhan, sekaligus juga untuk mencegah gejala datang kambuh di kemudian hari.
  7. Membantu kegiatan kegiatan kecil di rumah. Sebaiknya, bantu orangtua Anda mengerjakan sesuatu hal dalam porsi-porsi kecil dan pujilah mereka atas segala upaya yang mereka lakukan. Sesekali, cek keadaan orangtua kita dari waktu ke waktu, terutama jika kita tidak lagi tinggal seatap dengan mereka. Minta seorang teman atau tetangga dekat yang kita percaya untuk mampir ke rumah ayah/ibu Anda secara teratur. Jika gejala depresi tampak memburuk, hubungi terapisnya. Jika orangtua kita berhenti merawat dirinya sama sekali, berhenti makan, dan mengisolasi diri, sekarang waktunya kita campur tangan.
  8. Jangan berharap orangtua yang depresi untuk dapat membaik dengan cepat. Kebanyakan antidepresan butuh waktu berminggu-minggu hingga efektif, dan mungkin butuh berbulan-bulan atau bahkan tahunan untuk menyelesaikan terapi. Latih kesabaran kita dan juga orangtuakita, serta tawarkan dukungan emosional.

Akhirnya, kehidupan dunia memang ajang latihan buat kita untuk bisa terus bersabar dan kuat menghadapai apapun yang terjadi di hadapan kita. Jangan lupa bahagia setiap saat meski orang tua kita menggalami depresi![]

Daan Dini
Latest posts by Daan Dini (see all)
0 0 votes
Article Rating
Visited 1 times, 1 visit(s) today

Daan Dini

Mantan redaktur pelaksana Swara Rahima, founder Aminhayati Educares dan dosen di STAI Haji Agus Salim.

dini khairunida
Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x