Kiat Meraih Surga Bersama Keluarga (Bagian 4) Mewujudkan Qurrata A’yun pada Anak

Ilustrasi: freepik.com

Ibrah (pelajaran) berikutnya yang kita dapatkan dari kisah kholilullah Ibrahim AS adalah sifat sabar. Sifat ini dimiliki tidak hanya pada diri Ibrahim AS, tapi juga pada istrinya, Hajar dan anaknya Ismail.

Pada Ibrahim AS kita lihat betapa sabarnya beliau dalam berdo’a meminta keturunan. Dalam waktu yang cukup lama, do’a beliau baru dikabulkan yang akhirnya beliau mempunyai anak. Kedua, sabarnya beliau saat menjalankan perintah Allah untuk pergi ke Mekah membawa istri dan anak beliau yang masih kecil lalu beliau diperintahkan untuk meninggalkan keluarganya tersebut untuk kembali ke Mekah, padahal jarak Mekah dan Palestina sangatlah jauh, terlebih saat itu yang belum ada transportasi seperti saat ini.

Demikian pula istrinya, Hajar. Beliau dengan sabar mengikuti suaminya ke Mekah dangan membawa anaknya yang masih kecil, Ismail AS. Lalu ditinggalkan oleh Ibrahim AS dengan perbekalan yang tidak banyak, kemudian menunggu kedatangan suami sambil merawat dan mendidik anaknya. Semua dilakukannya dengan penuh kesabaran, karena dia sadar itu semua dilakukan suaminya dalam rangka melaksanakan perintah Allah SWT.

Sementara anaknya, Ismail juga sama. Dengan gemblengan dan didikan ibunya, Ismail tumbuh menjadi remaja yang taat, sabar dan patuh pada orang tuanya. Kesabaran yang dimiliki Ismail disamping didikan sang ibu, bisa jadi karena pengaruh lingkungan terutama saat Ismail menjadi penggembala domba. Dan memang para nabi dan rasul dalam perjalanan hidup atau sirohnya,  pada umumnya pernah menjadi penggembala kambing, sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW:

Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:

مَا بَعَثَ اللَّهُ نَبِيًّا إِلاَّ رَعَى الْغَنَمَ » . فَقَالَ أَصْحَابُهُ وَأَنْتَ فَقَالَ « نَعَمْ كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لأَهْلِ مَكَّةَ »

“Tidaklah Allah mengutus seorang nabi kecuali (pernah) menggembalakan kambing” Para sahabat bertanya: “ Juga Engkau ya Rasul?” Rasul bersabda: “ Iya, aku pernah menggembala dengan imbalan beberapa qirath dari pendudukn Mekah.” (HR. Bukhori)

Ibnu Hajar al-Asqolani dalam kitabnya Fathu al-Bari, ketika mensyarah hadits ini beliau mengatakan bahwa hikmah di balik penggembalaan kambing sebelum masa kenabian adalah agar para nabi terbiasa mengatur kambing yang nanti dengan sendirinya akan terbiasa menangani problematika umatnya.

Dan juga dengan kambing akan dilatih untuk sabar dalam menyantuni dan mengayomi. Karena kambing apalagi dalam jumlah banyak kemudian ada yang berpisah, maka harus ada kemampuan untuk mengatur kambing-kambing tersebut karena kambing ada yang gampang diatur dan ada juga yang sulit. Maka kesabaran tersebut akan membantu mereka dalam membimbing ummat. ( Fath al-Bari bi Syarh Shohih al-Bukhori, Juz 4, hadits no 2.200, hal. 516).

Dengan sifat yang demikian luar biasa bagi remaja seusia beliau, maka tidak heran ketika sang ayah Ibrahim AS menyampaikan perintah Allah untuk menyembelih dirinya, sang putra menjawab dengan jawaban yang santun dengan kalimat yang menggetarkan jiwa, kalimat yang—mungkin pada saat ini— sangat sukar kita dapatkan pada anak-anak seusia Ismail. Jawaban dari seorang anak yang sudah demikian tertanam iman dan ketaatannya untuk berbakti pada Alah dan orang tuanya. Jawaban dari seorang anak remaja  yang merupakan hasil dari proses pendidikan keluarga yang luar biasa.

Perhatikan kalimat jawaban ismail yang menggetarkan jjiwa tersebut kala menjawab pertanyaaan ayahnya. Kalimat yang menggambarkan keridhoan dan keikhlasannya akan apa yang terjadi pada dirinya. Dan Ismail pasti sadar betul, bila perintah tersebut dilaksanakan ayahnya, maka berarti dia akan meninggalkan dunia, meninggalkan  ibu serta ayah yang dikasihinya. “If’al ma tu’maru Satajiduniy in syaa Allah min ash-Shabirin, “ Lakukan ayah …in syaa Allah ayah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قالَ يا بُنَيَّ إِنِّي أَرى‏ فِي الْمَنامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ ما ذا تَرى‏ قالَ يا أَبَتِ افْعَلْ ما تُؤْمَرُ سَتَجِدُني‏ إِنْ شاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرينَ

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (Q.S. ash-Shaffāt: 102).

Dari ayat di atas, kita juga bisa mengambil ibrah yang lain dari keluarga Ibrahim AS, yaitu: Kesantunan dan kasih sayang orang tua pada anak serta terbangunnya komunikasi dan dialog antara orang tua dan anak. Disitu ada dialog, ada komunikasi antara dirinya dengan anaknya. Pelajaran ini hendaknya kita jalankan juga di keluarga kita, untuk membangun dialog dengan anak terutama ketika anak sudah baligh dan dewasa, sudah bisa diajak berbicara dan tukar pikiran.

Dan bila kita gagal, maka akan  akan berpengaruh pada kesuksesan kita dalam mendidik anak. Anak tidak betah di rumah, anak justru sering curhat pada orang lain dibanding diri kita. Ketika mereka menghadapi persoalan yang membutuhkan bimbingan dan arahan dalam mencari solusinya, mereka justru mencurahkan dan mengeluhkannya pada temannya atau orang lain. Yang bisa jadi solusi yang didapatkan bukan solusi yang tepat, tapi solusi yang menimbulkan permasalahan baru yang justru lebih mendatangkan madharat buat dia, bahkan keluarga. Tidak seperti motto—-meminjam istilah pegadaian— “menyelesaikan masalah tanpa masalah.”

Bangun komunikasi, bangun dialog dengan bijak. Anak adalah invertasi kita di masa depan, bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat. Di akhir tulisan, saya ingin menyampaikan kata-kata yang tidak jarang saya ucapkan kepada para sahabat dan jamaah pengajian “Salah satu faktor kegagalan orang tua dalam mendidik anak adalah karena ketidakmampuannya dalam membangun komunikasi dan dialog dengan anaknya.”

Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat.

5 1 vote
Article Rating
Visited 1 times, 1 visit(s) today

Ahmad Rusdi

Ahmad Rusdi, pernah belajar di Ma'had Fath al Islami Damaskus, guru ngaji, dan ASN Kementerian Agama RI.

Ahmad Rusdi
Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x