Kisah Bang Oman, Marbot Mushala yang Diumrahkan PSTORE

Sumber foto: Dok. Pribadi

Pada bulan Ramadan yang lalu, masyarakat di sekitar Condet Jakarta Timur sempat dihebohkan dengan kabar seorang marbot mushala yang diumrahkan oleh PSTORE. Kabar itu begitu cepat menjalar dari mulut ke mulut. Atas kabar tersebut Qobiltu tergerak untuk mewawancarai marbot tersebut.

Setelah mendapatkan nomor handphone marbot mushala tersebut, saya mencoba menghubunginya dan meminta kesediaan waktunya untuk mewancarainya terkait kabar keberangkatan umrahnya.

“Bang, saya jam 1 nganter les ke TMII nungguin langganan sampai jam 1/2 3 jadi saya aja ke rumah abang entar saya telp ya.”

Begitu sebuah pesan WA masuk dan ada telp yang masuk ke hp saya yang tidak terangkat. Waktu itu memang saya tidak mendengar ada panggilan telp. Akhirnya pertemuan itu gagal terjadi.

Hari berikutnya saya mencoba menghubunginya lagi dan meminta kepadanya untuk menghubungi saya kalau sudah punya waktu untuk bercerita tentang pengalamannya sampai bisa diberangkatkan umrah oleh PSTORE.

Siang itu, disela-sela kesibukannya melayani pelanggan jasa transportasinya, sekitar jam 11 ia datang ke rumah. Ia memulai bercerita dari awal mula aktif di mushala sampai diberangkatkan umrah.

Abdurahman namanya. Usianya 53 tahun. Ia biasa dipanggil Bang Oman. Sejak krisis ekonomi tahun 1997/98, ia termasuk orang yang terkena PHK. Untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, ayah dua anak itu memutuskan membeli motor bekas dan memulai profesi sebagai tukang ojeg di sekitar tempat tinggalnya.

Waktu itu ia belum aktif di Mushala. Bang Oman masih sering shalat di rumah. Kemudian, atas ajakan saudaranya. Ia kemudian mulai aktif shalat berjama’ah di Mushala al-Barkah yang lokasinya tidak jauh dari rumahnya. “Ayo ke Mushala.” Kata dia menirukan ajakan saudaranya.

Seiring berjalannya waktu, ia diminta oleh pengurus Mushala tersebut untuk membantu membersihkan Mushala.

“Begini Pak Oman, kalau saya suruh-suruh mau gak di Mushala. ya bersih-bersihin gitu.” Kata Pak RW waktu itu. “Kapan-kapan nanti ada uang rokoknya.” Kata dia menirukan perkataan Pak RW yang sekaligus pengurus mushala itu.

Singkat cerita, ia akhirnya ditunjuk untuk menjadi marbot mushala tersebut. Ia bertugas membersihkan Mushala, adzan dan menyiapkan berbagai kebutuhan jama’ah ketika ada kegiatan di Mushala tersebut.

Sebagai marbot, waktu itu, ia tidak mendapat upah bulanan layaknya seorang pekerja. Pengurus Mushala kadang memberinya uang Rp.100ribu kalau kebetulan bertemu. Meskipun demikian, hampir setiap tahun ia diberi sarung dan kadang dengan baju koko. Tidak hanya oleh pengurus Mushala tetapi oleh tetangga Mushala yang merasa simpati dengan apa yang dikerjakan Bang Oman di Mushala.

“Kalau kita main di Mushala selama ini, alhamdulillah berkah. Ada aja, kiri-kanan.” Kata Bang Oman menjelaskan.

Mushala al-Barkah berlokasi tidak jauh atau sekitar 300 meter dari jalan raya Condet. Dimana sepanjang jalan raya tersebut banyak pertokoan dan kegiatan ekonomi lainnya. Tidak sedikit para karyawan toko di jalan raya Condet yang dekat ke Mushala al-Barkah berjama’ah shalat ke Mushala tersebut. Salah satu toko yang banyak karyawannya shalat di Mushala al-Barkah adalah PSTORE, toko yang menjual berbagai macam handphone itu.

Lambat laun, ada kerjasama antara Mushala al-Barkah dengan PSTORE. Misalnya dalam memperbaiki tempat wudhu dan toilet, pengadaan kipas angin Mushala dan Jum’at Berkah. Bang Oman menjadi orang penting dalam proses komunikasi antara PSTORE dengan pengurus Mushala sehingga terjadi berbagai kerjasama tersebut.

Suatu hari selepas shalat berjama’ah, seorang karyawan PSTORE memberi tahu Bang Oman bahwa bos PSTORE ingin mengajaknya untuk pergi umrah. Waktu itu, ia tidak mengiyakan dan juga tidak menolak.

“Kata Bang Putra,….nanti ia akan berangkat umrah lagi yang diajak abang.” Kata Bang Oman menirukan perkataan seorang karyawan PSTORE.

“Ah…abang bercanda.” Timpal bang Oman.
“Bener, masa saya bercanda.” Kata Bang Oman menirukan kata-kata karyawan PSTORE itu.

Waktu itu Bang Oman tidak langsung menjawab. Keinginan untuk pergi umrah itu sebenarnya sudah ada di hatinya.

Hari berikutnya ia bertemu langsung dengan bos PSTORE yang menyampaikan hal sama dengan yang disampaikan karyawannya. Ia diminta untuk secepatnya mengurus Paspor. Bang Oman semakin yakin bahwa ajakan ini benar dan serius.

“Begini Bang, Abang sudah punya paspor?” Tanya bos PSTORE itu.

“Paspor?” Kata Bang Oman sambil bengong.
“Belum punya. Saya belum pernah kemana-mana.” Kata Bang Oman polos.
“Sekarang gini aja bang. Abang urus paspor, nanti kita umrah bareng.” Kata bos PSTORE itu.

“Saya belum jawab. Saya juga bingung.” Cerita bang Oman.

Sebelum mengiyakan, ia bercerita kepada istrinya tentang ajakan umrah tersebut. Ia akan umrah dan lebaran di Mekah. Istrinya memberi dukungan agar Bang Oman menerima tawaran tersebut.

“Kapan lagi, udah ikut. Itu rejeki.” Kata istrinya.

Waktu itu, istrinya sedang tidak sehat badan.

“Udah gak usah dipikirin di rumah sih. Dah berangkat, entar juga mudah-mudahan aja sehat.” Kata istrinya.

Tapi ia tak kunjung mengurus paspor sampai akhirnya pihak PSTORE meneleponnya menanyakan apakah ia sudah membuat paspor? Ia menjawab belum. Karyawan PSTORE itu menyarankan untuk segera mengurusnya.

“Kata Bang Putra, Abang sudah mengurus paspor belum?” Kata karyawan PSTORE itu melalui telpon.

“Belum.” Kata Bang Oman.

“Udah Bang bikin, gak usah dipikirin. Gampang itu mah.” Kata karyawan itu.

Akhirnya ia dengan bulat hati mengurus paspor melalui temannya. Ia siapkan persyaratan-persyaratannya. Nyaris tidak ada hambatan berarti. Hanya sedikit masalah tentang perbedaan data lahir tapi dapat diatasi dengan baik.

Di bulan Ramadan yang penuh berkah, Bang Oman akhirnya berangkat umrah bersama dengan sejumlah karyawan PSTORE dan marbot dari beberapa kota lainnya. Dari Bandara Soekarno Hatta Cengkareng Jakarta ia bertolak menuju Bandara Internasional King Abdulaziz di Jeddah.

Bang Oman menjalankan ibadah umrah dengan penuh keharuan. Apalagi ketika pertama kali melihat Ka’bah, Baitullah. Matanya berkaca-kaca.

“Subhanallah, nyampe juga kemari, ini yang kita cuma lihat di gambar, lihat di berita, lihat di TV. Ka’bah, seluruh dunia pengennya kemari. Percaya gak percaya nyampe.” Kata Bang Oman.

Ketika Bang Oman sedang mengagumi Ka’bah. “Ayo-ayo jangan bengong aja.” Kata peserta umrah lainnya.

“Ada perasaan kaget, kagum. Saya liatin itu bangunannya sambil thawaf.” Kata Bang Oman.

Saya lihat di sudut mata Bang Oman, ketika ia bercerita tentang ka’bah, matanya berkaca-kaca. Ada rasa kebahagiaan yang tak terukir, ada rasa kerinduan dengan suasana di Masjidil Haram yang tak terungkap.

Adzan dzuhur hari itu menghentikan perbincangan kami. Saya hanya bisa merenung, jika Allah sudah berkendak tiada kekuatan apapun yang bisa menolaknya. Tidak pandang siapa pun, jika Allah sudah menghendaki, siapa pun bisa datang ke Baitullah kapan pun. Bang Oman bisa umrah melalui jalan PSTOREPEDULI. Wallahu A’lam Bishawab.(MA)***

Maman Abdurahman
Follow me
5 1 vote
Article Rating
Visited 1 times, 1 visit(s) today

Maman Abdurahman

Meneliti dan menulis masalah perkawinan dan keluarga. Sekali-kali menulis cerpen dan puisi.

Maman Abdurahman
Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x