Marriage Story – Ketika Istri Tidak Ridho

Tulisan ini bukan tentang  film yang sedang hit di  Netflix, tapi tentang kisah nyata dari seorang Istri yang sedang ingin menumpahkan isi hatinya. Tentang pernikahannya. Tentang sikap suaminya. Tentang keadilan yang ingin ia raih.  Agar ruang di kalbunya sedikit lega.

Cerita berawal dari seorang Istri yang berkirim WA kepada saya. Sebut saja namanya Nisa berusia sekitar 48 tahun. Ia sudah mempunyai dua anak dari perkawinannya yang sudah berumur belasan tahun.

Awalnya ia menanyakan kabar saya. Kemudian ia bertanya dengan nada menggugat.

“Dalam fikih rumah tangga slalu saja dikedepankan ridho suami ke Istri dengan ancaman bla bla bla… Emang Tuhan gak memperhitungkan ketidakridhoan istri akan perlakuan/sikap suami yang gak syar’i?!

Saya berpkir sejenak. Saya teringat materi Bimbingan Perkawinan (BIMWIN) Calon Pengantin yang belakangan ini saya sering diminta untuk menjadi fasilitatornya.  Kemudian saya menjawab dengan menulis begini:

“Dalam kajian fikih keluarga perspektif kesetaraan, suami dan istri harus saling ridho. Antaradhin, saling ridho,  ini menjadi salah satu pilar dlm perkawinan. Tidak hanya ridho suami, tapi juga istri.”

Saya juga kemudian bertanya. Ingin memperjelas pertayaannya.

“Perlakuan suami yg gak syar’i itu seperti apa Bu?”

Ia menjawab panjang lebar. Bagaikan gelombang air menemukan saluran sungai yang lebar.   

“Gak jujur soal keuangan, gak ngasih nafkah lahir, ngasih uang belanja semaunya karna merasa istrinya kerja juga, untuk urusan kekurangan belanja dia tutup mata, bahkan untuk keperluan biaya sekolah pun dia gak mau bantu.

Saat istri bilang butuh tambahan banyak buat sekolah anak, dia bilang mau pinjam ke saudaranya nanti gantinya urusan dia…oke si istri percaya..ternyata itu uang dia sendiri ditransfer ke saudaranya, dan saudaranya memberikan pinjaman itu ke istrinya .. seolah-olah dipinjamkan..

Padahal seumur rumah tangga..istrinya gak pernah meminta lebih dari diberikan suami seberapapun besarnya. Surat nikah, sertifikat  rumah disimpan di kantor, segala uang yg dia tumpuk di simpan di kantor atau di rekening mana yg istrinya gak tau dan emang istrinya gak pernah mau tau juga .. cukup percaya dengan yang selama ini diberikan terbatas. Alasannya biar aman. Padahal rumahnya aman.”

Kemudian perempuan itu melanjutkan keluh kesahnya.

“Akhirnya..istrinya lama² juga gak tahan..merasa gak dipercaya..padahal itu istri sudah bersumpah tidak pernah meminta lebih apalagi mencuri uang suaminya kalaupun disimpan di rumah… Pernah juga saat sang istri cuti melahirkan..uang belanja kurang, dia pinjam uang suaminya..beberapa bulan setelah istrinya ada uang lebih..diganti uang pinjaman tersebut..dan yang buat istri kaget.. ternyata..uang pengembalian itu diterima oleh suaminya.”

 “Sejak kapan itu? Apakah sebelumnya ada kejadian, seperti cekcok atau keributan?”  Tanya saya lagi.

 “Gak ada ribut..ini soal watak suaminya yang perhitungan.”

“Apakah ada indikasi punya WIL?” Tanya saya lagi, penasaran.

“Katanya istrinya sih ..ngga.”

Ia memposisikan sebagai orang yang mendapat curhat dari seorang istri.

Kemudian ia melanjutkan tulisannya.

“Kembali ke soal syariat… Istrinya gak mau ribut..tapi dia merasa sangat sakit hati dan istrinya gak ridho dengan sikap itu..dia gak dikasih nafkah sebagaimana haknya.”

Saya tarik nafas dalam-dalam. Kemudian bertanya lagi.

“Mungkinkah suaminya itu sedang mempersiapkan beli sesuatu untuk istrinya? Seperti kejutan gitu?”

Ia menjawab tegas.

“Ngga.. rumah yg di tempati pun istri yg beli tapi pas urus surat..sertifikat an. Suami..dan untuk bayar PBB dibebankan ke istri.”

Saya kemudian bertanya alasan suami bersikap seperti itu.

 “Apakah pernah ditanyakan ke suaminya mengapa ia bersikap seperti itu?”

“Gak pernah ngaku, dan istri takut ribut jadi dipendam sendiri. Dia lebih memilih menangis dan menyatakan di hadapan Tuhan ….’saya gak ridho Tuhan…’  Gitu aja bilangnya.”

Saya kemudian bertanya ke masalah yang sensitif.

 “Maaf, apakah soal tempat tidur lancar?” Tanya saya berhati-hati.

Ia menjawab “Katanya sih dari awal pernikahan ngga..”

Kemudian ia menulis lagi.

“Tapi sayangnya..yg beredar di masyarakat.. ancaman buat istri yg gak patuh Ama suami, gak taat, gak nerimain dll… Selama ini istri takut ancaman seperti itu..makanya dia diem aja, coba mengikhlaskan coba gak meributkan, asal suaminya tetap senang, gak marah, gak ribut di rumah.”

Perempuan itu kemudian menumpahkan lagi unek-uneknya.

“Soalnya selama ini media hanya menguliti istri yg gak taat akan masuk neraka, jika suami gak ridho maka haram bau surga untuknya bla bla bla… Yg dimana ..semua itu berpihak ke suami yang harus serba maha. Dia cuma pengen ada dasar syariat yang beredar di medsos yang mengancam keSURGAan suami jika istri gak ridho..itu aja.”

Sekali lagi saya teringat materi Bimbingan Pengantin yaitu “Membangun Keluarga Sakinah”. Salah satu pilar perkawinan itu adalah antaradhin atau saling ridho. Hal ini bersadarkan  Qs. al-Baqarah/2:233.

 …فَاِنْ اَرَادَا فِصَالًا عَنْ تَرَاضٍ مِّنْهُمَا وَتَشَاوُرٍ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِمَا.…

Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya.

Istri tersebut tidak berniat untuk menggugat cerai suaminya. Begitu pun sang suami. Menurut pengakuan istrinya, suaminya cinta mati kepadanya. Perempuan itu hanya ingin keadilan.

“Suami gak bermaksud menceraikan, bahkan tu suami cinta mati Ama istrinya..tapi pelit, Gak jujur soal uang..mungkin karna istrinya termasuk penyandang dana keluarganya, yg nerimain dikasih uang seberapa pun.. gak berani protes karna lebih menghindari perdebatan dan keributan.”

Akhirnya saya hanya bisa berdo’a semoga keluarga ini diberikan jalan keluar yang terbaik atas masalah yang sedang dihadapinya. Saling ridho atas kelebihan dan kekurangan masing-masing adalah salah satu jalan agar bangunan pernikahan tetap tegak dan kokoh.  Wallahu ’alam.***

Bagi para pembaca yang ingin berbagi cerita suka duka pernikahan dan ingin dimuat di website ini silakan hubungi WA ini 081310634884. Kerahasiaan kami jaga dan menjadi priotas kami.

Maman Abdurahman
Follow me
0 0 votes
Article Rating
Visited 1 times, 1 visit(s) today

Maman Abdurahman

Meneliti dan menulis masalah perkawinan dan keluarga. Sekali-kali menulis cerpen dan puisi.

Maman Abdurahman
Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x