Marriage Story – Wedding yang Gagal

Ilustrasi: Freepik

Tok, tok, tok, “mas belum tidur?” 

Pintu rumah samping saya terdengar ada yang mengetuk. 

 “iya, mas”. Jawab saya, sambil segera bangkit menuju pintu. Saya mengenali suaranya.

Terlihat dua orang kakak beradik berdiri dengan muka tegang. Waktu itu malam belum begitu larut.

“Kita sudah keliling-keliling tapi gak nemu.” Kata Mas Bayu. 

“Bisa tolong print foto mas?” Tanya dia. 

Saya tidak menjawab. Saya segera mengambil laptop, printer dan kertas HVS. Tak lama kemudian foto seorang lelaki dan perempuan muda masuk ke WA saya. Satu lagi foto seorang perempuan dengan ukuran lebih besar masuk, menyusul. 

“Itu fotonya Mas.” Kata Mas Bayu. 

Saya mengeprint foto-foto tersebut satu per satu di selembar HVS A4. 

“Ma’af Mas, hasil printnya gak tajam.” Kata saya sambil memperlihatan hasil printnya.

“Gak apa-apa Mas”. Jawab Mas Bayu. 

Saya tidak bertanya macam-macam kepada dua kakak beradik itu. Karena sedikit banyak saya sudah mendengar dari tetangga bahwa keluarga tersebut sedang ada masalah.

Keluarga tersebut akan menikahkan anak laki-lakinya sekitar dua minggu lagi. Tapi si anak lelaki itu berubah pikiran, ia tidak mau menikah.  Semua sudah disiapkan. Dari catering, dokumentasi, venue atau gedung pernikahan sampai undangan.

Konon katanya gara-gara mantan pacarnya telpon anak lelaki itu mengucapkan selamat atas pernikahan yang akan segera dilangsungkan itu. 

Sejak kejadian itu si anak lekaki, sebut saja namanya Andy, tidak mau melanjutkan pernikahannya yang sudah di depan mata. 

Tentu ini membuat orang tua anak laki-laki itu kalang kabut. Bagaimana mereka menghadapi calon besannya. Bagaimana mereka menjelaskan kepada calon menantunnya bahwa anaknya tidak mau melanjutkan rencana pernikahannya. 

Mau taruh dimana muka kedua orang tuanya itu. Karena calon besannya itu rumahnya tidak sampai selemparan batu, sangat dekat, tetangga satu kampung. 

Untuk menghindari itulah, kakak beradik, Ayah dan paman si Andy itu datang ke rumahku untuk minta tolong printkan foto anak laki-lakinya dan foto gadis calon mantunya. 

Untuk apa?

Sehari sebelumnya salah seorang tetangga saya bercerita ada orang yang bisa mempengaruhi pikiran orang lain hanya dengan selembar foto dari tempat yang sangat jauh. Tapi itu tempatnya ada di luar kota, Jawa Tengah. Sepertinya keluarga ini tidak akan ke sana. 

Saya sudah berhasil mengeprint dua buah lembar foto: satu foto berisi laki-laki dan perempuan, satu foto lagi perempuan dengan lebih besar gambarnya. 

Setelah selesai, saya menyerahkan foto hasil print itu kepada kedua kakak beradik tersebut. Mas  Prapto yang anak lelakinya mutung tidak mau menikah itu pergi ke orang pintar yang katanya bisa mempengaruhi pikiran orang lain hanya dengan selembar foto  diantar Bang Jeki, tetangga kami. Katanya tempatnya tidak begitu jauh, di Jakarta Selatan.

Kami, para tetangga, menanti tak sabar menunggu hasil dari pertemuan Mas Prapto dengan orang pintar tersebut, tentu setelah melihat foto hasil print itu. Saya tidak habis pikir si Andy itu berubah pikiran begitu cepatnya. Padahal, menurut info dari keluarganya, perempuan calon istrinya itu adalah pilihan si Andy sendiri. Bukan pilihan orang tuanya atau paksaan seseorang.    

Beberapa hari kemudian, tepatnya malam Minggu, kami bertemu lagi dengan Mas Prapto, ayah dari Andy. Kami pun segera menanyakan bagaimana perkembangan anaknya. Karena waktu menikah tinggal menghitung hari. 

“Dari pihak mantannya kuat tarikannya” Kata Mas Prapto. “Coba ceks anaknya, dia pasti tidak ada di rumah.” Kata Mas Prapto menirukan kata-kata orang pintar itu.

Mas Prapto pun tidak percaya begitu saja. Ia langsung menelepon Istrinya untuk melihatkan anaknya. Apakah ada di kamarnya atau tidak. Ternyata betul. Anaknya tidak ada di kamarnya. 

Kemana dia pergi? 

Semua mata tertuju ke mantan pacarnya itu. Ternyata betul ia di rumah mantannya itu. Serelah ia berhasil dihubungi. Dia menginap disana. Itu informasi dari pamannya. 

Hari pernikahan semakin dekat. Kami para tetangga penasaran sekaligus prihatin, apa ending cerita itu. 

“Gak jadi.” 

Kata Mas Prapto suatu hari menginformasikan, singkat. Seakan ia tidak mau membicarakan soal itu lagi. Selama ini, pikiran dan perasaannya tersedot ke sana. Keputusan itu didapat setelah Andy, anaknya, mendatangi langsung calon mertunya.  

Si anak laki-laki itu seakan tidak merasa bersalah mendatangi rumah calon mertuanya. Ia tidak menduga sedikit pun bakal dimarahin habis-habisan oleh kedua orang tua calon istrinya itu. Ia menangis di hadapan keduanya, mohon ampun. “Dia gak nyangka akan dimarahi sebegitu rupa oleh kedua calon mertuanya itu.” Kata Mas Prapto menceritakan anaknya.

Mas Prapto sebagai orang tua calon mempelai laki-laki itu bukannya ia tidak ingin mendatangi calon besannya itu. Tapi ia sedang terus berusaha keras agar anaknya tidak membatalkan pernikahan itu. 

Semua usaha telah ia tempuh. Dari menasihati anaknya sampai ia mendatangi orang pintar. Usaha batin pun ia lakukan dengan shalat tahajud memohon kepada Allah agar hati anaknya dilembutkan. 

Suatu ketika Mas Prapto menasihati anaknya agar mempertimbangkan kembali keputusannya. 

“Kalau Bapak sayang sama Fatimah, jadiin anak aja dia. Biar Andy yang pergi dari rumah.” Begitu jawabannya sekaligus ancaman untuk orang tuanya.

“Coba Mas, gimana gak getir kalau anak bilang gitu.” Mas Prapto bercerita dengan mata berkaca-kaca. 

Lain waktu, Mas Bayu berceita bagaimana kondisi dan perasaan Kakaknya.

“Mas Prapto itu hampir saja motornya nambrak orang. Karena terlalu memikirkan pernikahan anaknya.”  Kata Mas Bayu suatu ketika menceritakan kondisi kakaknya. “Belum lagi kalau kita tengok kondisi Ibunya. Ia sangat sedih dan terpukul. Ia gak mau keluar rumah.” Kata Mas Bayu menambahkan.  

Kini pernikahan telah diputuskan batal. Kami, para tetangga, merasakan betul bagaimana perasaan kedua orang tua laki-laki itu di satu pihak. 

Di pihak lain, kami juga turut merasakan betapa hancur hati perempuan dan kedua orang tuanya yang batal menikahkan anaknya. 

Konon perempuan itu sebelumnya sudah dua kali batal nikah. Ditambah sekali lagi, sekarang. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana hancur hatinya. Tetapi hidup terus harus dijalankan.

“Kita manusia hanya bisa menjalankan, semuanya ada yang mengatur.  Semuanya ada yang menentukan yaitu Allah Yang Maha Kuasa. Kita terima sebagai sebuah takdir apa pun yang menimpa kepada kita.” Kata Ustadz Baihaki suatu ketika. ***

Maman Abdurahman
Follow me
0 0 votes
Article Rating
Visited 1 times, 1 visit(s) today

Maman Abdurahman

Meneliti dan menulis masalah perkawinan dan keluarga. Sekali-kali menulis cerpen dan puisi.

Maman Abdurahman
Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x