Mengenal Mitos-Mitos Seputar Kesehatan Reproduksi di Masyarakat
Di masyarakat beredar banyak sekali informasi tentang kesehatan reproduksi. Bercampur aduk antara fakta dan mitos. Sehingga membuat banyak orang bingung menentukan informasi mana yang merupakan fakta, mana yang hanya sebuah mitos.
Apa itu mitos?
Menurut ahli antropologi ekologi, Ahimsa Putra, mitos adalah cerita yang “aneh” dan seringkali sulit dipahami maknanya atau diterima kebenarannya karena kisah di dalamnya “tidak masuk akal”. Mitos masih belum bisa dibuktikan kebenarannya secara ilmiah dan cenderung mengarah ke hal yang tidak masuk akal.
Misalnya di masyarakat beredar informasi bahwa mengkonsumsi buah nanas saat menstruasi akan menyebabkan darah menstruasi semakin banyak. Informasi ini fakta atau mitos? Tentu kalau informasi itu disampaikan oleh orang-tua kita atau orang yang kita hormati kita akan dengan mudah mempercayainya sebagai sebuah fakta kebenaran.
Padahal itu hanya sebuah mitos. Alasannya adalah nanas itu baik dikonsumsi saat menstruasi karena mengandung zat Mangan yang dapat mencegah pendarahan berlebihan saat menstruasi. Nanas juga mengandung enzim bromealin yang dapat mengurangi sakit kram saat menstruasi.
Contoh lain misalnya ada informasi di masyarakat yang beredar begini: minum soda saat menstruasi akan menyebabkan menstruasi terhenti. Coba tebak informasi tersebut fakta atau mitos? Kalau Anda jawab fakta, jawaban Anda tidak tepat alias salah. Informasi tersebut adalah mitos. Karena soda dan minuman berkafein lain (kopi, teh, coklat) bukan membuat menstruasi terhenti, namun akan menyebabkan kram menstruasi lebih sakit (kafein yang menyebabkannya).
Sekarang kita bergeser ke kesehatan reproduksi laki-laki. Di masyarakat, kita sering mendengar kata-kata bahwa laki-laki tidak akan menjadi korban kekerasan seksual. Mungkin ada anggapan bahwa laki-laki adalah kuat atau laki-laki itu pemberani sehingga tidak mungkin menjadi korban kekerasan seksual. Ternyata itu adalah mitos. Karena menurut survei Kekerasan Anak Indonesia kerja sama dengan Kementerian Sosial, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), serta sejumlah lembaga pada 2014 ditemukan bahwa kekerasan seksual sebelum umur 18 tahun yang dialami anak laki-laki sebesar 6,36 persen sedangkan anak perempuan 6,28 persen. Ternyata faktanya dari survei ini anak laki-laki lebih banyak mengalami kekerasan seksual ketimbang anak perempuan.
Kita juga sering mendengar di masyarakat kata-kata masturbasi pada laki-laki akan menyebabkan sel sperma habis. Coba tebak ini mitos atau fakta? Ternyata ini adalah mitos. Karena produksi sel sperma pada laki[1]laki itu terjadi selama ia hidup. Berbeda dengan perempuan yang memiliki masa menopause dimana sel telur akan berhenti diproduksi.
Ada lagi di masyarakat kita sering mendengar bahwa anak laki-laki akan mengalami pembesaran ukuran penis setelah disunat.
Benarkah?
Ternyata ini juga mitos. Alasannya, karena pembesaran penis akan terjadi saat masa pubertas, dan akan tetap terjadi meski remaja laki-laki disunat ataupun tidak. Bukan sunat yang menyebabkan pembesaran penis, melainkan hormon dalam tubuh.
Banyak juga remaja yang mempunyai pandangan bahwa melakukan hubungan seksual pertama kali tidak akan membuat hamil. Benarkah? Ternyata ini juga mitos karena hubungan seksual yang tidak menggunakan alat kontrasepsi maupun pelindung, akan menyebabkan kehamilan, jadi risiko kehamilan bukan berdasarkan pertama kali atau bukan pengalaman hubungan seksual tersebut.
Di masyarakat juga sering kita mendengar bahwa HIV menular melalui pelukan. Ini juga mitos karena HIV menular hanya ketika: penularan dari ibu kepada bayi pada masa kehamilan, ketika melahirkan atau menyusui, melalui hubungan seksual tidak terlindungi , berganti-ganti pasangan hubungan seksual, melalui transfusi darah dari orang yang terinfeksi dan memakai jarum, suntikan, dan perlengkapan menyuntik lain yang sudah terkontaminasi, misalnya spon dan kain pembersihnya.
Oh..my God, ternyata banyak banget informasi-informasi seputar kesehatan reproduksi yang ternyata mitos yang sulit dibuktikan kebenarannya secara ilmiah. Semoga dengan mengenal mitos-mitos seputar kesehatan reproduksi ini kita semakin tahu dan kritis dengan informasi yang beredar di masyarakat sehingga bisa membedakan mana mitos dan mana fakta. ***
Sumber: Modul Kesehatan Reproduksi PERLINDUNGAN ANAK TERPADU BERBASIS MASYARAKAT (PATBM) Kerja Sama Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Anak dengan Rutgers WPF Indonesia.