Menjadi Ayah dan Ibu Super: Bercengkrama dengan Anak
Di saat Ayah pulang dari kantor dan ingin beristirahat sambil membaca koran. Amara tak henti-hentinya naik ke pangkuan ayahnya, sambil merenggut-renggut koran yang sedang dibaca ayahnya. Ucap Ayah, ‘Ayah tidak bisa membaca koran kalau kamu masih di pangkuan ayah, Ayah tidak ingin bermain denganmu sekarang, ayah sedang lelah dan ingin beristirahat’.
Ilustrasi di atas sangat mungkin terjadi pada setiap keluarga, bahkan bisa jadi pada keluarga kita sendiri. Anak-anak sangat peka sekali dengan pesan-pesan yang terucap maupun tak terucap dari ayah dan Ibu mereka. Apa yang mereka lakukan bisa jadi merupakan bentuk kecemburuan mereka kepada orang tua, karena ‘waktumu habis untuk pekerjaanmu dan kesibukanmu. Kesibukanmu telah membuat kamu ‘lupa’ akan tanggung jawabmu pada anak-anakmu.’
‘Anak-anak cemburu karena orang tua lebih mementingkan pekerjaan mereka dari pada ‘aku’ anaknya. Aku seharusnya lebih utama mendapatkan perhatian dan kasih sayang dan kebahagiaan walaupun sekedar bersenda gurau saja.’ Pikir Anak. Oleh karena itu, peran dan tanggung jawab Ibu dalam mengasuh anak tidak dapat dipisahkan dari peran dan tanggung seorang Ayah. Artinya, Ayah dan Ibu harus bekerja sama dalam satu team work dalam pengasuhan anak.
Anak membutuhkan Ayah bukan hanya sebagai sumber finansial, tetapi juga sangat berperan penting dalam perkembangan psikologi dan kejiwaan anak. Pada dasarnya, anak harus mendapatkan kasih sayang yang utuh. Anak membutuhkan figur kedua orang tuanya. Tidak bisa dari Ibu saja atau dari Ayah saja. Dalam hal ini, seorang anak membutuhkan figur Ayah karena ada sesuatu yang tidak bisa didapatkan dari seorang Ibu. Ada hal-hal tertentu yang tidak bisa menggantikan peran Ayah dalam keluaga, masalah tanggung jawab misalnya, baik sebagai kepala keluarga maupun sebagai ayah dari anak-anak.
Seperti yang diungkap Gunarsa (2000), Ayah mempunyai beberapa tugas pokok keluarga. Di antaranya, selain sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah utama, Ayah yang penuh pengertian akan memberi rasa nyaman dan aman kepada ibu dan juga anak-anak mereka dengan berpartisipasi dalam pendidikan anak, yakni sebagai pelindung atau tokoh yang tegas, bijaksana, dan senantiasa mengasihi keluarga.
Seorang Ayah biasanya membiarkan anak-anak lebih bereksplorasi agar mengenal lebih banyak hal. Ayah juga mengajarkan ‘keberanian’ dengan membiarkan anak ‘melangkah lebih jauh’ dan berani mengambil keputusan dengan bijak dan bertanggung jawab. Semua itu dapat dirasakan anak ketika anak memiliki kesempatan untuk bermain, bercanda, ataupun sengaja ‘mengobrol bertukar pikiran’ dengan Ayah. Karena pada prinsipnya, ketika ada kontak mata, sentuhan, belaian, ataupun candaan sekalipun, itu semua akan sangat berarti dalam proses tumbuh kembang Anak. Bahkan, bisa jadi, dengan Ayah yang terlibat dalam pengasuhan Anak akan membuat kecerdasan Anak menjadi lebih tinggi, karena logika dan pemecahan masalah yang selalu diajarkan Ayah.
Demikian juga dengan cara-cara pengasuhan khas di balik sosok Ibu yang lembut dan ramah dalam mengasuh dan merawat anak yang tidak bisa digantikan oleh sosok Ayah yang ‘tampak’ lebih keras dari Ibu. Karena dari Ibu seorang anak belajar tentang kemampuan berbahasa, sikap menolong, mengalah, mengasuh, belajar berempati dan bersimpati dalam rentang tumbuh kembang mereka.. Masing-masing dari Ayah dan Ibu memberikan peran dan teladan yang berbeda.
Banyak kasus pada anak-anak yang diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik justru mengalami perilaku negatif, seperti perilaku agresif karena tidak mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Sederhana tapi sangat berpengaruh besar. Ayah dan Ibu, bercengkarama lah dengan Anak sekalipun sebentar namun terus dilakukan, niscaya anak akan merasa dia adalah prioritas. Wallahu a’lam
- Gaidha - 06/04/2020
- Saat Buah Hati Suka Membawa Pulang Barang Orang lain - 31/03/2020
- Pentingnya Orang Tua Menjadi Teladan dalam Perilaku Jujur Anak! - 17/03/2020