Menyiapkan Anak Memasuki Masa Akil Balighnya
Dalam perjalanan kehidupan manusia, ada tahapan-tahapan kehidupan yang akan dilalui. Diantaranya adalah masa dewasa atau dalam bahasa agama Islamnya adalah masa akil baligh. Masa akil baligh ini adalah masa yang sangat penting bagi setiap manusia.
Mengapa demikian?
Karena pada masa ini kewajiban-kewajiban agama mulai dibebankan kepadanya. Karena itu, sudah selayaknya orang tua menyiapkan anak-anaknya dengan sebaik-baiknya sebelum memasuki masa akil baligh ini.
Apa itu akil baligh?
Menurut Ensiklopedi Hukum Islam akil baligh berasal dari bahasa Arab ‘aqala yang berarti berakal, mengetahui, atau memahami. Sedangkan kata baligh berasal dari kata balagha yang berarti sampai.
Jadi akil baligh adalah seseorang yang sudah sampai pada usia tertentu untuk dibebani hukum syariat (taklif) dan mampu mengetahui atau mengerti hukum tersebut.
Orang yang akil baligh disebut mukalaf. Akil (orang yang berakal) adalah lawan dari ma’tuh (bodoh), majnun (orang gila), dan muskir (orang mabuk). Sedangkan baligh adalah lawan dari sabiy (anak-anak).
Lebih lanjut dijelaskan dalam eksiklopedia tersebut bahwa orang yang berakal adalah orang yang sehat sempurna pikirannya, dapat membedakan baik dan buruk, benar dan salah, mengetahui kewajiban, dibolehkan dan yang dilarang, serta yang bermanfaat dan yang merusak.
Karena itu, seseorang yang sudah baligh dibebani hukum syara’ apabila ia berakal dan mengerti hukum tersebut. Orang bodoh dan orang gila tidak dibebani hukum karena mereka tidak dapat mengerti hukum dan tidak dapat membedakan baik dan buruk, maupun benar dan salah.
Rasulullah SAW bersabda, “Diangkatkan pena (tidak dibebani hukum) atas tiga (kelompok manusia), yaitu anak-anak hingga baligh, orang tidur hingga bangun, dan orang gila hingga sembuh.” (HR Abu Dawud). Orang gila dalam hadis ini menunjukkan orang yang tidak berakal.
Apa saja yang harus dipersiapkan orang tua untuk anak-anaknya?
1. Orang tua sudah sepatutnya memperkenalkan Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang wajib disembah. Caranya dengan memberikan stimulus atau rangsangan kepada anak dalam berpikir mengenai berbagai ciptaaan Allah yang ada di bumi ini. Agar anak terbiasa berpikir sebagai landasan keimanannya kepada Allah SWT.
2. Membiasakan dan memberikan teladan kepada anak-anak untuk melaksanakan kewajiban yang dibebankan kepada manusia sebagai umat Islam. Seperti menjalankan shalat lima waktu dengan tepat waktu, berpuasa, berzakat dan ibadah-ibadah lainnya.
3. Memberi tahu kepada anak-anak pengetahuan tentang tanda-tanda baligh sehingga anak siap secara fisik dan psikis ketika fase itu tiba. Misalkan pada anak laki-laki bahwa tanda seorang anak itu sudah baligh adalah ketika telah mimpi basah atau bermimpi berhubungan intim yang ditandai dengan keluarnya air mani dari alat kelaminnya. Orang tua juga diharapkan memberi tahu bagaimana caranya mandi junub dan lain sebagainya.
Begitu pun kepada anak perempuan. Orang tua perlu memastikan bahwa anak perempuannya sudah mengetahui tanda akil balighnya dan bagaimana seharusnya mengerjakan kewajiban-kewajibannya sebagai seorang muslim. Seperti bagaimana menghitung masa sucinya dari haid atau menstruasi, bagaimana mandi junub, bagaimana mengenali perbedaan darah haid dengan darah istihadah atau darah yang bukan darah haid dan lain sebagainya.
4. Memberi tahu anak-anak tentang etika pergaulan dengan lawan jenis. Batasan-batasan yang diperbolehkan dan yang tidak boleh serta konsekswensi-konsekwensi biologis-sosiologis tentang pergaulan yang melanggar batas-batas etika agama dan masyarakat.
Pengetahuan-pengetahuan semua itu penting diketahui oleh anak-anak sebelum memasuki masa akil balighnya. Karena semua itu berkaitan erat dengan kewajiban agama yang akan mereka jalankan. Seperti shalat, puasa dan kewajiban lainnya.
Demikian empat hal yang perlu disiapkan orang tua untuk mengantarkan anak-anaknya memasuki gerbang akil baligh.***
