Menyulam Bilik Penantian
Embus sang bayu menyapa senja dari balik tatap mega-mega. Mengempas selaksa makna di sekujur tatanan masa. Dalam indah singgasana sunyi, kucoba menaut pelabuhan mimpi.
Di sudut bilik penantian nan kelam, hening kerap merajai malam. Dedaunan kisahkan hikayat cinta. Pepohonan merengkuh sekeping asa.
Bagaimana bisa gulita hadir menyapa di biduk rasa? Sedang dalam remang masih berharap temukan setitik cahaya.
Tatap kian sendu. Menggiring hati tuk gegas tunduk mengadu. Pada malamMu nan begitu syahdu. Tentu, diri tak hendak pergi berlari. Atau bersembunyi di balik jerami mimpi.
Di sudut bilik penantian. Napas syukur kian terembuskan. Di sepenggal malam tanpa bintang, terlantun merdu kidung kerinduan.
Di antara puing keraguan kupunguti serpih demi serpih pengharapan. Di sela-sela degup jantung beribu keinginan kulabuhkan. Lalu, pada dermaga cinta kutuangkan secawan anggur kebahagiaan.
Menyulam bilik penantian dari rajut benang kesabaran. Menyulut semangat diri. Menyambut semburat pelangi yang menari-nari di kisaran mimpi-mimpi.
Kini aku tahu. Tak perlu lagi langkah ini terhalang. Usah lagi hati bersengkarut mimpi. Meski kisah lama kan terulang. Meski jemari kembali tertatih saat menyulam benang-benang di sepanjang bilik penantian.
Jogjakarta, 12 September 2019
- [Puisi] Menggamit Aksara Cinta - 26/10/2019
- Menyulam Bilik Penantian - 21/09/2019