Perlukah Berbagi Password dengan Pasangan?

Ilustrasi: freepik

Waktu saya membeli handphone, saya membuat password untuk bisa mengkases gadget tersebut dengan finger dan angka. Saya juga memintaistri untuk menempelkan ibu jarinya sebagai password dan mengetahui enam digit angka sebagai sandi untuk membuka handphone tersebut.

Saya berpikir, bahwa tidak ada data atau sesuatu apa pun yang perlu saya rahasiakan dari pasangan. Sehingga kapan pun dia mau, bisa membuka dan melihat isi hp yang saya pakai. Tentu di dalamnya banyak aplikasi yang tidak semuanya istri ingin mengetahuinya.    

Di era digital ini, banyak aplikasi yang membutuhkan password untuk bisa mengaksesnya. Dari aplikasi media sosial, marketplace, sampai aplikasi keuangan seperti mobile banking.

Pertanyaannya, perlukah kita berbagi password dengan pasangan? Ada pro-kontra dalam menyikapi persoalan ini. Pada intinya sangat tergantung dengan tujuannya.  

Dengan semakin membaiknya koneksi internet dan meluasnya penggunaan gadget serta menjamurnya aplikasi media sosial seperti WhatsApps, Facebook, Instagram, Youtube, Twitter dan lainnya, komunikasi antar orang semakin mudah dan terjangkau.

Orang-orang yang tadinya susah dihubungi karena jarak dan data yang hilang misalnya, semakin mudah ditemukan di media sosial. Kondisi ini membuat setiap orang semakin mudah menjalin komunikasi dan bernostalgia dengan teman-teman lamanya.

Hal ini tentu mempunyai banyak manfaatnya. Tapi juga mempunyai potensi yang besar untuk menjalin hubungan lama bersemi lagi atau pun terjalin hubungan dengan orang yang baru. Bahkan tidak sedikit orang yang mempunyai WIL (Wanita Idaman Lain) atau PIL (Pria Idaman Lain) bermula dari hubungan di media sosial.     

Karenanya, perlukah kita mengetahui password handphone dan semua aplikasi yang dimiliki pasangan kita?

Menurut Erika Ettin, pendiri dan CEO A Little Nudge, menjawab pertanyaan di atas adalah sangat tergantung pada tujuannya. Kalau tujuannya untuk memantau atau memata-matai aktifitas pasangan kita maka di sana ada masalah besar yang sedang dihadapi pasangan tersebut dari hanya sekedar persoalan kata sandi yaitu “krisis kepercayaan”. 

Persoalan ini sesungguhnya yang harus diselesaikan terlebih dahulu oleh kedua pasangan. Krisis kepercayaan bisa jadi muncul karena trauma masa lalu. Sehingga kepercayaan pasangan mulai terkikis. Karenanya, perlu membangun dan memupuk kembali kepercayaan pasangan kita.

Menurut Julie Spira, pakar kencan online yang mengatakan kepada Elite Daily, berbagi kata sandi atau password tidak menjadi masalah ketika kita saling percaya. “Ketika Anda memiliki kepercayaan dalam suatu hubungan, mengetahui kata sandi seseorang tidak akan terasa seperti mereka memata-matai Anda.”

Lebih lanjut Spira menjelaskan bahwa persoalan bisa menjadi rumit jika kita merasakan bahwa tembok sedang dipasang ketika pasangan menggunakan password yang berlapis untuk aplikasi yang ia pakai.

“Jika Anda tiba-tiba melihat pasangan Anda mengunci ponselnya dengan banyak kata sandi, dan menyembunyikan ponselnya, atau mematikannya di depan Anda, ada alasan untuk mencurigai ada lebih dari sekadar menyembunyikan email rahasia kerja,” katanya.

Jika terjadi pada pasangan kita, mungkin kita pun akan bertanya ada apa? Apa yang sedang ia sembunyikan? Mengunci semua akses komunikasi itu justru menimbulkan pertanyaan dan kecurigaan. Terbuka dan saling mengetahui satu sama lain adalah pintu membangun kepercayaan. Menurut Spira, “Jika tidak ada yang disembunyikan, maka tidak ada alasan untuk khawatir. Jika Anda mencurigai ada sesuatu yang terjadi dan Anda merasa perlu untuk mengintip pesan teks pasangan Anda, maka kebutuhan untuk mengetahui kata sandi mereka berasal dari kurangnya kepercayaan atau kecurigaan terhadap selingkuh.”

Berbeda dengan pandangan di atas, menurut Lucia Grosaru, Cognitive Psychodiagnosis and Psychological Counseling dan penulis di psychologycorner.com, berbagi password adalah ide yang sangta buruk yang tidak hanya menyembunyikan masalah relasional yang sebenarnya tetapi juga dapat menyebabkan kerusakan yang tidak perlu dan tidak dapat diperbaiki pada individu dan hubungan romantis. Meskipun demikian Lucia mengakui bahwa banyak pasangan tampaknya mengaitkan jenis keputusan ini dengan alasan yang terkait dengan rasa saling percaya, kenyamanan, dan ekspresi kasih sayang.

Akhirnya keputusan untuk berbagi password atau tidak dengan pasangan sangat tergantung pada Anda sendiri dan sejauh mana tingkat kebutuhannya.***  

Maman Abdurahman
Follow me
0 0 votes
Article Rating
Visited 1 times, 1 visit(s) today

Maman Abdurahman

Meneliti dan menulis masalah perkawinan dan keluarga. Sekali-kali menulis cerpen dan puisi.

Maman Abdurahman
Subscribe
Notify of
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x