Resensi Buku Kompromi Dua Hati, Andriana S. Ginanjar

kompromi dua hati

Judul Buku:
Kompromi Dua Hati (Bersama Pasangan Menikmati Perkawinan Bahagia)Penulis: Andriana S. Ginanjar

Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Tahun Terbit: 2013
Genre: Nonfiksi
Jumlah Halaman: 174
Pereview: Uswah

Setelah sebelumnya mereview tentang jomblo, sekarang mari bicara tentang perkawinan dan berbagai permasalahannya. 

Tahun pertama hingga kelima perkawinan adalah masa-masa penyesuaian dengan pasangan, mungkin di antara mereka sudah ada yang mengarungi masa pacaran beberapa tahun lamanya sebelum menikah.

Ada yang mengatakan “Cinta itu buta dan perkawinan membuka mata lebar-lebar”. Pada masa-masa pacaran pasangan bisa saling mengumbar romansa percintaan ala-ala Dilan-Milea, tapi ketika usia perkawinan memasuki tahun kelima ke atas, pasangan suami istri sudah tidak saling mengumbar kemesraan. Suami sudah sibuk dengan pekerjaan dan istri sibuk dengan cucian ? bahkan kalaupun suami tiba-tiba nggombal pasti yang bingung dan curiga justru istrinya, dikirain modus, atau malah disamber istri “kamu waras pah?” Wkwk makan tuh cinta ?

***

“Suami sudah tidak seperti awal menikah dulu, sangat perhatian dan romantis, sekarang dia sibuk dengan pekerjaannya, kalaupun pulang ke rumah, dia asyik dengan hpnya”

“Suami sangat pendiam, dia terlampau cuek, bahkan saat saya menangis atau sakit dia seakan-akan tidak peduli”

“Suami saya pemarah, dia selalu merendahkan saya dengan kata-katanya, saya sangat sakit sekali mendengarkan kata-kata yang dilontarkannya”

“Suami saya pelit, terkadang malah uang hasil kerja saya yang saya gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari”

“Suami saya lebih sayang ibunya dan saudara-saudaranya, sedangkan saya dan anak-anak tidak menjadi prioritas”

“Saya tidak sanggup hidup satu atap dengan mertua, dengan adik-adik ipar”

”Suami saya punya banyak teman wanita dan sering chatting dengan mereka”

“Istri saya boros, tidak bisa mengatur keuangan dan selalu marah-marah di rumah”

“Istri saya orangnya moody, terlalu banyak menuntut saya, selalu curiga dengan apa yang saya lakukan apalagi kalau ldr-an”

“Saya merasa menjadi suami yang tidak bisa menyenangkan istri saya”

***

Nah, pernahkah kita mendengar atau bahkan mengalami sendiri persoalan-persoalan seperti ini dalam rumah tangga? Bahkan, dalam sebagian perspektif pasangan lain permasalahan tersebut sebenarnya adalah sepele tapi justru berujung dengan perceraian. (Saya teringat sewaktu PPL di Pengadilan Agama, begitu banyak kasus perceraian dengan permasalahan yang tidak jauh dari permasalahan di atas, jumlah kasus perceraian yang disidangkan perhari berkisar 25-30 kasus). Jika ya, dan bingung bagaimana cara menghadapi permasalahan-permasalahan tersebut, mungkin kita butuh bacaan ini. Buku Kompromi Dua Hati yang ditulis oleh Andriana disajikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan yang kebanyakan adalah berasal dari kliennya sendiri (anonim) disertai dengan berbagai saran yang bijak, cerdas dan penuh empati sesuai kapasitas Andriana sebagai konsultan perkawinan. 

Kompromi Dua Hati terdiri dari 9 topik: yaitu karakter pasangan, keluarga besar, konflik, komunikasi, peran suami-istri, peran sebagai orang tua, keuangan, seks dan komitmen. 

Saya pribadi sangat suka membaca buku ini, sangat komplit permasalahannya seperti yang saya lihat di sekitar, solusinya pun berimbang dan tidak terkesan menggurui.

 “Men marry women with the hope they will never change. Women marry men with the hope they will change. Invariably they are both disappointed.” Albert Einstein

Saya bisa mengambil kesimpulan dari buku ini bahwa kunci dari semua permasalahan rumah tangga sebenarnya hanya 1, yakni komunikasi antara kedua pasangan, namun Andriana seolah menggiring kita step by step cara membangun komunikasi tersebut. Jika komunikasi terjalin dengan baik maka komitmen akan lahir dengan sendirinya.

 “A happy marriage is a long conversation which always seems too short.” Andre Maurois

Poin yang menarik dalam buku ini tidak melulu menyarankan untuk mempertahankan rumah tangga. Pada halaman 51, seorang istri curhat tentang perlakuan suaminya yang suka KDRT, maka Andriana tidak segan menyarankan untuk meninggalkan perkawinan jika komunikasi sebagai pembelaan diri, bantuan orang tua dan psikolog tidak bisa merubah katakter suami yang kasar dan main tangan.[]

Resensi ini pertamakali tayang di perempuanmembaca.com.

Perempuan Membaca
0 0 votes
Article Rating
Visited 1 times, 1 visit(s) today

Perempuan Membaca

Kelompok Perempuan Membaca dibentuk pada 27 September 2016. Awalnya, anggota kelompok ini hanya 10 orang saja, lalu berkembang menjadi 20-an orang lebih sampai sekarang.

Perempuan Membaca
Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x