Resensi Buku Memilih Jomblo, Husein Muhammad
Judul Buku: Memilih Jomblo (Kisah Para Intelektual Muslim yang Berkarya Sampai Akhir Hayat)
Penulis: Husein Muhammad
Penerbit: Zoora Book
Tahun Terbit: 2015
Genre: Nonfiksi
Jumlah Halaman: 158
Pereview: Uswah
Jomblo adalah istilah popular untuk mereka yang belum menikah. Tidak selamanya jomblo adalah pilihan ‘buruk’, ada banyak ulama yang memilih untuk jomblo hingga akhir hayat. Selain fokus bergelut dan mendedikasikan diri untuk ilmu pengetahuan dan agama, ada beragam alasan yang menjadikan mereka enggan untuk menikah. Bukan hanya sekedar “menikah adalah Sunnah”. Lebih dari itu, para ulama memiliki segudang pemikiran dan karya yang cemerlang dalam perjalanan kehidupan mereka. Dalam buku ini, Kyai Husein Muhammad mengangkat 21 tokoh ulama yang terkemuka di dunia beserta alasan mereka menjomblo.
Urutan pertama yang diulas adalah ulama perempuan bernama Rabiah al-Adawiyah (w. 801 M), seorang Sufi yang memilih untuk tidak menikah selamanya karena hati, jiwa dan raganya adalah milik Tuhannya. Kisah Rabiah dengan konsep mahabbah yang sempurna dalam perjalanan spiritual hidupnya telah banyak menginspirasi para tokoh sastrawan dan sufi besar. Kisah para ulama perempuan yang menjomblo lainnya juga dituliskan dalam buku ini, seperti kisah Khodijah binti Sahnun (w. 885 M), ulama perempuan Tunis yang lebih terpikat dengan kerja intelektual dan melakukan advokasi kemanusiaan.
Jamilah al-Hamdaniyah (w. 980 M), perempuan bangsawan nan dermawan yang tidak menikah karena fokus pada kegiatan sosial dan kemanusiaan. Seorang perempuan kutu buku Aisyah binti Ahmad (w. 1009 M) tidak menikah karena ia asyik dengan kajian-kajiannya, tidak ada seorang pun di Andalusia yang mampu mengunggulinya dalam aspek pengetahuan, sastra dan puisi serta kefasihan tutur katanya.
Karimah al-Marwaziyyah (w. 1070 M) juga melajang hingga akhir hayatnya, ia adalah seorang muhaddist (ahli hadis) yang hidup semasa dengan Imam Syafii, bahkan Imam Syafii adalah ulama yang paling sering berguru kepadanya.
Nabawiyah Musa (w. 1951 M), seorang feminis Mesir memilih untuk tidak menikah, suatu ketika ia mengatakan alasannya tidak menikah “Aku tidak menyukainya, aku anggap itu menjijikkan. Aku bertekad untuk tidak mengotori diriku dengan menikah. Aku berpaling dari perkawinan untuk selama-lamanya. Alhamdulillah dengan cara ini pikiranku makin cerdas dan terang” ( hal. 91). Selain perempuan-perempuan di atas, dikutip juga kisah Laila binti Mahdi, kekasih Qais al-Majnun yang kisahnya populer di seluruh dunia, sekalipun Laila menikah tapi pada dasarnya dia masih perawan.
Beralih ke ulama laki-laki, seorang ulama yang masyhur dengan pemikiran yang liberal Imam Abu al-‘Ala al-Ma’ari (w. 1057 M) terang-terangan menolak menikah dan mempunyai anak. Menurutnya menikah dan berketurunan adalah tindakan kejahatan, bahkan ia juga seperti ketakutan melihat perempuan. Ia pernah mengkampanyekan agar tidak mempunyai anak karena menurutnya memiliki anak adalah sumber dari penderitaan. Karya Al-Ma’ari yang berupa buku sangat banyak dan menarik untuk dibaca terutama karya filsafat dan sastra, hingga mempengaruhi penyair terkenal Dante Aligheri.
Alasan Imam Abu al-‘Ala al-Ma’ari untuk tidak menikah sama halnya dengan alasan Abu al-Qasim Mahmud bin Umar al-Zamakhsyari al-Khawarizmi (w. 1143 M), Teolog Mu’tazilah yang memilih untuk menjomblo karena baginya menikah dan memiliki anak adalah sumber dari penderitaan.
Imam Nawawi (w. 1277 M), Ahli Hadis dan Fiqh yang produktif dalam menulis berbagai kitab, karya-karyanya menjadi standar buku paling otoritatif dalam Madzhab Syafi’i di seluruh bagian dunia muslim yang bermadzhab Sunni, Imam Nawawi memilih melajang demi menyebarkan ilmu agama dan mengabdi kepada umat.
Sementara Ibnu Taimiyah (w. 1328 M), tokoh Salafi ini tidak menikah selamanya. Menurut pengagumnya, Ibnu Taimiyah tidak menikah bukan karena tidak menyukainya atau melawan fitrah, tapi karena lebih mengutamakan ilmu pengetahuan, dakwah, jihad, kerja transformasi sosial, dan mendidik masyarakat. Di samping itu, ia sering berada di penjara.
Jamaluddin al-Afghani (w. 1897 M) wafat dalam keadaan melajang karena ia lebih memilih jalan perjuangan dan dakwah Islam, Sayyid Quthb Ibrahim Husein al-Syadzili, Ideolog Ikhwanul Muslimin, penulis produktif dengan karyanya yang fenomenal ia tulis dalam penjara yakni Tafsir “fi Zhilal al-Qur’an” juga ulama yang melajang hingga wafat karena berjuang untuk mendirikan negara Islam sebagaimana yang dikonsepkannya.
Tidak semua ulama yang tidak menikah adalah ulama yang tidak merasakan lika-liku kisah cinta sehingga menjauhi pernikahan, ada Abbas Mahmud al-Aqqad, pemikir dan sastrawan otodidak yang memilih untuk tidak menikah setelah dua kali percintaannya kandas. Kisah percintaannya dituangkan dalam bentuk novel. Para kritikus sastra menilai novel karangan Aqqad adalah kisah cinta terindah dari Timur dan Barat, sebuah kisah cinta yang membara. Selain karya sastra, Aqqad juga menghasilkan karya tulis lebih dari 100 buku tentang filsafat, agama dan puisi. Hampir semua bukunya laris manis.
Kyai Husein dalam buku ini juga mengulas tentang hukum menikah dan juga membahas tentang mana yang lebih utama, menikah atau beribadah? Beliau belum menemukan minimal satu orang tokoh terkemuka Indonesia dengan reputasi mendunia yang memilih tidak menikah sampai akhir hayatnya.
Kalau kamu gimana, mblo? Karyamu apa aja 😀
Resensi ini tayang di sini atas kerjasama qobiltu.co dengan perempuan membaca.com.