Sayap-Sayap Doa di Langit Arafah (Bagian-4)-Haji Tamattu Itu Apa Ya?

Sumber: Maman

SABTU, 29 Februari 2020, saya datang ke Kantor KUA KramatJati untuk mengikuti Pra-Manasik Haji. Saya datang sendiri. Istri saya tidak bisa ikut karena anak kami masih belum sehat betul. Saya langsung meluncur ke KUA. Sesampainya di KUA, ada seorang di lantai bawah. 

“Acara pra-manasik sudah mulai mas?” tanya saya. Saya bertanya karena saya datang telat. 

“Belum. Ustadz Nasrullah baru datang.” Jawabnya. 

Ah leganya. 

Saya langsung ke lantai 2 dan masuk ke ruangan pertemuan. Ada kursi kosong di pojok sebelah kiri. Saya duduk di situ. 

Kemudian saya melempar pandang ke sekitar ruangan. Ustadz Nasrullah sedang menyiapkan presentasinya. Kursi bagian depan terisi penuh oleh Ibu-Ibu. Sementara kursi di belakangnya Bapak-Bapak mengisi. Nyaris penuh, tinggal beberapa kursi saja yang kosong. 

Mata saya sempat menangkap sosok berkaos merah, ah itu Pak Chris. Sudah datang.

Terlihat juga Pak  Masna, Pak Manap (kalau tidak salah lihat) dan jama’ah lainnya. Menyusul kemudian Pak Anas datang dan beberapa peserta lainnya ketika acara sudah dimulai. 

Ustadz Nasrullah membuka pra-manasik ini dengan salam dan menyapa kabar jama’ah. Kemudian menjelaskan tentang jenis-jenis haji: Tamattu, Ifrad dan Qiran

Menarik dalam menjelaskan materi ini Ustadz Nasrullah menggunakan metode bermain peran. Dua orang jama’ah diundang ke depan forum. Jadi ada tiga orang yang berperan. 

Ustadz Nasrullah berperan sebagai jama’ah yang menerapkan haji Tamattu. Pak Suhartono haji Ifrad dan Pak Sarmili haji Qiran

Selanjutnya. 

Ketika jama’ah sudah sampai di Madinah dan menuju Makkah. Orang bertiga sama-sama niat ihram di Bir Ali, miqat dari arah Madinah. 

Bagi yang melalui Jeddah atau jamaah haji gelombang II  miqatnya di atas Yalamlam atau di Bandar Udara King Abdul Aziz Internasional Jeddah atau di pesawat. 

Ustadz Nasrullah yang memilih haji tamattu berniat umrah dulu.

Ia berniat 

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ عُمْرَةً


“Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah untuk berumrah.”

Sementara Pak Suhartono yang memilih haji Ifrad juga berniat. Ia berniat haji. 

 لَبَّيْكَ اللّهُمَّ حَجًّا 

“Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah untuk berhaji.”

Sementara Pak Sarmili yang berhaji qiran juga berniat. Ia berniat haji sekaligus umrah. 

 لَبَّيْكَ اللّهُمَّ حَجًّا وَعُمْرَةً

“Aku penuhi panggilan-Mu ya Allah untuk berhaji dan berumrah.”

Lalu apa bedanya dari tiga cara haji tersebut? 

Ustadz Nasrullah menjelaskan, “bagi saya, yang berperan memilih cara tamattu’, setelah selesai umrah yang diakhiri dengan tahallul maka sudah bebas. Artinya sudah tidak terikat oleh larangan ihram.” 

Sementara bagi Pak Suhartono dan Pak Sarmili yang memilih haji ifrad dan qiran masih terus berihram. Artinya ada larangan ihram yang harus dijaganya sampai ibadah haji selesai. Tidak ada jeda. 

Dengan bermain peran tadi saya mulai paham. Haji dengan cara tamattu’ ialah mengerjakan umrah terlebih dahulu, baru mengerjakan haji. Cara ini wajib membayar dam. 

Sementara Haji Ifrad ialah mengerjakan haji dulu kemudian umrah. Cara ini tidak wajib membayar dam. Pelaksanaan haji dengan cara ifrad ini dapat dipilih oleh jamaah haji yang kedatangannya mendekati waktu wukuf.

Kalau Haji qiran ialah mengerjakan haji dan umrah di dalam satu niat dan satu pekerjaan sekaligus. Cara ini wajib membayar dam nusuk (sesuai ketentuan syari’ah).

Waduh jadi serius. 

Sambil mendengarkan pemaparan Ustadz Nasrullah saya buka kotak berisi snack yang disiapkan ketua kelas dan bendahara. Saya ambil dulu dadar gulungnya….lalu lontong….emmm…cukup membungkam rengekan perut. 

Udah dulu ya nanti disambung lagi dengan sesi rukun dan wajib haji. 

Bersambung…

Maman Abdurahman
Follow me
0 0 votes
Article Rating
Visited 1 times, 1 visit(s) today

Maman Abdurahman

Meneliti dan menulis masalah perkawinan dan keluarga. Sekali-kali menulis cerpen dan puisi.

Maman Abdurahman
Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x