Seks dan Reproduksi: Memahami Gairah Seksual Perempuan Masa Reproduksi
Siklus reproduksi perempuan sangatlah panjang bila dibandingkan dengan laki-laki. Kalau laki-laki siklus reproduksinya hanya memerlukan hitungan waktu menit saja, beda lagi dengan masa reproduksi perempuan yang memakan waktu bertahun-tahun. Masa reproduksi perempuan dimulai sejak masa menstruasi, kehamilan, melahirkan, menyusui sampai menopause.
Pada masa reproduksi yang panjang ini, Bagaimana kondisi gairah/hasrat seksual perempuan pada masa-masa ini? apakah kondisi-kondisi yang berkaitan dengan masa reproduksi itu berpengaruh pada gairah seksualnya? Kira-kira meningkat, biasa saja, atau malah mengalami penurunan pada gairah seksualnya?
Di Indonesia, memiliki keturunan masih merupakan tujuan utama pernikahan. Oleh sebab itu berfungsinya alat-alat reproduksi pada laki-laki dan perempuan, terutama kepada perempuan, sangatlah penting. Menjaga kesehatan organ reproduksi perempuan harus dimulai sejak dini dengan pemberian informasi yang memadai dan benar. Ketidakberfungsian organ-organ reproduksi ini bisa mengakibatkan stigma dalam masyarakat tertentu di Indonesia, seperti ketika pasangan tidak memiliki anak.
Oleh sebab itu, ketika pasangan sudah dinyatakan sah dalam pernikahan, biasanya kebanyakan dari mereka tidak menunda kehamilan. Fase selanjutnya yang akan dialami adalah tentu saja kemungkinan hamil, melahirkan dan menyusui anak. Dalam semua fase reproduksi yang dialami oleh perempuan ini melibatkan perubahan baik fisik maupun mental, termasuk perubahan hormonan dalam tubuh. Tentu saja semuanya ini akan berpengaruh pada mood relasi seksual mereka. Namun demikian, biasanya setiap perempuan pengalamannya akan berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.
Contohnya, beberapa perempuan menikah dalam penelitian yang saya lakukan mengatakan bahwa ada fase ketika hamil ia merasakan gairah seksnya meningkat. Tetapi ada juga yang menurun.
Penurunan gairah seks pada masa kehamilan biasanya terjadi pada fase awal di mana kondisi tubuh sedang labil dan juga pada fase akhir kehamilan di mana kehamilan sudah besar dan membuat perempuan tidak nyaman dalam berhubunagn sex. Mengetahui strategi bercinta pada masa kehamilan ini diperlukan sehingga pemenuhan seks tidak terganggu.
Selain itu, penurunan gairah seksual juga terjadi ketika fase melahirkan. Beberapa perempuan menyatakan bahwa setelah anak lahir mereka malah tidak memikirkan seks, karena fokus perhatiannya tertuju kepada anak yang baru lahir. Beberapa perempuan juga menyatakan mereka tidak ingin melakukan hubungan seks bahkan setelah masa nifas mereka selesai, karena khawatir akan mengakibatkan mereka hamil lagi sementara anak mereka masih kecil. Di sisi lain, biasanya para suami sudah tidak sabar untuk melakukan hubungan seksual dengan istrinya setelah masa nifas mereka selesai. Selain itu, penggunaan kontrasepsi untuk mengatur kehamilan yang biasanya dibebankan kepada perempuan juga sangat membuat tubuh perempuan tidak nyaman. Hal ini berkaitan dengan perubahan-perubahan hormonal yang biasanya berpengaruh dalam relasi seksual.
Fase penurunan gairah seksual juga akan menurun ketika masa menopause datang. Secara fisik tentu saja terdapat beberapa perubahan hormonal dan menurunnya fungsi organ reproduksi seperti vagina kering yang mengakibatkan sakit saat berhubungan seks. Oleh sebab itu, secara otomatis frekwensi mereka dalam berhubungan seks juga menurun.
Fase-fase dalam reproduksi perempuan tentu saja sangat mempengaruhi gairah dan kenikmatan seksual perempuan. Dan pengaruh-pengaruh tersebut juga didukung oleh stereotype yang dilekatkan pada relasi suami istri yang menempatkan istri inferior dalam menentukan hak reproduksinya walaupun itu sangat berkaitan dengan tubuhnya. Sebagai contoh adalah penggunaan alat kontrasepsi di mana perempuan harus tunduk atas nama norma gender yang ada dalam memutuskan tentang penggunaan atau pemilihan alat kontrasepsi tertentu yang aman dan nyaman baginya.
Oleh sebab itu, dukungan dari lingkungan keluarga, terutama suami, ketika perempuan mengalami masa-masa reproduksi sangat diperlukan. Pemberian informasi yang benar mengenai berbagai fase reproduksi juga akan sangat membantu sehingga perempuan bisa lebih menyiapkan diri untuk menerima kondisinya secara lebih sehat. Selain itu, perempuan juga harus difasilitasi dalam pemberian hak-haknya secara penuh terutama yang berkaitan dengan tubuhnya.[]