Suami Selingkuh, Saya Mau Minta Cerai Tapi Kasihan Anak-Anak. Saya Harus Bagaimana?

Ilustrasi: freepik.com

Assalamu’alaikum Redaksi Qobiltu

Saya ingin konseling.Tapi saya ga tau harus mulai dari mana.

Intinya saya merasa putus asa dan tak berguna karena suami saya selingkuh untuk yang ke sekian kali.

Umur saya 39 tahun. Punya anak 4, saya ingin berpisah tapi kasihan sama anak-anak. Saya gak tega. Mereka masih sekolah di SD dan SMA.

Suami saya gak mau bercerai tapi juga gak mau mengakui kalau dia salah apalagi minta ma’af.

Saya harus gimana? Apakah boleh memberitahu masalah ini kepada anak-anak kami. Bolehkah melibatkan keluarga untuk penyelesaian masalah ini?

Mohon bantuan dan sarannya.

Terima kasih atas bantuannya.

Mira-Bogor

Selamat Sore Mba Mira,

Terima kasih telah mempercayakan kisahnya kepada kami.

Saya memahani perasaan putus asa yang mba rasakan, karena seperti digantung statusnya.. mba diakui sebagai istri dan ibu dari anak-anak namun suami sepertinya sulit juga menjaga komitmennya dalam pernikahan.

Bercerai sebenarnya bukan perkara yang mudah, apalagi ada 4 orang anak yang juga harus diasuh dan dijaga. Namun kadang perceraian memang bisa menjadi solusi bila memang sudah tidak ada lagi saling kepercayaan dan komitmen diantara suami istri. Untuk itu keputusan ini perlu dipikirkan masak-masak dan dengan hati yang tenang.

Bila suami memang sulit untuk berubah, kita bisa coba ubah diri kita sendiri dulu mba…

Cobalah ikut kegiatan-kegiatan yang membuat mba kembali merasa berguna sebagai seorang individu. Mungkin kegiatan itu bisa membantu mba juga untuk mendapatkan tambahan penghasilan,  ketenangan spiritual, keterampilan baru, dan bahkan mungkin lingkungan pergaulan yang baru.

Dengan memiliki kegiatan yang berarti diharapkan kita menjadi menemukan kepercayaan diri kita lagi, memiliki penyaluran positif untuk perasaan gelisah yang menghantui kita, dan memberikan contoh yang baik bagi anak-anak karena anak-anak melihat ibunya kembali memiliki semangat dan berdaya.

Secara perlahan tata juga keuangan keluarga, usahakan mba Mira dan anak-anak memiliki uang tabungan yang dapat digunakan untuk biaya hidup dan pendidikan anak-anak.

Sambil secara sabar tetap ingatkan suami bahwa anak-anak dan mba membutuhkan kehadirannya secara utuh dan tidak dibagi dengan kehadiran orang lain di dalam keluarga.

Harapannya secara perlahan mba dapat menumbuhkan lagi kepercayaan diri mba dan merasa berguna kembali. Dengan demikian, ketika akan membuat keputusan terkait relasi dengan suami, Mba Mira sudah dalam kondisi tenang dan berdaya.

Semoga saran ini berguna ya mba. Tetap berdoa dan berserah kepadaNya.

Mba Mira yang baik,

Setiap perceraian memang memiliki dampak bagi anak-anaknya, karena mereka biasanya menjadi terjepit antara kedua orang tua. Namun, mereka juga punya kemampuan untuk memberikan penilaian sendiri sehingga kita juga perlu mendengarkan pandangan mereka. Orang tua juga harus yakin dengan keputusan yang mereka ambil sehingga anak bisa memahami keputusan yang diambil orang tuanya.

Ketika masih ragu dalam mengambil keputusan, jangan gunakan pandangan anak sebagai pemicu keputusan. Karena bagaimana pun anak tidak perlu kita bebani lagi dengan perasaan bersalah karena telah membuat ibunya menderita telah mengambil keputusan yang salah karena mempertimbangkan anak.

Kita dapat bercerita kepada anak mengenai permasalahan yang terjadi sesuai dengan kemampuan mereka sehingga tentu informasi yang disampaikan kepada anak yang SD akan berbeda dengan anak yang SMA. Tapi mereka perlu paham bahwa saat ini orang tuanya sedang ada persoalan.

Jangan sampaikan kepada anak bahwa mba ingin bercerai sebelum benar-benar yakin akan bercerai, dan jangan hanya berfokus pada keburukan suami namun mba sendiri tetap mempertahankan suami. Karena sikap tidak konsisten antara kata-kata dan perbuatan ini yang akan makin membuat anak bingung dan menderita.

Mba Mira coba minta waktu untuk bicara berdua dengan suami, sampaikan bahwa mba merasa tidak nyaman dengan situasi ini dan meminta kejelasan sikap dari suami. Sampaikan juga bahwa mba mulai berpikir untuk berpisah dan akan menyampaikan permasalahan ini ke anak-anak. Ajak suami untuk juga berbicara dengan anak-anak (terutama anak yang SMA) dan kalau masih memungkinkan mencari solusi yang terbaik bagi semua.

Melibatkan orang lain (keluarga) memang kadang dapat membantu, namun perlu diingat juga sering kalau keluarga juga memiliki keberpihakan baik kepada istri ataupun suami. Oleh sebab itu, akan lebih baik bila kita tahu memang ada pihak-pihak keluarga yang netral sehingga pelibatnya benar-benar dapat menbantu dan bukannya mempersulit situasi.

Bila sulit menemukan keluarga yang dipandang netral, bisa juga melibatkan orang lain yang sekiranya dapat didengarkan oleh suami maupun istri seperti misalnya berkonsultasi kepada profesional seperti konselor ataupun psikolog, dan ajak suami untuk melakukan konseling pasangan. Bila tidak memungkinkan bisa juga melibatkan tokoh agama atau masyarakat yang dirasa akan bisa menjadi penengah bagi semuanya.

Semoga membantu ya mba Mira.

Nirmala Ika
5 1 vote
Article Rating
Visited 1 times, 1 visit(s) today

Nirmala Ika

Alumnus Fakultas Psikologi dan Program Master Psikologi Universitas Indonesia. Berpengalaman sebagai psikolog di berbagai lembaga, diantaranya di Yayasan Pulih Jakarta.

Nirmala Ika
Subscribe
Notify of
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x