Yuk Kenali 6 perilaku Bullying dan Cara Menanggulanginya Bunda!

Ilustrasi: freepik.com

Bullying, atau dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan istilah perundungan, adalah perilaku negatif yang berulang dilakukan dan menyebabkan ketidaksenangan atau menyakiti orang lain, yang dilakukan oleh seseorang dan atau bisa beberapa orang secara langsung terhadap seseorang yang tidak mampu melawannya (Olweus, 2006). Perilaku menyakiti orang lain tersebut dapat dilakukan secara fisik ataupun psikis, dan biasanya mengandalkan ‘kekuatan’ yang tidak seimbang, secara fisik maupun sosial. Para pelaku ini biasanya adalah individu yang mudah marah, mudah tersinggung, bahkan tidak peduli dengan orang lain.

Banyak anak, bahkan kita sendiri sebagai orang tua atau orang dewasa, terkadang tidak menyadari bahwa yang dilakukan adalah perilaku bullying. Mereka cenderung mengatakan hal tersebut sebagai hal yang iseng atau sekedar becandaan semata. Padahal apa yang mereka lakukan adalah sudah termasuk kategori bullying. Lalu seperti apa sih sebenarnya perilaku bullying itu? Kenali bentuk-bentuknya di bawah ini ya bun…

  • Memukul

Memukul adalah cara yang paling sering dilakukan seorang anak untuk menunjukkan perilaku agresifnya. Sikap memukul ini bisa jadi adalah cara yang ‘tak sengaja’ dia tiru dari orang tua mereka yang selalu memukul mereka ketika melakukan ’kesalahan’ atau bahkan memukul tanpa alasan (karena kesal anak rewel atau mengganggu pekerjaan atau istirahat orang tua misal). Selain itu, juga karena banyaknya tontonan seperti film-film yang berisi adegan-adegan ‘keras’ yang tanpa sensor setiap hari dilihatnya di televisi atau media sosial. Semua hal ini tanpa disadari membuat mereka selalu menirunya.

Tak heran, jika anak kemudian saat merasa kesal, mereka akan mengungkapkannya lewat cara memukul. Seperti juga saat menginginkan (meminjam) barang temannya, dia cenderung tidak memintanya dengan baik-baik, dia justru akan merebutnya bahkan memukulnya ketika tidak diberikan.  Ataupun saat barangnya dipinjam oleh orang lain dan dia tidak mengizinkannya, maka dia akan memukulnya untuk mengambil barangnya kembali.

Cegah sesegera mungkin saat melihat anak akan melakukan perilaku tersebut. Saat anak hendak memukul, segera tangkap tangannya, dan bawa anak menjauh. Ajak dialog dan tanya kepadanya mengapa dia melakukan hal tersebut? beritahu kepadanya bahwa memukul itu tindakan yang tidak baik, beri tahu batasan apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan saat bermain bersama teman-temannya. Dan yang paling efektif dan utama adalah orang tua memberikan contoh yang nyata dengan tidak berteriak-teriak atau bahkan langsung memukul anak karena sikap agresifnya tersebut.

  • Mencubit

Mencubit, meskipun jarang diketahui, merupakan cara yang ampuh bagi anak-anak untuk ‘bersosialisasi’ dengan teman-temannya. Apakah saat ia menginginkan sesuatu, kesal, ataupun saat melampiaskan perasaan emosinya. Lagi-lagi ini pun bisa jadi merupakan tiruan dari apa yang dia alami di rumahnya, di mana orang tuanya juga sering mencubitnya, dengan atau tanpa alasan apapun.

Menangani anak yang mencubit, sama seperti yang dilakukan saat menangani anak yang memukul. Mencegah dia melakukannya kembali dan memberi penjelasan bahwa hal tersebut adalah perbuatan yang tidak baik, dan tentunya orang tua pun mencontohkannya dengan nyata (tidak mencubitnya).

  • Menggigit

Menggigit adalah salah satu sikap reflek seorang anak ketika menghadapi situasi yang membahayakan dan tersudut. Perilaku ini sangat dominan terjadi pada fase oral anak. Kalau dia digigit temannya, tidak serta merta dia akan membalas menggigit juga. Tapi jika anak menggigit kita, tanyakan kepadanya mengapa dia menggigit kita, apakah dia lapar atau ada hal lain yang mengganggunya, namun jangan sekali-kali Ayah Bunda membalas gigitan anak dengan gigitan, sekalipun bercanda. Karena secara tidak langsung, kita mengajarkan mereka cara membalas dendam.

  • Meludah

Meludah, sama halnya seperti menggigit, merupakan sikap agresif anak saat ia merasa terancam atau ada hal yang membuat dia merasa tidak nyaman.Meludah jelas merupakan sikap yang sangat buruk, selain menjijikkan meludah juga perilaku yang tidak sopan. Dan lagi-lagi, sikap ini seperti halnya menggigit, biasanya lebih karena peniruan dari luar dirinya, baik di lingkungan keluarga atau pun lingkuran masyarakat di sekitarnya.

Jika melihat anak melakukan hal ini, orang tua hendaknya membawanya menjauh dan beranya kepadanya mengapa dia melakukan hal tersebut seraya memberitahu kepadanya bahwa itu kebiasaan yang buruk dan tidak pantas/sopan dilakukan. Anak bisa sekali-kali diberi sanksi, jika dia melakukan hal itu, maka dia dihukum tidak boleh bermain dengan mainan kesukaannya selama beberapa hari misalnya.

  • Menjambak

Perilaku ini lebih sering terjadi di kalangan wanita, baik pelaku maupun korbannya. Karena dalam menjambak, rambut menjadi sasaran empuk dalam melancarkan sikap agresif ini. Karena rambut lazimnya mudah dilihat, dijangkau, dipegang, dan ditarik-tarik oleh anak-anak, apalagi jika rambut yang dimiliki salah satu anak atau keduanya Panjang dan lebat, maka aksi ini seolah ada sensasi lebih saat melakukannya.

Perilaku ini bisa jadi terjadi tanpa disengaja, misal saat menonton televisi, pandangannya terhalang oleh rambut teman di depannya, secara reflek dia akan menjambak karena kesal telah mengganggu keasyikan ia menonton televisi.  Atau lebih ektrimnya karena kesal dan marah dalam memperebutkan sesuatu. Dalam hal ini, sama seperti yang dilakukan saat anak menggigit dan meludah, katakana kepadanya hal tersebut tidak baik dan tidak sopan serta akan menyakiti temannya.

  • Merusak dan Merebut mainan

Sering kali kita temui anak-anak yang bersikap sangat agresif terhadap mainan, baik terhadap mainannya sendiri ataupun kepada mainan temannya. Saat orang tua memberinya mainan, serta merta dia bukan memainkannya melainkan merusaknya, mempreteli bagian-bagian dari mainannya tersebut. Bisa jadi karena keingintahuannya yang besar tapi bisa juga karena hal lain, dia tidak suka dengan mainannya itu misalnya, sehingga dia akan merusaknya sebagai bagian dari protes meminta perhatian dari orang tuanya dengan sikap agresifnya tersebut.

Hal lainnya, sikap mem-bully bisa terjadi dengan cara merebut mainannya dan merusaknya. Entah karena kecemburuannya dan rasa tidak senangnya orang lain memilliki mainan, atau memang dia merasa bahwa hanya dialah yang mampu membeli mainan seperti itu, dan orang lain tidak meungkin memilikinya, sehingga dia harus ‘mengambilnya’ kembali dengan paksa.

Menangani sikap anak seperti ini, orang tua hendaklah memberikan pemahaman bahwa barang yang tidak dibelikan dan diberkan oleh orang tua itu berarti bukan barang miliknya misalnya, dan orang lain juga bisa memilikinya. Jangan biarkan dia merasa bahwa segala sesuatu itu hanya dia pemiliknya, dan dia akan marah saat orang lain memiliki mainan dan berusaha merebutnya karena dia pikir itu adalah mainan miliknya.

   Wallahu a’lam.

Silvia Rahmah
0 0 votes
Article Rating
Visited 1 times, 1 visit(s) today

Silvia Rahmah

Magister Pendidikan Quran Hadis. Berpengalaman di dalam dunia jurnalistik dan editor di sejumlah penerbit nasional. Ia juga menyukai pengasuhan anak-anak atau parenting.

Silvia Rahmah
Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x