Membangun Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah: Menjemput Surga di Dunia

Ilustrasi: Googleaistudio

Setiap insan mendambakan surga, tempat penuh kedamaian dan kebahagiaan abadi. Namun, tahukah Anda, nuansa surga itu bisa kita mulai bangun di dunia ini? Ya, dalam sebuah rumah tangga yang berpondasikan sakinah, mawaddah, wa rahmah. Istilah mulia ini, yang sering kita dengar dalam khotbah pernikahan, bukanlah sekadar doa kosong, melainkan sebuah visi komprehensif untuk pernikahan Islam yang ideal.

Allah SWT sendiri yang mengabadikan tujuan agung ini dalam firman-Nya, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Rum: 21). Ayat ini menjadi landasan utama mengapa sakinah, mawaddah, wa rahmah adalah pilar yang tak tergantikan.

Sakinah: Ketenangan yang Menenteramkan Jiwa

Sakinah bermakna ketenangan, kedamaian, dan ketenteraman. Bayangkan sebuah pelabuhan yang aman di tengah badai kehidupan. Itulah rumah tangga sakinah. Setelah lelah menghadapi hiruk pikuk dunia, kita menemukan ketenangan saat kembali ke rumah, saat bertemu pasangan, dan saat melihat senyum anak-anak. Ketenangan ini lahir dari rasa aman, saling percaya, dan terbebas dari kekhawatiran yang tidak perlu.

Bagaimana kita membangunnya? Ini dimulai dari pribadi yang tenang. Jika seorang suami atau istri membawa pulang emosi negatif dari luar, sakinah akan sulit terwujud. Kita perlu belajar mengelola emosi, berkomunikasi secara terbuka, dan menciptakan suasana rumah yang positif. Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang terbaik bagi keluarganya, dan aku adalah yang terbaik bagi keluargaku.” (HR. Tirmidzi). Hadis ini menegaskan pentingnya perilaku positif dimulai dari diri sendiri. Pasangan suami istri wajib menciptakan suasana damai ini bersama-sama.

Mawaddah: Cinta yang Penuh Gairah dan Kegembiraan

Setelah ketenangan, hadir mawaddah. Ini adalah bentuk cinta yang lebih mendalam, penuh gairah, kegembiraan, dan keintiman. Mawaddah adalah perasaan yang membuat kita merindukan kehadiran pasangan, ingin selalu dekat dengannya, dan merasa bahagia saat bersamanya. Ia adalah bahan bakar yang menyalakan api asmara dan kebahagiaan dalam pernikahan.

Membangun mawaddah menuntut usaha berkelanjutan. Pasangan harus terus menjaga romantisme, saling menghargai, dan menunjukkan kasih sayang. Tindakan kecil seperti pujian, sentuhan lembut, hadiah tak terduga, atau sekadar mendengarkan cerita pasangan dengan penuh perhatian, bisa menghidupkan mawaddah. Mengikuti jejak Rasulullah SAW yang sering bergurau dan bermesraan dengan istri-istri beliau dapat menjadi teladan bagi kita. Bahkan, Aisyah RA pernah menceritakan bagaimana Rasulullah SAW mengajaknya lomba lari (HR. Muslim), menunjukkan betapa interaksi yang menyenangkan membangun mawaddah.

Rahmah: Kasih Sayang yang Abadi Melampaui Segala Kekurangan

Pilar terakhir adalah rahmah, kasih sayang yang tulus, belas kasihan, dan kelembutan. Berbeda dengan mawaddah yang mungkin bergelora di awal, rahmah adalah cinta yang lebih matang, yang mampu bertahan saat tantangan datang, saat pasangan terlihat tidak sempurna, atau bahkan saat gairah mulai meredup. Ia adalah payung yang melindungi keluarga dari panasnya konflik dan dinginnya perpisahan.

Rahmah membuat kita memaafkan kesalahan pasangan, menerima kekurangan mereka, dan tetap mencintai meskipun ada perbedaan. Ketika seorang suami sakit, rahmah mendorong istri untuk merawatnya dengan sabar. Ketika seorang istri merasa lelah, rahmah membuat suami mengulurkan tangan membantu. Ia adalah dasar dari pengorbanan tanpa pamrih dan kesediaan untuk selalu ada. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Orang-orang yang penyayang akan disayangi oleh Ar-Rahman (Allah Yang Maha Penyayang).” (HR. Tirmidzi). Hadis ini menunjukkan bahwa kasih sayang kita kepada keluarga adalah cerminan dari kasih sayang Allah kepada kita.

Menjemput Surga di Dunia: Langkah Praktis

Membangun Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah bukan berarti tanpa masalah. Setiap rumah tangga pasti menghadapi ujian. Namun, dengan fondasi yang kuat, badai apa pun dapat dilewati.

  1. Prioritaskan Komunikasi: Saling bicara dengan jujur dan terbuka adalah kunci. Dengarkan pasangan tanpa menghakimi.
  2. Perkuat Ibadah Bersama: Salat berjamaah, membaca Al-Qur’an bersama, atau saling mengingatkan kebaikan, akan menguatkan ikatan spiritual dan sakinah.
  3. Saling Melayani: Rasulullah SAW mencontohkan bagaimana beliau membantu pekerjaan rumah tangga. Suami membantu istri, istri membantu suami.
  4. Berikan Apresiasi: Jangan ragu memuji dan berterima kasih atas segala kebaikan pasangan, sekecil apa pun itu.
  5. Pendidikan Anak Berbasis Islam: Tanamkan nilai-nilai Islam sejak dini agar anak menjadi penyejuk hati (qurrata a’yun) dan turut menyemarakkan sakinah, mawaddah, wa rahmah di rumah.

Membangun Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah adalah sebuah perjalanan panjang yang membutuhkan komitmen, kesabaran, dan doa. Namun, imbalannya sangat besar: sebuah rumah tangga yang menjadi sumber ketenangan di dunia dan bekal menuju surga di akhirat. Mari kita jemput surga di rumah kita sendiri.***


Visited 1 times, 2 visit(s) today
0 0 votes
Article Rating

admin

Admin qobiltu bisa dihubungi di e-mail qobiltu.co@gmail.com

admin
Subscribe
Notify of
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x