10 Cara Efektif Mengatasi Tantrum pada Anak Tanpa Ikut Emosi

Ilustrasi: Googleaistudio

Lorong sereal di supermarket itu terasa menyempit. Semua mata seolah tertuju pada Rina saat putranya yang berusia tiga tahun, Leo, menjatuhkan diri ke lantai. Gulingan, tendangan, dan teriakan memekakkan telinga itu dipicu oleh satu kata sederhana: “Tidak.” Sebuah penolakan atas sekotak sereal bergambar kartun yang tidak ada dalam daftar belanja. Jantung Rina berdebar kencang, campuran antara malu, marah, dan putus asa. Ia ingin sekali berteriak balik, tapi ia tahu itu hanya akan memperburuk keadaan.

Jika skenario ini membuat Anda mengangguk setuju, ketahuilah bahwa Anda adalah bagian dari mayoritas. Tantrum adalah bagian normal dari perkembangan anak. Data dari American Academy of Pediatrics (AAP) menunjukkan bahwa ledakan emosi ini sangat umum terjadi pada anak usia 1 hingga 4 tahun, seiring dengan perkembangan pesat area otak yang mengatur emosi. Mereka memiliki keinginan besar, namun kemampuan komunikasi dan kontrol dirinya masih terbatas.

Kunci untuk melewati badai ini bukanlah dengan menekan emosi anak, tetapi dengan menjadi “jangkar” yang tenang di tengah ombak. Berikut adalah 10 cara efektif untuk mengatasi tantrum pada anak tanpa kehilangan kendali diri Anda.

1. Tetap Tenang: Anda Adalah Cuacanya

Anak Anda akan meniru respons emosional Anda. Jika Anda panik atau marah, emosinya akan ikut tersulut. Ambil napas dalam-dalam, hitung sampai sepuluh, dan ingatkan diri Anda: “Ini bukan situasi darurat. Ini adalah emosi yang butuh bantuan.” Ketenangan Anda adalah alat paling ampuh untuk meredakan situasi.

2. Turunkan Posisi Anda, Samakan Level Mata

Membungkuk atau berlutut hingga sejajar dengan mata anak akan mengurangi faktor intimidasi. Kontak mata yang setara mengirimkan pesan, “Aku di sini bersamamu, aku melihatmu.” Ini membuat anak merasa lebih aman dan didengar, bukan dihakimi dari atas.

3. Validasi Perasaannya, Bukan Perilakunya

Gunakan kalimat yang mengakui emosinya. “Ibu tahu kamu marah sekali karena tidak dapat sereal itu,” atau “Kamu kelihatannya sangat kecewa.” Dengan memvalidasi perasaan, Anda mengajarkan kepadanya bahwa emosi itu wajar. Namun, ini tidak berarti Anda menyetujui perilakunya yang melempar barang atau menendang.

4. Beri Nama untuk Emosi Itu

Anak kecil belum memiliki kosakata untuk emosi mereka. Bantu mereka dengan menamainya. “Kamu merasa frustrasi, ya?” atau “Kamu sedang sedih.” Ini adalah langkah awal yang krusial untuk membangun kecerdasan emosional. Ia belajar mengenali apa yang ia rasakan.

5. Alihkan Perhatian dengan Cerdas

Untuk anak yang lebih kecil (di bawah 2 tahun), pengalihan perhatian bisa sangat efektif. “Lihat! Ada balon merah besar di sana!” atau “Wah, coba dengar, sepertinya ada suara kucing.” Lakukan dengan antusias untuk menarik minatnya dari pemicu tantrum.

6. Tawarkan Pilihan Terbatas

Tantrum sering kali muncul karena anak merasa tidak punya kontrol. Kembalikan sedikit kontrol kepadanya dengan menawarkan dua pilihan yang bisa Anda terima. “Kita tidak bisa beli sereal itu, tapi kamu boleh pilih mau apel merah atau pisang kuning?” Ini memberinya rasa otonomi.

7. Tetapkan Batasan yang Jelas dan Konsisten

Jika tantrum melibatkan perilaku agresif seperti memukul atau melempar, bertindaklah dengan tegas namun tenang. Pegang tangannya dengan lembut dan katakan, “Ibu tidak akan membiarkanmu memukul. Memukul itu sakit.” Konsistensi adalah kunci agar anak memahami batasan yang ada.

8. Abaikan (Jika Tujuannya Hanya Mencari Perhatian)

Jika tantrum tidak membahayakan dan murni untuk mencari perhatian, terkadang cara terbaik adalah dengan tidak memberinya “panggung”. Tetaplah di dekatnya untuk memastikan ia aman, namun jangan berikan kontak mata atau respons verbal. Saat ia mulai tenang, segera berikan perhatian positif.

9. Gunakan Sentuhan yang Menenangkan

Jika anak mengizinkan, sebuah pelukan erat atau usapan lembut di punggung dapat membantu mengatur sistem sarafnya yang sedang kacau. Sentuhan fisik melepaskan oksitosin, hormon penenang yang bisa meredakan stres baik bagi anak maupun Anda.

10. Hubungkan Kembali Setelah Badai Reda

Setelah tantrum mereda, jangan menghukum atau menyindir. Ini adalah waktu untuk terhubung kembali. Peluk ia dan katakan, “Tadi itu sulit sekali, ya. Ibu sayang kamu.” Bicarakan secara singkat apa yang terjadi dan bagaimana cara yang lebih baik untuk mengungkapkannya di lain waktu.

Seorang neurosaintis dan penulis buku The Whole-Brain Child, Dr. Daniel J. Siegel, memberikan strategi yang sangat relevan:

“Connect and Redirect. Connect with the right brain’s emotion, then redirect with the left brain’s logic.”

Pada dasarnya, Anda harus terhubung dengan emosinya terlebih dahulu (validasi, tenangkan) sebelum mencoba memberikan logika atau solusi. Mengatasi tantrum pada anak bukanlah tentang memenangkan pertempuran, melainkan tentang membimbingnya melalui emosi besarnya. Dengan kesabaran dan strategi yang tepat, Anda tidak hanya menghentikan tangisan, tetapi juga membangun fondasi emosional yang kuat untuk masa depannya.(*)


Visited 1 times, 6 visit(s) today
0 0 votes
Article Rating

admin

Admin qobiltu bisa dihubungi di e-mail qobiltu.co@gmail.com

admin
Subscribe
Notify of
0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x