Panduan Lengkap Niat Puasa Tarwiyah dan Arafah: Keutamaan dan Dalilnya

Bulan Dzulhijjah merupakan salah satu bulan yang sangat dimuliakan dalam Islam. Di dalamnya terdapat hari-hari istimewa, termasuk hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah) dan hari Arafah (9 Dzulhijjah). Selain ibadah haji yang puncaknya berlangsung di Arafah, umat Islam yang tidak berhaji dianjurkan untuk memperbanyak amal saleh, salah satunya dengan berpuasa.
Lantas, bagaimana niat puasa Tarwiyah dan Arafah yang benar? Apa saja keutamaan dari puasa ini? Artikel ini akan membahasnya secara lengkap, disertai dalil dan pendapat ulama terpercaya.
Apa Itu Puasa Tarwiyah dan Arafah?
Puasa Tarwiyah adalah puasa sunah yang dikerjakan pada tanggal 8 Dzulhijjah. Sedangkan puasa Arafah adalah puasa sunah yang dikerjakan pada tanggal 9 Dzulhijjah, yakni sehari sebelum Iduladha.
Kedua puasa ini sangat dianjurkan bagi umat Islam yang tidak sedang menunaikan ibadah haji.
Keutamaan Puasa Tarwiyah
Meskipun derajat hadits tentang puasa Tarwiyah masih diperdebatkan oleh ulama hadits, banyak kitab fiqih klasik yang tetap menganjurkan ibadah ini.
Dalam kitab Iqna’ fi Halli Alfadz Abi Syuja’ karya Syekh Al-Khatib Asy-Syarbini disebutkan:
“Disunahkan berpuasa pada sembilan hari pertama Dzulhijjah, khususnya pada hari Arafah bagi selain jemaah haji.”
Artinya, meskipun hadits tentang Tarwiyah tidak sekuat Arafah, tetap dianjurkan mengerjakannya sebagai bagian dari puasa di 10 hari pertama Dzulhijjah.
Keutamaan Puasa Arafah
Puasa Arafah memiliki keutamaan luar biasa, sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Puasa Arafah aku berharap kepada Allah dapat menghapus dosa setahun sebelumnya dan setahun setelahnya.”
(HR. Muslim No. 1162)
Hadits ini menjadi dalil utama anjuran puasa Arafah karena pahalanya yang begitu besar — menghapus dosa dua tahun sekaligus.
Niat Puasa Tarwiyah dan Arafah
Niat adalah penentu sahnya ibadah, termasuk puasa. Untuk puasa sunah seperti Tarwiyah dan Arafah, niat bisa dilakukan di malam hari hingga sebelum masuk waktu zuhur, selama belum makan atau melakukan hal yang membatalkan puasa.
Berikut bacaan niatnya:
Niat Puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah):
نَوَيْتُ صَوْمَ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
“Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillahi ta’ala.”
Artinya: Aku niat puasa Tarwiyah sunah karena Allah Ta’ala.
Niat Puasa Arafah (9 Dzulhijjah):
نَوَيْتُ صَوْمَ عَرَفَةَ سُنَّةً لِلَّهِ تَعَالَى
“Nawaitu shauma Arafata sunnatan lillahi ta’ala.”
Artinya: Aku niat puasa Arafah sunah karena Allah Ta’ala.
Jika lupa bacaan Arab-nya, cukup niat dalam hati saja bahwa ia akan berpuasa sunah Tarwiyah atau Arafah karena Allah.
Waktu Melafalkan Niat
Menurut mayoritas ulama, waktu niat puasa sunah boleh dilakukan:
Di malam hari hingga sebelum terbit fajar, atau di pagi hari sebelum zawal (masuk waktu zuhur), selama belum makan, minum, atau melakukan hal-hal yang membatalkan puasa.
Dalam hadits riwayat Aisyah RA, Rasulullah SAW pernah berpuasa sunah meski baru berniat di pagi hari:
“Suatu hari Nabi SAW masuk ke rumah kami, lalu bertanya, ‘Apakah kalian punya makanan?’ Kami menjawab, ‘Tidak ada.’ Beliau bersabda, ‘Kalau begitu, aku puasa.’” (HR. Muslim No. 1154)
Hadits ini menjadi dasar bolehnya niat puasa sunah setelah fajar selama belum melakukan hal yang membatalkan.
Hukum Puasa Arafah bagi Jemaah Haji
Para ulama sepakat bahwa puasa Arafah sunah bagi yang tidak berhaji. Sementara bagi jemaah haji yang sedang berada di Arafah, lebih utama untuk tidak berpuasa agar kuat melaksanakan wukuf dan ibadah lainnya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA:
“Nabi SAW tidak berpuasa pada hari Arafah saat beliau berada di Arafah.” (HR. Abu Dawud No. 2440)
Puasa Tarwiyah dan Arafah adalah ibadah sunah yang ringan dikerjakan, tetapi memiliki keutamaan besar, khususnya puasa Arafah yang dapat menghapus dosa dua tahun. Islam memberikan kemudahan bagi umatnya, karena puasa sunah ini bisa diniatkan hingga menjelang zuhur. Wallahu a’lam.
Referensi:
- HR. Muslim No. 1162, HR. Abu Dawud No. 2440
- Syekh Al-Khatib Asy-Syarbini, Iqna’ fi Halli Alfadz Abi Syuja’
- Imam Nawawi, Al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab
- Imam Ibnu Qudamah, Al-Mughni