Kisah Sukses Bang Uki Menyekolahkan Empat Anaknya Sampai Menjadi Sarjana
Pak Marzuki atau biasanya saya memanggilnya Bang Uki, ada juga orang yang memanggilnya Bang Zuki. Ia anak kelima dari 10 bersaudara. Masa kecilnya ia tinggal di Kuningan Jakarta. Kemudian menikah dengan Bu Farida yang berasal dari Bogor. Setelah menikah, hidupnya tidak mudah, penuh duri yang harus dilalui. Berpindah-pindah dari satu kontrakan ke kontrakan yang lain dengan suka dukanya.
Bahkan Bang Uki dan Bu Farida bercerita pernah tinggal ngontrak di Mampang yang luas kamarnya hanya sekitar 3×4 meter. Di tempat itu, pasangan baru itu menggunakannya untuk tidur, masak dan tempat menyimpan peralatan dapur. Ketika hujan turun kamar itu banjir.
Mempunyai anak empat: laki-laki dua, perempuan dua. Hebatnya, keempat anaknya berhasil mereka kuliahkan sampai lulus semua menjadi sarjana. Anak pertamanya, laki-laki, lulus dari Universitas Nasional (UNAS), anak keduanya, perempuan, menjadi Sarjana Pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Anak ketiganya, perempuan, lulus dari Universitas Nasional (UNAS) dan Anak keempat, laki-laki, lulus dari Universitas Pancasila. Bahkan tiga anak dan menantunya sudah berhasil bekerja di perusahaan yang tidak semua orang bisa masuk.
Cerita lengkapnya begini.
Pagi itu saya mendatangi Bang Uki di rumahnya. Sebelumnya, saya kirim WA kepadanya:
“Bang Uki, saya pengen nulis kisah sukses Bang Uki dalam berkarir dan berumah tangga untuk dimuat di qobiltu.co. Jika berkenan kapan kita bisa ngobrol?” Tanya saya melalui WhatsApp.
Tak menunggu lama Bang Uki membalas WA saya.
“Sabtu, Ok” Jawabnya singkat. Saya pun menyepakatinya.
Singkat cerita, Sabtu pagi itu saya mendatangi rumah tingkatnya. Bang Uki mengajak Saya ke lantai dua rumahnya yang teduh dan nyaman dengan penuh tanaman hias Aglaonema dan tanaman obat. Rumahnya di daerah Condet Balekambang. Setelah basa basi sebentar, saya meminta Bang Uki untuk menceritakan perjalanan hidupnya dari awal pernikahannya, suka dukanya dalam meniti karir, menyekolahkan anak-anaknya, sampai saat ini menjelang pensiun.
Tak terasa sekitar 1 jam setengah Bang Uki bercerita tentang perjalanan hidupnya. Ia mulai bercerita saat ia bekerja sambil bersekolah. Siangnya kerja malamnya sekolah SMA. Tapi tidak sampai lulus. Ia hanya sampai kelas dua karena waktu sekolahnya bentrok dengan bekerja di Departemen Kehakiman. Dulu orang menyebutnya TUN (Tata Usaha Negara).
Di Kehakiman, ia bekerja sebagai tukang menyiapkan dokumen-dokumen orang yang berperkara. Memfoto copy dokumen-dokumennya. Termasuk dokumen-dokumen orang yang berperkara menggunakan jalur belakang. Sedikit banyak ia mendapatkan uang dari orang yang berperkara tersebut. Uang pelicin.
“Kalau ngomongin pekerjaan, sakitnya gak bisa diceritain.” Kata Bang Uki seakan menggambarkan betapa pahit getirnya ketika awal meniti karir.
Ia pun menjelaskan pekerjaannya di Kehakiman.
Tak lama bekerja di Departemen Kehakiman kemudian Bang Uki pindah bekerja ke PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI). Kebetulan waktu itu RNI baru pindah dari Asemka ke daerah Kuningan Jakarta, dekat rumah orang tuanya. Temannya mengajak ia masuk perusahaan BUMN ini. Awalnya ia hanya ikut teman. Ia bantu-bantu di bagian umum. Dari honorer sampai akhirnya RNI mengankatnya menjadi karyawan tetap sekitar tahun 1997.