[Puisi] Menggamit Aksara Cinta

Semburat mega memeluk hangat kabut asa. Gemulai membalut sukma rasa. Para penghuni malam lantunkan senandung harapan.
Bilik kenangan sejenak dipusarakan. Pada bumi, cinta disemaikan.
Sejenak kidung didendangkan. Di sepenggal masa tersapa pada ruas bibir nan indah. Cahaya nirwana digelar terbalut kesucian. Bagai melukis negeri di atas awan.
Secercah harap dihempas sang bayu dari balik perenungan. Hingga riuh, perhelatan mimpi pun tak sanggup menawar kehidupan yang telah digariskan.
Samudera begitu luas terbentang. Walau terkadang bumi tersapa semburat kekeringan. Jangan takutkan titik temu di masa depan. Sejatinya yang kemudian itu lebih bersinar dari apa yang terbayang di dalam angan.
Dan. Manakala cahaya menembus kehangatan rasa. Kan terurai pada janji di balik rencana. Cahaya itu menuntun pada rinai embun di sebening sketsa cinta.
Pijakan hari tersapa oleh serpihan lembut embun pagi. Pada kerinduan yang tergelar di hamparan masa, meniti impian nan terbingkai dalam sebentuk kesyukuran. Sungguh, sang pemahat alam begitu lihai menggamit aksara cinta dalam buaian surga dunia.
Jogjakarta, Oktober 2019
- [Puisi] Menggamit Aksara Cinta - 26/10/2019
- Menyulam Bilik Penantian - 21/09/2019