Kisah Ustadzah Nunung, Guru Ngaji yang Diberangkatkan Umrah FKGN

Sumber foto: Dok. Pribadi

Setelah lebaran Idul Fitri 1443 H kemarin, saya mendapat kabar bahwa Ustadzah Nunung Nur’amlia Siyati (36 Tahun) akan berangkat umrah. 

Banyak orang kaget, termasuk saya, kok bisa dia berangkat umrah yang biayanya tidak sedikit. Apalagi untuk ukuran seorang guru ngaji di kampung. 

Saya pun tertarik untuk mendengar kabar tersebut langsung dari orangnya. Saya  berkunjung ke rumahnya untuk mendengar cerita yang sebenarnya. 

Selepas shalat isya (20/6), saya meluncur ke rumahnya di Kampung Pawelutan Desa Citra Jaya yang juga kampung kelahiran saya. Desa ini masuk wilayah kecamatan Binong, Kabupaten Subang Jawa Barat. 

Ketika saya sampai di rumahnya, di sana masih ramai dengan anak-anak yang sedang mengaji dan Ibu-Ibu serta Bapak-Bapak yang sedang menunggu anak atau pun cucunya yang sedang mengaji. 

Ustadzah Nunung adalah anak dari almarhum Ustadz Ade Jarkasih. Dulu ayahnya, semasa hidupnya,  juga membuka pengajian untuk anak-anak di kampung itu. Alumninya bertebaran di kampung itu. Nyaris semua anak-anak pernah belajar ngaji kepada ayahnya. 

Kini ustadzah Nunung meneruskan jejak ayahnya itu: mengajar ngaji. Alumni Pesantren Cipasung Tasikmalaya dan Ma’had Baitul Arqom al-Islami Bandung itu ingin mengamalkan ilmu yang diperoleh di pesantrennya dulu. 

“Saya mah mengajar ngaji hanya ingin mengamalkan ilmu. Kalau mendapat honor ya alhamdulillah.” 

Kata ustadzah Nunung yang juga mengajar di Paud dan Madrasah Diniyyah itu.  Bahkan kini kesibukannya semakin bertambah dengan mengisi pengajian di kampung lainnya dan menjadi kader Posyandu. 

Karena jejak ayahnya itu, ustadzah Nunung juga kemudian menggantikan ayahnya di keanggotaan Forum Komunikasi Guru Ngaji (FKGN) sampai sekarang. 

Guru ngaji di Subang mendapat honor dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab). Prosesnya uang itu diserahkan Pemkab ke FKGN sebagai hibah. Lalu FKGN mengelola dan membagikan uang tersebut ke guru ngaji yang sudah terdaftar di FKGN. 

Menurut ustadz Abdi Anhari, FKGN didirikan pada 2009 oleh Eep Hidayat, mantan Bupati Subang. Anggotanya sekarang sekitar 3000 orang. Dengan pendirian organisasi itu, guru ngaji diperhatikan oleh pemerintah. Saat ini honor guru ngaji Rp 100 ribu/bulan yang dibayarkan setiap enam bulan sekali. 

Dari honor tersebut, FKGN memungut Rp. 25.000 per bulan dari setiap anggotanya. Menurut pengurusnya, uang itu untuk penguatan organisasi dari tingkat Desa sampai Kabupaten dan menjalankan program. Program itu diantaranya adalah mengadakan pengajian dan penguatan anggotanya. Selain itu, program lainnya adalah memberangkatkan umrah anggotanya.

Untuk program umrah ini tidak semua anggota FKGN setuju dilaksanakan. Salah satu alasannya adalah karena FKGN tidak menanggung secara penuh umrah tersebut. Sementara kebanyakan guru ngaji di Subang adalah orang yang tidak mampu secara ekonomi. Lalu bagaimana mereka bisa membayar kekurangannya?

Karena jumlah anggota cukup banyak, pengurus FKGN mengocok siapa yang namanya keluar di level Kecamatan dan Kabupaten, maka ia berhak berangkat umrah. Ada sekitar 15 orang yang diberangkatkan umrah setiap tahunnya. 

Untuk tahun 2022, Ustadzah Nunung namanya keluar di tingkat Kecamatan dan Kabupaten. Maka ia berhak berangkat umrah dari kecamatan Binong. 

Ternyata FKGN tidak membiayai penuh umrah tersebut. Hanya 20 juta. Kekurangannya si guru ngaji tersebut yang membayarnya. 

Tahun ini FKGN menetapkan biaya umrah untuk 9 hari Rp. 32 juta. Dengan demikian,  Rp. 12 juta yang ditanggung guru ngaji. Belum untuk biaya lainnya: walimah, oleh-oleh dan lainnya. 

Ya sekitar 20 juta guru ngaji menambahkan agar bisa berangkat umrah. Tidak sedikit memang. Tapi kalau sudah niat, berangkat juga. Seperti yang disampaikan oleh ustadzah Nunung. 

Tidak sedikit guru ngaji yang mengundurkan diri meskipun namanya keluar dari pengocokan karena ia belum siap: mental dan biaya tambahannya. Seperti yang disampaikan oleh ustadz Abdi Anhari. 

Sumber foto: Dok. Pribadi

Ada yang bertanya, bagaimana caranya menjadi anggota FKGN? Karena banyak guru ngaji yang belum masuk forum tersebut. 

Ternyata Ustadzah Nunung dan ustadz Abdi Anhari tidak tahu cara mendaftar bagi guru ngaji yang ingin menjadi anggota FKGN. 

“Kalau tidak bisa menambah anggota, cukup mengupdate data anggota yang sudah ada.” 

Usul Jajang, salah seorang guru ngaji yang belum masuk anggota FKGN. 

“Jangan sampai orang yang sudah tidak ngajar ngaji lagi tapi tetap mendapat honor guru ngaji.” Lanjut Jajang menambahkan.

Menurut ustadz Abdi Anhari, Koordinator FKGN Desa Citra Jaya, ada sekitar 3200 guru ngaji di Kabupaten Subang yang belum masuk FKGN.  

Menurutnya, solusi yang dilakukan adalah dengan memasukan mereka ke Forum Tenaga Honorer Madrasah Indonesia (FTHMI).

Selain itu, ada juga yang masuk ke Forum Komunikasi Diniyah Takmiliyah (FKDT).

Ketiga forum ini mengelola dana insentif untuk para guru ngaji dan guru agama honorer tersebut. Tanpa ada transparansi dan kontrol dari anggota, media dan masyarakat, pengelolaan dana tersebut rentan disalahgunakan. 

Kembali lagi ke laptop, eh kembali ke kisah umrahnya ustadzah Nunung.

Ustadzah Nunung merasa puas telah menjalankan ibadah umrah meskipun harus mengeluarkan uang lagi. 

“Alhamdulillah ada aja rezekinya.” Katanya. 

“Kalau bukan panggilan dari Allah, mungkin tidak selancar ini jalannya.” Ia menjelaskan. 

Demikian kisah seorang ustadzah yang diberangkatkan umrah oleh FKGN. ***

Maman Abdurahman
Follow me
4.5 2 votes
Article Rating
Visited 1 times, 2 visit(s) today

Maman Abdurahman

Meneliti dan menulis masalah perkawinan dan keluarga. Sekali-kali menulis cerpen dan puisi.

Maman Abdurahman
Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x