Mengapa Anak Saya Dimusuhi Temannya? Apa Yang Harus Saya Lakukan?

Ilustrasi: freepik.com

Kenapa yah Amara begitu memusuhi Dinda. Apa sebenarnya yang dilakukan Dinda sampai Amara menjadi begitu antipati kepadanya?’ lirih Ibu Dinda satu waktu melihat Anaknya selalu menerima ‘penolakan’ dari teman bermainnya.

Ilustrasi di atas bisa jadi tidak hanya terjadi pada Amara saja, sangat mungkin terjadi juga di sekitar kita, bahkan bisa jadi menimpa buah hati kita sendiri. Menerima ‘penolakan’ apalagi permusuhan dari lingkungan sekitar, terlebih dari kerabat dekat, bukan hanya menyakiti orang dewasa tapi juga kepada anak-anak kecil.

Seiring tumbuh kembang anak, terutama dalam perkembangan sosialnya, konflik dan permusuhan sangat rentan terjadi. Pada saat hal tersebut menimpa buah hati kita, tentu muncul dalam benak kita pertanyaan ‘Mengapa?’ Apa yang dilakukan buah hati kita sehingga menerima sikap ‘permusuhan’ seperti itu? Dan bagaimana harus menanganinya?

Wajar adanya, sebagai orang tua, Ayah dan Bunda akan merasa sangat sedih, tidak terima, bahkan bisa langsung naik darah ketika sang buah hati menerima ‘penolakan’ seperti itu, terlebih saat anak dimusuhi dan dimarahi langsung di depan mata kita sendiri tanpa alasan yang belum kita ketahui.

Cobalah untuk menahan diri. Kendalikan emosi Ayah dan Bunda demi kebaikan anak di masa mendatang sebelum menyikapi ‘penolakan’ tersebut. Ajaklah anak berkomunikasi dengan tenang. Pinta anak untuk introspeksi diri. Artinya orang tua harus membantu anak untuk mencari tahu alasan mengapa teman-temannya tak ingin bermain bersamanya dan cenderung memusuhi dirinya. Apalagi Bunda berfikir misalkan bahwa ‘Anak saya di rumah baik-baik saja, Dia anak yang manis dan baik’, namun apakah Bunda tahu betul bagaimana sikap buah hati saat berinteraksi dengan teman-temannya di luar rumah? Terlebih bila Ayah dan Bunda adalah orang tua yang sibuk dan tidak bisa menemani buah hati setiap waktu.

Jika sudah ditemukan akar masalahnya, bimbinglah buah hati untuk memperbaiki sifatnya yang kurang disukai tersebut misalnya bila penyebabnya ada pada diri anak kita. Demikian pula bila memang sikap penolakan tersebut dating dari luar diri anak kita. Maka kenalkan dan ajarkan anak langkah-langkah untuk mengatasi sikap ‘permusuhan’ yang menimpanya tersebut. Sebagaimana Barbara R. Greendberg, Ph. D, konsultan professional di masalah anak dan remaja, bahwa selain dukungan emosional kepada anak, orang tua dianjurkan untuk melakukan hal-hal berikut;

1. Ajarkan anak-anak untuk berempati

Artinya, setelah anak kita ajak untuk introspeksi diri, kita juga cari tahu mengapa si anak yang memusuhi anak kita melakukan hal buruk tersebut, apakah berkarakter ingin berkuasa, sedang mengalami masalah keluarga, atau hal lainnya. Jika benar, maka minta buah hati kita untuk berempati dengan cara tidak memasukan ke dalam hati perlakuannya kepada dia, dan fokuslah kepada teman-teman yang baik atau pelajaran di sekolah.

Jangan sampai orang tua justru mengajarkan kepada anak untuk membalas dendam dengan membenci dan melakukan hal buruk yang serupa, meolak, memusuhi, menjauhi dan membenci anak yang memusuhi buah hatinya. Karena tidak orang tua yang ingin anaknya disakiti sekalipun anaknya melakukan buruk hal yang sama.

2. Jangan menganjurkan anak-anak untuk diam

Artinya ajarkan kepada anak untuk tidak membiarkan orang lain memperlakukannya dengan tidak pantas, baik secara verbal maupun tindakan langsung. Tegaskan bahwa sikap ‘merundung dan memusuhi’ merupakan tindakan negatif yang memiliki konsekuensi.

Hal tersebut, selain membuat buah hati dapat menjaga dirinya sendiri, dia juga akan faham bahwa memusuhi dan berlaku kasar kepada orang lain bukanlah perbuatan yang baik dan tidak boleh dia lakukan.

3. Jangan selalu membela anak

Orang tua, termasuk anggota keluarga lainnya seperti kakek dan neneknya, yang terlalu sering mengatakan ‘Biar Ibu yang menyelesaikan’, atau ketika anak ada konflik dengan temannya langsung ikut campur menyelesaikannya, maka dapat mengajarkan kepada anak ‘apapun yang dia lakukan, salah atau benar, akan selalu mendapat dukungan’ yang akhirnya membuat anak menjadi tidak mandiri. Dia akan selalu mengadu dan cenderung menjadi egois.

Membela anak memang perlu, namun tentu menggunakan cara yang tepat. Sebagai orang tua yang baik, bimbing anak untuk mampu menjaga diri dan menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa bantuan Anda. Namun tentu tetap dalam pantauan Anda, perhatikan perkembangan masalah yang dihadapi oleh Anak dengan bentuk perhatian dan komunikasi.

4. Jangan membuat anak merasa lemah.

Artinya, jangan merendahkan dan melemahkan kepercayaan diri anak. Seperti dengan mengucapkan kata-kata “Ka.. kamu terlalu cengeng’ atau ‘Makanya kamu harus berani lawan!” dan kalimat serupa lainnya yang bukannya menyelesaikan masalah melainkan menjadikan anak merasa terpojok, semakin rendah diri, semakin takut, dan membenci dirinya sendiri.

Wallahu a’lam

Silvia Rahmah
0 0 votes
Article Rating
Visited 1 times, 1 visit(s) today

Silvia Rahmah

Magister Pendidikan Quran Hadis. Berpengalaman di dalam dunia jurnalistik dan editor di sejumlah penerbit nasional. Ia juga menyukai pengasuhan anak-anak atau parenting.

Silvia Rahmah
Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x