Resensi Buku Risalah Cinta dan Kebahagiaan, Haidar Bagir
Judul Buku: Risalah Cinta dan Kebahagiaan
Penulis: Haidar Bagir
Penerbit: Mizan, Jakarta
Tahun terbit: 2015
Genre: Nonfiksi, Islamic Literature, Motivasi
Jumlah halaman: 213
Pereview: Uswah
Apakah Islam itu? Apakah ia adalah nama dari suatu agama dan kehadirannya hanyalah sekumpulan hukum-hukum yang mengatur cara hidup pemeluknya?
Buku dengan cover lukisan gelombang berpadu dengan beberapa warna ini mengungkap rahasia kesuksesan untuk menjadi manusia yang berbahagia dengan perspektif mata batin diri kita sendiri.
Pada bagian pertama, ada suatu kisah menarik yang dinukil oleh Haidar Bagir dari seorang psikolog Dr. Victor Frankl. Seorang laki-laki tua datang dengan membawa kesedihan luar biasa karena baru saja ditinggal mati oleh istrinya yang sudah menemaninya selama puluhan tahun, mendengar hal itu Victor Frankl bertanya kepada laki-laki yang malang itu, “Coba bayangkan apa yang terjadi kalau istri Anda yang selalu bersama Anda tiba-tiba harus menerima kenyataan pahit bahwa Anda mati meninggalkannya? Apakah istri Anda tidak mengalami duka yang luar biasa seperti Anda?”, mendengar penuturan Victor, laki-laki itu terhenyak sambil berkata, “Jika itu yang terjadi maka istri saya akan menanggung kesedihan yang luar biasa karena saya tinggalkan.”. “Nah,” kata Frankl “kematian istri Anda lebih dulu dari Anda dan kesepian yang Anda rasakan sekarang sebagai akibatnya, sesungguhnya bermakna bahwa Anda telah menyelamatkan istri Anda dari mengalami kesedihan luar biasa seperti yang Anda rasakan sekarang.” Mendengar ungkapan Frankl membuat laki-laki tua tersebut memiliki makna positif yang tak terkira besarnya, ia pun meninggalkan Frankl dengan membawa kebahagiaan yang luar biasa. Kisah di atas merupakan wujud dari pergeseran sudut pandang tentang makna kebahagiaan.
Bagian kedua, Haidar mulai mengenalkan bahwa Islam adalah agama cinta, karena Nabi membawa misi cinta ketika menyebarkan Islam, tidak jarang Haidar memaparkan beberapa tafsir Al-Qur’an yang secara tekstual dipahami oleh orang lain sebagai azab atau murka Tuhan justru menjadi bentuk kasih sayang Tuhan, seperti contoh menafsirkan ayat “kekallah mereka dalam neraka”, bermakna bahwa yang kekal adalah nerakanya, bukan siksanya. Karena jika dimaknai siksa orang-orang yang berbuat maksiat adalah selamanya dalam neraka akan berlawanan dengan sifat Tuhan yang merupakan Maha Pengasih dan Penyayang.
Pada bagian ketiga, pembaca digiring oleh Haidar untuk memahami bahwa sumber dari seluruh kehidupan adalah berasal dari Tuhan, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Agama adalah mengenal Allah (ma’rifatullah). Mengenal Allah adalah berlaku dengan akhlak (yang baik). Akhlak (yang baik) adalah menghubungkan tali kasih sayang (silaturahim). Dan silaturahim adalah memasukkan rasa bahagia di hati saudara (sesama) kita. (Syaikh Yusuf Makassari)
Yang tak kalah penting untuk diulas dalam buku ini adalah tentang peperangan dan kekerasan dalam Islam. Islam, yang diidentifikasikan sebagai agama kekerasan atau teroris adalah salah, sesungguhnya islam adalah eros oriented atau berorientasi cinta. Para mufassir memaknai istilah jihad bukan semata-mata untuk maksud perang atau pertempuran. Al-Quran menyebut jihad sebagai mutlak dan tidak terbatas, jihad adalah sesuatu yang pada dasarnya baik. Hal yang sama tak berlaku untuk qital (perang), pun perintah dalam Al-Qur’an qital dibatasi oleh kondisi tertentu seperti agar tidak melampaui batas, siap memaafkan dan mendahulukan perdamaian.
Menurut saya buku ini bagus dibaca khusus untuk umat Islam yang kesulitan menggali kebahagiaan dalam diri sendiri, karena Islam adalah agama rahmah (cinta), maka sudah semestinya sebagai muslim haruslah menjadi rohmah kepada semua makhluk Tuhan ☺
Resensi ini tayang di sini atas kerjasama qobiltu.co dengan perempuanmembaca.com.