4 Cara Orang Mendapatkan Uang
Beberapa waktu yang lalu, saya tidak sengaja melihat cuplikan video lawas Ibu Sri Mulyani, Menteri Keuangan RI di media sosial. Isinya tentang perbandingan perekonomian antara Negara maju dengan Negara berkembang seperti Indonesia.
Menurutnya, ada perbedaan cara bekerja antara orang-orang di negara maju dengan orang-orang di negara berkembang. Di negera maju yang bekerja keras adalah asetnya. Orangnya kerja biasa saja, bahkan bisa berlibur. Sementara di Negara berkembang seperti Indonesia, orangnya yang kerja keras, asetnya tidur saja.
“Kalau di Republik kita, orangnya kerja keras banget, asetnya tidur-tidur aja. So that is the different,” kata Sri Mulyani.
Lebih lanjut peraih penghargaan “The Best Minister” dari ajang World Government Summit 2018 di Dubai tersebut mengatakan bahwa di negara maju aset mereka kerja sangat keras sehingga tidak ada istilah uang menganggur atau space menganggur. Semua aset kerja keras.
“They work very hard sehingga orangnya bisa kerja biasa-biasa saja dan kemudian dia bisa take vacation. Kalau di Republik, kita enggak pernah vacation, kerja terus,” jelas Sri Mulyani.
Eh…kok malah ngomongin Ibu Menteri.
Saya ingin mengatakan, pernyataan Ibu Sri Mulyani tersebut mengingatkan saya pada sebuah buku berjudul “The Cashflow Quadrant” karya Robert T. Kiyosaki. Dalam buku tersebut, dijelaskan empat kuadran orang dalam mendapatkan uang.
Pertama, kuadran E (employee/pegawai). Pada kuadran ini orang bekerja pada orang lain atau perusahaan untuk mendapatkan gaji atau upah. Orang pada kuadran ini mendapatkan gaji secara teratur dan besarnya mungkin relatif sama setiap bulannya.
Orang yang berada di kuadran E mungkin berkata, “Saya mencari pekerjaan yang aman dan terjamin, dengan bayaran tinggi serta tunjangan bagus.” Tipe orang yang berada di kuadran E adalah mencari keamanan. Mereka ingin rasa takut mereka berkurang, sehingga mereka mencari jaminan dalam hal pekerjaan.
Kedua, kuadran S (self-employed/pekerja lepas atau wiraswasta). Orang dari kuadran S mungkin berkata, “Saya mengerahkan waktu lebih dari 18 jam setiap harinya untuk bisnis saya.” Di dalam kelompok ini, mereka adalah orang yang ingin menjadi bos atas diri mereka sendiri, dan menginginkan kerja keras yang mereka lakukan sepadan dengan apa yang mereka peroleh.
Sayangnya, tipe S terkadang ragu untuk mempekerjakan dan melatih orang lain, karena begitu selesai dilatih, orang itu sering kali menjadi saingan mereka. Akibatnya, S bekerja semakin keras untuk melakukan semuanya sendiri.
Ketiga, kuadran B (business owner/pemilik bisnis atau Pengusaha Bisnis Besar). Orang yang beroperasi dari kuadran B mungkin berkata, “Saya mencari CEO baru atau manager untuk menjalankan perusahaan saya.” Tidak seperti orang dari kuadran S yang tidak suka mendelegasikan pekerjaan (karena tidak ada yang bisa melakukannya dengan lebih baik), B suka mendelegasikan pekerjaan.
Keempat, kuadran I (Investor). Orang yang beroperasi dari kuadran I atau investor mungkin berkata, “Apakah tingkat laba yang saya dapatkan dari investasi A akan menguntungkan seperti tahun lalu?.” Seperti juga kuadran B, orang dari kuadran I adalah mereka yang mempunyai uang berlimpah.
Jika kita balik lagi ke pernyataan Ibu Sri Mulyani “Kalau di Republik kita, orangnya kerja keras banget, asetnya tidur-tidur aja.” Mungkin karena masih banyak rakyat Indonesia yang masih memilih menjadi karyawan dengan gaji yang lebih tetap meskipun harus bekerja keras untuk orang lain. Kenyataannya, memang masih sedikit orang yang bertipe sebagai pebinisnis atau “B” dan lebih sedkit lagi di kuadran “I” atau investor.***