Empat Tips Agar Pernikahan Langgeng dan Bahagia

Foto: Ngunduh mantu pernikahan Iqbal (Foto: Man/Qobiltu.co)

Pada 15 Maret 2021 yang lalu, saya dan keluarga menghadiri prosesi ngunduh mantu di Wonosobo, Jawa Tengah. Salah satu yang menarik dari acara ini adalah mendengarkan tausyiah atau ceramah agama yang isinya tentang nasihat pernikahan.

Tausyiah ini disampaikan oleh Ustadz Drs. Adi Suharto, Lc. Isi ceramahnya sangat bermanfaat bagi pengantin baru maupun pengantin lawas, lama. Disampaikan dengan cara santai dan penuh humor. 

Dari sekian banyak yang disampaikan, ada sejumlah poin yang bisa kita tarik sebagai intisari penting untuk bekal pernikahan kita semua.

Pertama, rekoso

Kata Bahasa Jawa ini artinya kerja keras, sengsara. Saya sendiri lebih senang mengartikan kata ini dalam konteks pernikahan atau berkeluarga adalah prihatin. Menurut Ustadz jebolan Timur Tengah ini, untuk mendapatkan hasil yang diinginkan seseorang harus rekoso, bekerja keras, prihatin.   

Ia memberi contoh, jika seseorang ingin memanen cabai seseorang tidak begitu saja dapat memanennya. Tapi ia harus mencangkul, menyemai benih, menanam, memupuk, menyiram dan menyemprot dari segala macam gangguan hama penyakit. Baru kemudian bisa memanen. Itu pun belum tentu mendapatkan untung. Karena bisa saja harga cabai sedang turun, misalnya.

Dari contoh di atas, ustadz menyimpulkan bahwa untuk mendapat yang enak-enak harus melalui yang tidak enak. Itu merupakan rumus. Untuk mendapatkan kebahagiaan dalam rumah tangga seseorang harus rekoso, kerja keras, prihatin.

Contoh rekoso lainnya adalah seseorang yang menikah harus siap dengan segala aturan rumah tangga dan keterikatan. Dulu sebelum menikah, bisa bebas pergi kemana saja tanpa ada yang melarang atau khawatir. Tetapi ketika sudah menikah berbeda. Ia harus mempertimbangkan keberadaan istri dan anak-anak. Itu rekoso.

Kedua, bahagiakan pasangan

Agar pernikahan memperoleh kebahagian rumusnya adalah bahagiakan pasangan. Sang ustadz memberikan contoh. Untuk mendapatkan senyuman, kita harus memberikan senyuman terlebih dahulu. Untuk mendapatkan do’a keselamatan kita harus memberikan ucapan salam terlebih dahulu. 

Begitu pun dalam pernikahan. Jika seorang suami mengharapkan kebahagiaan dalam rumah tangganya, maka perhatikan, bahagiakan, sayangi istrinya. Begitu pun istri, jika ingin bahagia maka perhatikan, sayangi dan bahagiakan suami. Apa yang menjadi keinginan dan harapan suami atau istri, jika itu baik, maka penuhilah semaksimal mungkin.  Tugas istri adalah menyenangkan dan membahagiakan suami sekuat tenaga. Tugas suami adalah menyenangkan dan membahagiakan istri sekuat tenaganya. Tugas kedua pasangan adalah berkasih sayang. Tugas suami memberi kasih sayang. Begitu pun istri.  Jangan pernah meminta kasih sayang. Jadilah orang yang memberi kasih sayang. Ini semua gampang mengucapkannya tapi dalam mempraktikannya tidak mudah. 

Apakah dengan saling membahagiakan sudah cukup? Belum!. Ada satu lagi yang dapat memperkokoh dan melanggengkan kebahagiaan tersebut yaitu beriman kepada Allah dan beramal sholeh.  

Ketiga, beriman dan beramal sholeh

Saling menyayangi dan membahagiakan harus dilandasi dengan iman kepada Allah. Karena jika rasa sayang dan membahagiakan itu karena mertua, tetangga atau orang lain maka ketika tidak ada orang-orang tersebut ia bisa saja tidak berbuat baik dan membahagiakan. Tapi jika ia menyayangi dan membahagiakan pasangan itu hanya semata-mata karena Allah maka itu akan langgeng. Dimana pun, kapan pun, ada orang, tidak ada orang, dalam keadaan cantik atau sudah keriput ia tetap sayang dan terus memberikan kebahagiaan. Karena ia menyayangi pasangannya karena semata-mata taat kepada perintah Allah. 

Keempat, mencari ridho orang tua

Orang yang sudah menikah bertambah orang tuanya, tadinya mempunyai dua orang tua, ketika sudah menikah menjadi mempunyai empat orang tua. Yaitu dua orang tua dari pasangan masing-masing yang juga telah menjadi orang tua kita sendiri. Karena itu, hormati dan sayangi mereka layaknya orang tua kita sendiri. Karena Keridhoan Allah tergantung keridhoan orang tua dan kemurkaan Allah pun tergantung pada kemurkaan orang tua.  “Ridhollah fi ridhol walidain wa sukhtullah fi shukhtil walidain.” 

Demikian empat tips agar pernikahan kita tetap langgeng dan bahagia selamanya, sampai ajal menjemput yang memisahkan. Semoga kita termasuk keluarga yang saling mencintai dan menyayangi semata-mata karena Allah. (MA) ***    

Maman Abdurahman
Follow me
1 1 vote
Article Rating
Visited 1 times, 1 visit(s) today

Maman Abdurahman

Meneliti dan menulis masalah perkawinan dan keluarga. Sekali-kali menulis cerpen dan puisi.

Maman Abdurahman
Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x