Mengenal Gaya Belajar Anak dan Cara Mengarahkannya
Waktu anak kami, Sisi, masuk Sekolah Dasar (SD), pihak sekolah bekerjasama dengan lembaga konsultan pendidikan melakukan penelitian kepada anak dengan memberikan kuesioner, wawancara, simulasi dan peragaan. Tujuannya untuk mengetahui kecerdasan dominan dan gaya belajarnya. Keperluannya adalah untuk pembagian kelas. Sekolah mengelompokan anak-anak berdasarkan gaya belajarnya. Saya baru tahu itu namanya Learning Style Research (LSR).
Selain dua kegunaan di atas, LSR juga digunakan untuk memberikan rekomendasi pendampingan belajar yang sesuai dengan gaya belajar anak. Kegunaan lainnya adalah sebagai acuan bagi orang tua dalam memberikan bimbingan kepada anak sesuai potensinya untuk mencapai kompetensi maksimal.
Setelah melalui proses penelitian, orang tua mendapat laporan hasil LSR dalam bentuk lembaran kertas. Di laporan tersebut tertulis tabel kecenderungan kecerdasan. Di tabel tersebut ada delapan jenis kecerdasan dan nilainya.
Ada kecerdasan MATEMATIS-LOGIS disebut sebagai Cerdas Angka. Kemudian ada kecerdasan SPASIAL VISUAL atau disebut Cerdas Ruang dan Gambar. Ada kecerdasan KINESTETIK atau Cerdas Gerak. Ada juga kecerdasan INTRAPERSONAL atau Cerdas Diri.
Selanjutnya ada kecerdasan LINGUISTIK atau Cerdas Bahasa. Ada juga kecerdasan MUSIK atau Cerdas Musik. Selanjutnya ada kecerdasan NATURALIS atau Cerdas Alam. Dan terakhir kecerdasan INTERPERSONAL atau Cerdas Bergaul.
Dari delapan kecerdasan tersebut kemudian diambil tiga kecenderungan kecerdasan dominan anak dengan melihat nilai tertinggi dari hasil penelitian itu. Sebagai contoh pada anak kami, ia mempunyai kecerdasan dominan pada MATEMATIS-LOGIS Cerdas Angka, SPASIAL VISUAL Cerdas Ruang dan Gambar dan KINESTETIK atau Cerdas Gerak.
Anak yang mempunyai kecerdasan MATEMATIS-LOGIS atau cerdas angka senang berhitung, mengukur, mempertimbangkan hipotesis, serta menyelesaikan operasi-operasi angka. Karena itu, saran yang disampaikan sekolah atau lembaga riset tersebut untuk mengoptimalkan belajarnya adalah dengan mengajak anak untuk menjawab soal cerita sederhana, bermain tebak-tebakan angka dan melakukan percobaan sains sederhana.
Sedangkan anak yang mempunyai kecerdasan SPASIAL VISUAL atau disebut Cerdas Ruang dan Gambar menekankan kemampuan imaginasi proyeksi tertentu, berpikir secara dimensi. Strategi yang dapat dilakukan dengan melihat, mengamanti, mengenali bentuk-bentuk benda, wajah, warna, menggunakan gambar visual sebagai alat bantu dalam mengingat informasi. Kegiatan yang dapat dilakukan diantaranya adalah mengajak anak menggambar, melakukan kegiatan melukis, mewarnai dan menyusun puzzle atau lego. Dalam contoh anak kami, Sisi kami ikutkan eskul atau ekstra kulikuler mewarnai.
Sementara pada kecerdasan KINESTETIK atau Cerdas Gerak strategi belajarnya menekankan kemampuan olah tubuh kedalam bentuk gerakan tertentu. Karakteristik dasar kecerdasan kinestetik adalah memiliki kegemaran dalam bidang olahraga, menciptakan gerakan-gerakan baru dalam menari atau kegiatan fisik lainnya. Dalam contoh anak kami, Sisi kami ikutkan kegiatan Taekwondo.
Demikian sejumlah gaya belajar anak dan cara mengembangkan dan mengoptimalkannya. Dengan mengetahui gaya belajar anak sejak dini diharapkan orang tua dapat secepatnya mengetahui dan menyesuaikan dengan gaya belajar anak sehingga mengurangi konflik dengan anak. Yang lebih penting lagi adalah bakat anak dapat diketahui dan dikembangkan sedini mungkin.***