“Menuruti Semua Keinginan Buah Hati Karena Takut Ia Terluka, Benar tidak ya?”

Ilustrasi: freepik

“Mama.. Aku mau mainan seperti yang Dinda punya” rengek Dina.“Iya, Ayo kita beli” jawab ibunya.

“Mama,, Dede mau jajan Es” pinta Dina sambil menunjuk makanan yang ingin dibelinya. “Iya” sahut ibunya

Percakapan di atas adalah percakapan yang wajar dan sangat familiar, bahkan bisa sangat mungkin terjadi dengan diri kita sendiri. Menuruti kemauan anak memang bisa membuat Anak bahagia, namun jika semua permintaan anak selalu dipenuhi dan berlangsung terus menerus tanpa dibatasi maka akan menimbulkan efek yang kurang baik.

Saat ini, banyak orang tua yang selalu mengabulkan apapun yang diinginkan dan diminta oleh anaknya. Entah itu karena sayangnya kepada anak, tidak ingin melihat anak bersedih, atau menganggap bahwa itu sudah menjadi kewajiban orang tua, atau pun karena tidak mau terganggu karena anak merengek terus, ataupun karena alasan-alasan lainnya.

Mendidik anak memang gampang-gampang susah. Jika hanya sekedar memandikan, menyuapi makan, dan memakaikan pakaian saja, adalah suatu hal yang sangat mungkin bisa dilakukan oleh banyak orang selain orang tua, seperti oleh neneknya ataupun pembantu rumah tangganya. Namun mendidik anak tidaklah hanya sebatas itu, namun harus dengan etika dan akhlak, sehingga dalam Islam orang tua haruslah mengenal adab dalam mendidik anak, termasuk di dalamnya mengenai masalah menuruti anak.

Anak yang keinginannya selalu dituruti oleh orang tuanya akan merasa hidupnya serba mudah dan cenderung memudahkan sesuatu. Padahal hidup bersama di lingkungan luar rumah tidaklah mudah. Terlebih jika keinginan-keinginan anak tersebut muncul dari emosi anak yang mulai berkembang. Perasaan iri hati anak misalnya, perasaan yang muncul karena rasa ingin memiliki sesuatu yang dimiliki orang lain.

Didorong dengan perasaan iri hati ini, biasanya seorang anak awalnya cenderung terlihat sering merebut mainan saudaranya atau temannya. Seiring bertambahnya usia dan kemampuan berbahasa yang terus berkembang, perasaan iri hati semakin terlihat dan dapat diketahui dari apa yang diungkapkan anak. Contoh, anak merengek pada orang tuanya minta dibelikan mainan atau sesuatu seperti yang dimiliki saudara atau temannya, minta dibelikan tas baru karena tasnya tidak sebagus tas temannya, dan lain-lain.

Jika semua permintaan tersebut selalu dikabulkan tanpa batas, hal tersebut akan merusak mental anak. Selain anak tidak bisa mengendalikan emosinya, bisa jadi anak yang selalu dituruti keinginannya akan menjadi susah diatur. Dia juga akan menjadi pribadi yang egois, selalu menuntut namun cenderung cengeng. Buah hati kita juga sangat sulit berempati dan bersimpati dengan penderitaan orang-orang di sekitarnya.

Hal ini juga cenderung menjadikan anak menjadi egois dan tidak mandiri. Anak juga lebih mudah stress, kemampuan mereka untuk menyelesaikan masalah pun tidak terlatih dengan baik dan cenderung ingin mendapatkan sesuatu dengan tanpa usaha. Bahkan, mereka bisa jadi pemberontak saat keinginannya merasa dibatasi dan menjadi berani mengambil hak orang lain. Bahkan hal ini sangat bisa terjadi menjadi kebiasaan hingga dewasa.

Oleh karena itu, selalu menuruti keinginan anak merupakan hal yang sangat tidak mendidik dan tidak dianjurkan. Memahami emosi anak adalah kunci utama orang tua dalam perkembangan mental seorang anak. Orang tua tidak perlu cemas ketika anak berteriak-teriak karena keinginannya tidak dikabulkan. Bisa jadi itu adalah karena ia belum mampu mengungkapkan emosinya apalagi mengendalikannya.

Jika memang tidak memiliki pilihan, maka sebelum menuruti permintaannya berilah anak ‘penawaran’, jangan langsung memenuhi permintaan mereka secara instan. Misal, anak boleh main ke Taman Bermain atau dibelikan mainan kalau anak rajin Salat, belajar dengan baik, berlaku sopan kepada orang tua, tidak mengganggu adik, dan hal positif lainnya, yang hal tersebut dibuktikan dengan mendapat 100 bintang sebagai poin kebaikan misalnya. Selain hal ini akan melahirkan rasa tanggung jawab, akan melatih anak untuk bekerja keras dan berusaha ketika hendak mencapai tujuan yang diinginkan.

Demikian juga halnya dengan orang tua yang selalu melarang anaknya, tidak memberi kesempatan untuk mencoba karena takut terluka, dan selalu dikekang melakukan apapun. Hal ini akan mengakibatkan anak tumbuh menjadi anak yang penakut dan tidak percaya diri.

Oleh karena itu, orang tua harus mampu memahami dan memilah mana hal atau keinginan anak yang memang mesti dituruti dan mana yang perlu dibatasi. Orang tua juga harus memberi pengertian kepada anak ketika yang diinginkannya adalah hal yang tidak baik dan tidak pantas untuknya. Artinya, adakalanya harus diikuti, tapi harus ada usaha dulu misalnya sebagai bentuk reward atas usahanya. Atau bisa juga dengan memberinya kepercayaan dan kesempatan untuk mencoba sesuatu. Namun jika berbahaya dan memang tidak baik untuknya, harus berani melarangnya dan jangan menurutinya!

Hal tersebut sangatlah penting dilakukan guna mendidik mental anak.[]

Silvia Rahmah
0 0 votes
Article Rating
Visited 1 times, 1 visit(s) today

Silvia Rahmah

Magister Pendidikan Quran Hadis. Berpengalaman di dalam dunia jurnalistik dan editor di sejumlah penerbit nasional. Ia juga menyukai pengasuhan anak-anak atau parenting.

Silvia Rahmah
Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x