Menyempurnakan Tips Langgeng Berumah Tangga ala Gus Baha

Ilustrasi: freepik

Sudah beberapa kali saya mendapatkan catatan singkat–yang bisa kita pakai sebagai tips–langgeng berumah tangga yang asalnya dari media sosial. Baru hari ini kutipan itu saya sajikan utuh di sini, sekalian saya ingin turut menyempurnakannya. Ternyata memang benar, catatan singkat ini berasal dari ceramahnya Gus Baha, KH. Ahmad Bahauddin Nursalim, salah seorang ulama dari Jawa Tengah yang viral di media sosial. Agar tidak timbul penasaran, saya salin saja kutipan ceramah itu di sini. Lalu setelah itu akan saya ulas lebih lanjut agar pesan kebaikannya dapat ditangkap secara utuh.

Gus Baha bercerita (dalam kesempatan ceramahnya) bahwa selama menikah bisa dikatakan jarang sekali atau mungkin tidak pernah bertengkar dengan istri. Sampai-sampai sang istri bilang sambil berkelakar: “Gus, sekali-kali kalau saya ‘ngamuk’ (marah) mbok ya dibalas dan dilawan, supaya saya punya musuh.”

Gus Baha menjawab: “Allah itu Maha Baik sama saya, jika Anda marah, maka Allah memberikan pahala lewat sabar. Kalau Anda marah lalu saya balas marah, maka saya tidak jadi mendapat pahala.”

Gus Baha menjelaskan lagi, kalau istirinya marah maka beliau hanya akan mendengarkan, karena ini merupakan cara Allah memberikan pahala secara gratis tanpa membayar. Justru kalau situasi rukun, maka untuk mendapatkan pahala dari Allah tidak gratis, tapi harus menyenangkan istri dengan cara mengajak jalan-jalan, membelikan pakaian, dan sebagainya. Itu cara mendapatkan pahala yang mahal.”

Saya merasa tips langgeng ala Gus Baha ini memang simpel. Meminjam istilah Gus Baha adalah “mendapat pahala dari Allah secara gratis tanpa membayar.” Namun sekali lagi saya harus menegaskan agar tips dari Gus Baha ini tetap jangan ditelan mentah-mentah sebagai satu-satunya cara. Sehingga malah akibatnya bisa fatal. Kenapa bisa fatal? Karena tidak semua suami dan istri sikapnya sama persis seperti Gus Baha dan istrinya. Karena perjalanan rumah tangga setiap orang pasti berbeda-beda. Kalau mau mempraktikkan tips dari Gus Baha yang ini tetap perlahan-lahan, jangan terlalu dipaksakan.

Kita pasti pernah mendengar potongan hadis berikut ini. La taghdlab walakal jannah: janganlah marah maka bagimu surga. Allah melalui Nabi Saw., memang sedang tidak main-main betapa orang yang mampu mengendalikan amarahnya, akan diganjar dengan pahala surga. Itu artinya bahwa mengendalikan marah memang bukan perkara mudah. Jadi pasangan istri dan suami yang dua-duanya atau minimal salah satu di antaranya saja ada yang sudah mampu mengendalikan marah, tentu sikap itu akan menjadi anugerah.

Saya pikir belajar untuk bisa mengendalikan marah itu harus dilakukan oleh keduanya, bukan hanya oleh suami. Istri dan suami tetap harus saling belajar bijak dan dewasa. Terutama agar dalam setiap menyikapi masalah tetap mengutamakan kepala dingin, jangan kemudian melulu dengan emosi. Sebab bagaimana pun, masalah rumah tangga bisa ditimbulkan oleh istri maupun suami. Ada kalanya istri yang marah, suamilah yang mengalah. Demikian juga apabila suami yang marah, istrilah yang harus berusaha mengalah dan pengertian.

Jadi tidak bijak kiranya jika segala masalah itu dihadapi dengan sikap mengalahnya suami tanpa ada edukasi dari suami agar istri tidak gampang marah. Suami tetap harus bicara dari hati ke hati bahwa tidak ada kebaikan dalam marah. Suami yang sudah bisa mengendalikan marah, harus digetok-tularkan kepada istri dan anak-anaknya. Demikian juga sebaliknya ya, ada rumah tangga yang kerap kali marah itu suaminya, maka istri pun tidak boleh hanya mengalah pasrah tanpa ada ikhtiar mengedukasi suaminya.

Masalah ketika istri marah, kadang kala efektif dihadapi dengan sikap mengalahnya suami yang pasif dan diam saja. Namun sekali lagi itu bukan cara satu-satunya. Agar jalinan rumah tangga antara istri dan suami tetap harmonis, maka menghadapi segala masalah yang ada, kita pun harus kreatif, yakni dengan mengajak istri jalan-jalan ke tempat wisata, ke toko buku, ke perpustakaan, berbelanja, memberikan surprise saat ulang tahun usianya atau ulang tahun pernikahan, makan di restoran, dan masih banyak lagi. Semua itu harus diupayakan agar jalinan rumah tangga istri dan suami mana pun tidak monoton. Tentu jangan berlebihan ya, tetap proporsional sesuai kemampuan.

Namun saya harus akui bahwa kunci dari keharmonisan rumah tangga adalah setiap apa pun masalah jangan cepat-cepat disikapi dengan emosi, tetapi kedepankan kepala dingin, husnuzhan dan sikap saling terbuka. Memang berat. Oleh karena itu perlu diupayakan meskipun perlahan-lahan agar nantinya jadi kebiasaan. Penting sekali agar istri maupun suami tidak saling menuntut dan bergantung. Istri yang ketergantungan kepada suaminya akan mudah menuntut manakala keinginannya tidak terpenuhi. Demikian juga suami akan menuntut hal yang sama manakala keinginannya terabaikan. Sehingga asyiknya sih mending saling memaklumi, apa-apa dalam kehidupan rumah tangga setiap keperluannya digarap secara bersama atau berbagi peran. Oke?. Wallaahu a’lam.

Mamang M Haerudin (Aa)
0 0 votes
Article Rating
Visited 1 times, 1 visit(s) today

Mamang M Haerudin (Aa)

Penulis berasal dari Kabupaten Cirebon, Pengurus Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) Kabupaten Cirebon, Founder Al-Insaaniyah Center.

Mamang M Haerudin (Aa)
Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x