My Family My Team
Keluarga adalah tempat dimana kita pulang. Setelah melakukan segala hal di masyarakat, bergelut dengan berbagai masalah hingga mengabdikan diri di tengah masyarakat. Keluargalah akhirnya tempat kembali. Layaknya sebuah tim, saling mendukung saling bekerjasama dan hingga selalu saling merasakan suka dukanya sebagai sebuah kesatuan.
Banyak dari kita sering lupa esensi keluarga dalam kehidupan kita. Seringkali kita hanya melakukan fungsi dan tanggungjawab jawab dasar saja misalnya jika kita seorang ayah atau suami, maka cukup sudah dengan bekerja mencari nafkah dan menafkahi keluarga. Sebagai ibu atau istri, dianggap selesai jika sudah mengatur rumah tangga dan mengurus anak anak. Seolah jobdescnya pakem dan sampai di situ saja. Sedangkan sebagai anak cukup dengan belajar dengan harapan dapat memperoleh pekerjaan yang layak di masa depan.
Padahal, sebagai sebuah tim, suksesnya sebuah keluarga adalah ketika setiap individu mampu berkembang, aman dan bahagia. Sukses keluarga sesungguhnya bukan sekedar yang bersifat material dan rutinitas saja. Keluarga adalah tim dan teman setia. Apapun yang dilakukan di luar keluarga semua kembali ke dalam keluarga. Saling mengingatkan dan yang terpenting juga saling menjaga satu sama lain. Allah menyatakan dalam QS. Attaubah ayat 71 yaitu
وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, adalah saling menolong, satu kepada yang lain; dalam menyuruh kebaikan, melarang kejahatan, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, dan mentaati Allah dan rasul-Nya. Mereka akan dirahmati Allah. Sesungguhnya Allah Maha Kuat dan Maha Bijaksana”. (QS. at-Taubah, 9: 71).
Dari ayat tadi disebutkan bahwa laki dan perempuan saling menolong satu sama lain. Suami dan istri saling menolong pun saling berbagi baik itu suka maupun duka. Sebagai pasangan mereka sesungguhnya tempat pulang dan teman setia sepanjang masa hingga akhir hayat. Bukan sekedar sebagai laki-laki yang memberikan nafkah dan harus mendapatkan feedback dari pemberiannya dan perempuan menerima nafkah lalu membalasnya dengan segala macam ‘service rumah tangga’ sebagai konsekwensi nafkah tadi.
Sebagai teman setia, sebagai tim, anggota keluarga adalah menjadi tempat bercurah. Apapun kondisinya semua berpulang dan dihadapi bersama.
Di kalangan keluarga menengah ke atas, kemapanan seringkali membuat anggota keluarga justru tak terlalu kuat boundingnya (ikatannya) sebagai anggota keluarga, ketidakadaan konflik dan kemapanan membuat keluarga seringkali kurang latihan untuk sama-sama menghadapi masalah jika terjadi masalah.
Di sinilah butuh peran saling menguatkan bahwa kepada ayah, kepada bunda dan kepada anak- anak semua kebahagiaan harusnya berpulang. Kesulitan dan kesedihan menjadi ajang latihan buat keluarga untuk merebut kembali kebahagiaan dan ketentraman.
Sebuah tim akan sukses jika mengetahui kekurangan satu sama lain dan menutupi kekurangan. Melindungi dan menjadi tempat mengadu, bukan sebaliknya.
Menjadi miris jika anak-anak remaja sekarang justru tidak menjadikan keluarga tempat mengadu mereka, tidak membuat keluarga tempat berlabuh tetapi justru ke teman atau bahkan ke khalayak di media sosial.
Akhirnya, my family my team, rumahku, timku, adalah sebuah teamwork yang saling mendukung dan menghargai. Ia akan sukses jika semua peran dilaksanakan, saling mengisi dan menjadikannya tempat latihan untuk kesuksesan bersama.[]
- Namaku Safiye - 13/03/2021
- No Excuse! - 14/04/2020
- Aisyah - 07/04/2020