5 Alasan Terjadi Resesi Seks

Ilustrasi: Freepik

Jika saya bertanya, berapa kali Anda melakukan hubungan seks dalam seminggu?

Mungkin jawabannya akan sangat bervariasi. Sangat tergantung dengan kondisi dan usia Anda. Ada yang sekali, dua kali, tiga kali atau lebih atau bisa jadi ada yang tidak melakukannya sama sekali dalam seminggu atau sebulan. Jika Anda menjawab yang terakhir, sesungguhnya Anda tidak sendirian. Perubahan perilaku seksual ini oleh para peneliti disebut dengan istilah “resesi seks”.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Robert Bozick diterbitkan di American Journal of Men’s Health (2021) mengungkapkan bahwa Generasi Milenial, terutama mereka yang lahir antara tahun 1985 dan 1994, memiliki tingkat ketidakaktifan seksual terendah. Sementara itu kelompok Generasi Z yang lahir setelah tahun 2000 memiliki tingkat ketidakaktifan seksual tertinggi.

Penelitian yang datanya diolah dari the National Survey of Family Growth (2006–2019) Amerika Serikat ini juga mengungkapkan bahwa pria yang tidak bekerja dan/atau tinggal serumah dengan orang tuanya lebih cenderung tidak aktif secara seksual daripada rekan-rekan mereka yang bekerja dan/atau hidup mandiri dari orang tua.

Menurut Survei Perilaku Risiko Pemuda nasional, sebagaimana dikutip parentmap.com, pada tahun 1991, 54 persen remaja melaporkan setidaknya satu kali berhubungan seksual. Pada tahun 2015, jumlahnya turun menjadi 41 persen. Tren ini paling menonjol di kalangan remaja dan dewasa muda.

Kondisi yang hampir sama dialami oleh orang dewasa.  Penelitian Jean Twenge, seorang psikolog di San Diego State University, menunjukkan bahwa rata-rata orang dewasa Amerika melaporkan berhubungan seks sembilan kali lebih sedikit per tahun sejak akhir 1990-an, dari sekitar 61 kali per tahun menjadi 52 kali per tahun pada awal 2010-an.

Lalu bagaimana prilaku seks mereka setelah datang COVID-19? Sebuah studi tahun 2020 terhadap 1.117 orang menikah berusia 30-50 tahun yang dilakukan oleh Kinsey Institute menemukan bahwa COVID-19 tidak berdampak signifikan pada kehidupan seks mereka.

Tetapi penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa kehidupan pandemi telah menyebabkan penurunan tajam dalam frekuensi dan kualitas seks. Sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti di Indiana University menemukan bahwa hampir setengah dari orang dewasa Amerika telah mengalami penurunan perilaku seksual. Temuan serupa telah muncul dari para peneliti di Australia dan Turki.

Mengapa demikian?

Caroline Kitchener seorang penulis buku dan editor di theatlantic.com menulis sebuah artikel yang berjudul “What’s Causing the Sex Recession?”. Menurutnya, dengan mengutip pendapat Kate Julian, senior Editor di theatlantic.com,  “Masalah ini tidak memiliki sumber tunggal.” Ada sejumlah besar faktor sosial, budaya, dan teknologi bergabung untuk mengurangi dorongan seks kaum muda.  Ia menuturkan ada lima alasan utama orang muda kurang berhubungan seks.

Pertama, orang-orang muda menemukan kesenangan dengan cara lain yaitu dengan melakukan masturbasi. Dengan mengutip data Kate, Dari tahun 1992 hingga 1994 jumlah pria Amerika yang melaporkan masturbasi dalam minggu tertentu meningkat dua kali lipat, menjadi 54 persen, dan jumlah wanita lebih dari tiga kali lipat, menjadi 26 persen. Ini bukan hanya fenomena Amerika. Menurut artikel Economist baru-baru ini, kaum muda di Jepang memandang seks sebagai mendokusai, atau “melelahkan”, alih-alih memilih untuk sering mengunjungi toko onakura, di mana pria membayar untuk masturbasi di depan karyawan perempuan.

Kedua, remaja cenderung tidak berada dalam hubungan jangka panjang. Orang muda lebih cenderung berhubungan seks ketika mereka berada dalam hubungan jangka panjang, kata sosiolog Lisa Wade.

Ketiga, sebagian besar pasangan sekarang bertemu di aplikasi kencan seperti Tinder, Bumble, Cofee Meets Bagel dan lainnya.  Perubahan budaya itu baik untuk beberapa anak muda, yang dapat mengkonfirmasi minat bersama sebelum mereka melanjutkan hubungan. Tapi itu membuat orang lain merasa tertutup dari kencan baru.

Keempat, seks menyakitkan. Tiga puluh persen perempuan mengalami rasa sakit terakhir kali mereka melakukan hubungan seks vaginal, dan 72 persen mengalami rasa sakit terakhir kali mereka melakukan seks anal, menurut sebuah studi 2012 oleh Debby Herbenick, seorang peneliti seks di University of Indiana di Bloomington.

Kelima, orang-orang muda lebih sadar diri. Pada pertengahan 1990-an, sebagian besar sekolah menengah Amerika telah berhenti mengharuskan siswa untuk mandi bersama setelah kelas olahraga. Orang muda mulai sadar akan tubuhnya sendiri sebagai milik pribadinya. Ketika ada kesadaran itu, secara alami akan berkurang untuk memamerkannya ke publik.  

Demikian fenomena menurunnya gairah seksual kaum muda di Amerika Serikat atau disebut oleh peneliti sebagai “resesi seks” dan saat ini sudah merambah ke sejumlah Negara Asia seperti Jepang, China dan Singapura.***

0 0 votes
Article Rating
Visited 1 times, 1 visit(s) today

admin

Admin qobiltu bisa dihubungi di e-mail qobiltu.co@gmail.com

admin
Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x