Sayap-Sayap Do’a di Langit Arafah (Bagian-1) – Berawal dari Mushala
MALAM itu langit terlihat gelap. Ada mendung bergelayut manja. Rembulan tak terlihat menampakan diri, sepertinya ia masih bersembunyi di balik awan. Angin malam menyapa ramah penuh dengan kelembutan. Suhu udara berkisar 24-31 derajat celcius.
Selepas shalat magrib, jum’at 7 Februari 2020, saya langsung pulang dari mushola al-Barkah. Tempat shalat ini lokasinya tidak jauh dari rumah kami yaitu di jalan Pangeran Balekambang. Dari jalan raya Condet sekitar 200 meter.
Saya harus pulang karena ba’da magrib mengajar mengaji anak sendiri yang masih sekolah TK, muraja’ah dan tahsin atau belajar mengeja huruf Arab dengan al-Husna, buku metode belajar mengaji seperti Iqra’.
Terlihat dua orang jama’ah mushola yang saya kenal sedang berbincang tak jauh dari bibir gerbang mushola. Entah apa yang sedang mereka perbincangkan. Sepertinya serius.
Di mushola, meskipun kami hafal muka, tapi soal nama, hanya beberapa orang saja yang tahu namanya. Ironis memang. Tapi itulah kenyataannya.
Ketika saya melintas di dekat mereka, salah seorang jama’ah menyapa saya.
“Nah abang ini barangkali tahu nama Pak Maman dan Ibu Dedeh. Sepertinya suami istri.”
Katanya.
“Iya Bang, itu saya sendiri dan Dedeh istri saya”.
Jawab saya dengan muka penasaran, ada apa gerangan.
“Ini ada undangan untuk Pra-Manasik haji besok.”
Kata salah seorang lagi. Saya tidak asing dengan sosok ini. Ia sering menjadi imam di mushola Al-Barkah dan biasa membaca shalawat ketika maulid atau pengajian rutin di mushola. Ia adalah Ustadz Mulyadi, sosok Ustadz muda panutan warga.Ia memimpin majelis taklim Al-Ummah, majelis taklim untuk belajar mengaji al-Qur’an Bapak-Bapak.
“Saya kebetulan juga sebagai penyuluh agama di KUA Kramat Jati”. Jelasnya.
“Oh ya Ustadz, terima kasih banyak informasinya.” Kata saya dengan perasaan gembira bercampur kaget.
Saya kaget kok baru dapet kabar untuk acara pra-manasik besok. Saya tidak punya firasat apa-apa tentang keberangkatan haji ini.
Sebelumnya memang kami diperkirakan akan berangkat tahun 2020. Kemudian berubah lagi tahun 2021. Sejak saat itu, saya kesulitan mengkases info keberangkatan haji di web Kemenag sampai undangan pra-manasik haji ini datang.
Ketika saya sampai di rumah, saya kabarkan berita gembira ini kepada istri.
“Nda, saya tadi ketemu ustadz Mulyadi. Katanya ada undangan pra-manasik haji besok pagi di Kantor Kecamatan Kramat Jati.”
Istri saya yang tahu prosedur dan administrasi di Kemenag bertanya.
“Ada surat undangan resminya?”
“Gak ada.” Jawab saya, singkat.
“Ustadz Mulyadi kebetulan bekerja di KUA sebagai penyuluh agama”. Kata saya, memperkuat.
Untuk lebih menyakinkan hati, saya coba buka aplikasi cek porsi haji. Ternyata bisa dibuka. Memang kami berangkat tahun 2020 ini.
“Alhamdulillah…..” kami berucap syukur.
Selang beberapa waktu kemudian, Hp saya berbunyi. Ada pesan WhatsApp masuk. Ibu RT kami memberi tahu ada undangan.
“Assalamualaikum…. Pak Maman…mohon ma’af mengganggu. Ini ada yang antar undangan manasik ke saya. Saya foto ya….Karena orangnya mau antar ke rumah tapi hujan.”
Saya jawab.
“Waalaikumssalam. Baik Bu. Makasih banyak.”
Kami semakin yakin dengan adanya undangan resmi dari KUA. Kami memantapkan hati untuk mengikuti pra-manasik tersebut.
Kami pun bersyukur atas kesempatan ini. Kami bersiap untuk mengikuti pra-manasik pertama di Kantor Kecamatan Kramat Jati besok pagi.
Kami malam itu tidur dengan seulas senyum mengembang. Impian kami berangkat ke tanah suci segera terwujud.
Alhamdulillah…
Bersambung…..