6 Tips Menjadi Ayah Teladan

Ilustrasi: freepik.com

Figur pertama dalam keluarga yang tak kalah penting adalah figur seorang ayah. Sebagai seorang pahlawan keluarga, sosok ayah seringkali tak terekam jejaknya, bisa jadi karena peran ayah selama ini seringkali hanya diposisikan sebagai pemberi nafkah sehingga aktivitas yang digambarkan hanya bekerja di luar rumah. Sedangkan sosok ibu, yang diberikan gambaran sebagai pemelihara anak- anak mendapatkan porsi yang dominan, bahkan hadits nabipun menyebutkan nama ibu 3 kali dibanding ayah yang hanya sekali. Padahal interaksi ayah dengan anak menjadi fondasi bagi karakter anak.

Dalam sejarah Islam, yang tidak banyak diketahui, justru dialog tentang ayah lebih dominan dibanding ibu. Disebutkan bahwa dialog tentang ayah mencapai frekuensi 14 kali sedangkan tentang ibu hanya 2 kali. 

Ayah pertama yang menjadi contoh teladan adalah Nabi Adam. Sebagai Nabi pertama, Adam tidak pernah punya public figure untuk bisa belajar bagaimana menjadi ayah yang baik. Ujian pertamanya adalah ketika ada konflik antara anak-anaknya Habil dan Qobil. Meski berujung kepada pembunuhan antara salah satu putranya, Adam digambarkan menjadi ayah yang tak pernah bosan meminta bimbingan Allah dan memohon ampun atas dosa yang dilakukan anak-anaknya.

Sosok lainnya adalah Nabi Nuh, Nabi yang sabar karena ia harus menerima kenyataan bahwa anaknya sendiri durhaka kepadanya dan kepada TuhanNya. Nabi Nuh, diposisikan sebagai Nabi yang harus menghadapi kesombongan putranya, namun ia tetap mengajak putranya kepada kebenaran.

Selain itu ada pula Nabi Ibrahim sebagai sosok bapak bangsa, yang melahirkan generasi Ismail dan Ishak. Kesabarannya menerima ujian dari Allah membuahkan keshalihan kepada anak-anaknya. Juga ada Nabi Ya’qub sebagai Nabi yang sangat pemaaf kepada anak anaknya. Bagaimana ia harus bersabar dan memaafkan kebohongan dan kekejaman anak-anaknya kepada Yusuf putra bungsunya.

Terakhir ada sosok Nabi Muhammad yang selalu menjadi teladan bagi anaknya, terutama Siti Fatimah. Keteladanan Nabi Muhammad terbentuk ketika ia dilahirkan yatim piatu, perihnya hidup tanpa orang tua dan dibimbing oleh kakek dan paman, pun keadaan yang selalu berkekurangan tidak membuatnya kikir justru menjadi sangnat dermawan.

Bangsa Indonesia ini butuh figur- figure ayah teladan. Sosok yang mampu menjadi teladan bagi anak-anaknya. Kedekatan batin tidak bisa dipungkiri harus juga dibarengi dengan kedekatan fisik. Bagaimana ada cerita Lukman Hakim yang sepanjang perjalanannya melakukan musafir terus berdialog dengan anaknya memecahkan masalah dari komentar-komentar masyarakat terhadap mereka selama perjalanan.

Menjadi ayah teladan saat ini mungkin hampir utopis, apalagi di zaman digital seperti sekarang ini keterwakilan fisik seolah-olah cukup dengan munculnya berbagai media komunikasi secanggih IMOO misalnya. Dengan hanya diletakkan di tangan seperti jam tangan, ayah seolah merasa sudah terwakili keberadaannya. Diwakili dengan pertanyaan-pertanyaan sedang apa dan lain sebagainya yang lebih kepada kontrol aktivitas saja, seolah sudah menyelesaikan tanggungjawabnya.

Bagaimana keluarga mampu berkembang sukses sangat tergantung kepada keteladanan seorang ayah yang antara lain misalnya;

1. Ayah harus selalu hadir diantara keluarga karena hadiah terbaik bagi anak adalah kehadiran ayah diantara mereka.

2. Ayah harus mampu menjadi fasilitator bagi anggota keluarga, terutama jika ada konflik antara anak sehingga anak mampu berlatih mencari pemecahan dari konflik yang ada.

3.Selalu ada secara fisik dan jiwa dalam keluarga hingga mungkin akan muncul sebuah ungkapan ‘ayahku, sahabatku’ karena ia ada dalam suka dan duka anak-anak.

4. Menjadi pemaaf nomor satu, jangan sampai selalu ada ungkapan bagi anak “nanti ayah marah”.

5.Menjadi teladan bagi kasih sayang terhadap anak-anaknya yang ini dicontohkan Nabi hingga ada hadits nabi ‘man la yarham la yurham’ tidak disayangi, orang yang tidak menyayangi. Bagaimana ayah meminta kasih sayang kepada anak-anaknya jika ia tidak melimpahkan itu kepada keluarganya.

6.Terakhir tentang kelenturan dan flesibilitas. Sukses menjadi ayah yang baik adalah sukses memberikan fleksibilitas dalam berganti peran pada waktu yang tepat. Ia bisa menjadi komandan bagi kita yang masih anak-anak, mampu menjadi sahabat ketika anak berusia ABG seperti sebuah istilah ‘ayah adalah teman ketika aku kecil, dan ia adalah teman yang kebapakan ketika aku besar’.[]

Daan Dini
Latest posts by Daan Dini (see all)
0 0 votes
Article Rating
Visited 1 times, 1 visit(s) today
Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x