Lowongan Mantu: Menimbang Jodoh

Dialog bernada joke, candaan itu terjadi pekan lalu di whatsApp group (WAG), yang anggotanya kebanyakan santri Ponpes Majlis Ta’lim Al Hikmah (PERMATA) Kajen, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah. Para santri itu sebagian tak lagi sekedar nyantri. Tapi telah mengabdi untuk almamaternya.

Rupanya santri PERMATA adalah santri yang cukup kreatif dan inovatif. Mereka tidak hanya semangat ngaji agama, tapi juga punya ghirah kuat mengembangkan ketrampilan (hard skill) dan jiwa kewirausahaan (soft skill) dengan memaksimalkan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Tak heran, dari sekian Ponpes di Indonesia, mereka salah satu yang didapuk Kemnaker untuk mengembangkan Balai Latihan Kerja Komunitas (BLKK) berbasis komputer.

Kali ini guyonan innocent mereka bukan soal penggunaan office, photoshop, corelDraw, atau adobe premier pro, editing video. Tidak juga tentang inovasi warung kopi, Blues Coffee yang tengah digarap di antara mereka. Kali ini guyonannya soal lowongan kerja jadi mantu.

Tentu dalam kajian keislaman, istilah lowangan kerja jadi mantu, tak asing lagi bagi mereka. “Job vacancy seperti ini pernah dijalani oleh Nabi Musa as. Sengaja atau tidak, mereka memang generasi warasatul anbiyaa’, jadi tak heran jika gaya mereka melempar “joke” mahabbah juga meniru para Nabi.      

***

 “…Berbagi (info lowongan kerja) itu bagus…, carikan lowongan kerja jadi mantu elek-elekkan (seadanya) mas, hahaha…” kata kang Hasan.

“Golek mantu kok elek-elekan, mesti yo emoh (cari menantu kok yang jelek/seadanya, pasti ya dak mau),” jawab kang Arifin.

“Sing apik ketoan kadang blenjani janji (Yang terlihat baik kadang mengingkari janji),” balas kang Hasan.

“Wahhh berarti pean elek yo mas, hehehe (wahh berarti kamu jelek ya mas, hehehe).” gelitik kang Ari.

“Biar tidak terlalu tinggi ekspektasinya.. cari aman tok ae (amannya saja),” bela kang Hasan.

“Job vacancy kelas berat ini guys untuk pak instruktur,” kata Haef.

“Enteng-entengan ae aku.. triman ae sak eneke lan sak duwene (Ringan-ringan saja saya, terima saja seadanya dan sepunyanya).” Tegas kang Hasan.

“Tapi turene kan (tapi katanya) orang tua akan selalu memberi yang terbaik untuk anaknya, bukan yang terburuk, hehehe.” Tandas kang Arifin.

“hehehe…”, tawa kekeh Haef menyimak teman-teman santrinya.

“Sesuatu hal yang jelek tidak buruk kok.. spesifik aja, karena proses dimulai dari yang agak banyak kurangnya, hahaha.” Tukas kang Hasan.

“Yes, You go guys…” Seru Haef menyemangati semua.

“Tergantung penempatan dan pemanfaatannya, apik elek saget dikelola (baik atau buruk bisa dikelola). Tapi kebanyakan ajining rogo soko busono, hehehe (Tapi kebanyakan harga diri itu bersumber dari materi).” Ungkap kang Arifin.

“This is old fashioned guys hehehe (Ini -pertimbangan materi- model lama teman-teman)” Haef berpendapat.

“Angkat tangan aku…,” jawab kang Arifin.

“hehehe… tangklet mawon (tanya saja) sama pak Rifqi yang sudah berpengalaman, kadang berjuang bersama dari nol itu lebih berkah,” terang Haef.

“hahaha, siap nanti dicarikan lowongannya mas,” sambung kang Eka.

“Ramene anyeb-anyeb (ramainya dingin-dingin, musim hujan),” kata pak Rifqi di akhir.

***

Dalam Al Qur’an dikisahkan Nabi Musa as. yang “melarikan diri” dari kejaran persekusi masyarakatnya yang dzalim, sampai pada negeri Madyan. Di sana ia menjumpai dua orang perempuan, yang tengah menunggu giliran memberi minum ternak kambingnya. Mereka menghindari desak-desakan dengan para penggembala lain (laki-laki). Maka Musa pun membantu memberi minum ternak keduanya.

Usai itu, Musa merasa letih dan lapar, namun tidak berani bilang ihwal dirinya. Lalu ia mencari tempat teduh dan berdoa:

“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan (makanan) yang Engkau turunkan kepadaku.” (QS. Al Qashash: 24)

Demikianlah Allah swt. selalu mengetahui apa yang terlahir dan tersimpan dalam dada hambaNya. Dia Maha Mendengar segala do’a yang digumamkan, penuh harap kepadaNya. Lalu Nabi Musa pun diundang untuk menemui Syeikh Madyan, yang tak lain adalah Nabi Syu’aib as.

“Salah seorang dari kedua perempuan itu berkata: “Wahai ayahku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya.” (QS. Al Qashash: 26)

قَالَ إِنِّيٓ أُرِيدُ أَنۡ أُنكِحَكَ إِحۡدَى ٱبۡنَتَيَّ هَٰتَيۡنِ عَلَىٰٓ أَن تَأۡجُرَنِي ثَمَٰنِيَ حِجَجٖۖ فَإِنۡ أَتۡمَمۡتَ عَشۡرٗا فَمِنۡ عِندِكَۖ وَمَآ أُرِيدُ أَنۡ أَشُقَّ عَلَيۡكَۚ سَتَجِدُنِيٓ إِن شَآءَ ٱللَّهُ مِنَ ٱلصَّٰلِحِينَ 

“Berkatalah ia (Syu´aib): “Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik”. (QS. Al Qashash: 27)

“Dia (Musa) berkata: “Itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan.” (Al Qashash: 28)

Status pekerja dan menantu pun didapat Musa as., sekaligus. Sehingga kontrak kerja, akad perjanjian, mitsaqan ghalidza (janji suci yang berat, kuat) yang mereka sepakati telah jadi pelajaran besar buat umatnya. Laa haula walaa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil ‘adziim.

Nampak betul, bahwa bagi pemuda Musa bukan bekal materi yang berat. Akan tetapi akad kontrak perjanjian itu. Sebagaimana beratnya perjanjian pernikahan, di mana Al Qur’an membahasakan sebagai mitsaqan ghalidza. Karena hanya mereka yang bergelar Al Qawiyyul Amiin yang berasal dari golongan minash shaalihiin saja yang mampu menunaikan tanggung jawabnya, di dunia hingga di akhirat kelak.

Itu berarti, dalam timbangan jodoh, alasan bekal materi bukanlah hal mendesak, meski Nabi Muhammad saw. sendiri menganjurkan untuk melihat 4 hal. Karena hartanya, rupanya, nasabnya, dan agamanya. Dan memilih yang berbekal agama cukup adalah termasuk urusan terpenting dari semua. Karena alasan apapun yang dipilih, bisa jadi kelak akan berubah menjadi ujian bagi perjalanan bahtera. 

Anas bin Malik ra. meriwayatkan, suatu ketika Nabi Muhammad saw. bertanya kepada seorang sahabat:

“Kamu sudah beristri?” tanya Nabi. “Tidak, saya tidak punya apapun untuk bekal menikah.” Jawab sahabat. “Bukankah engkau hafal surat Qul Huwallahu Ahad?” tanya Nabi lagi. “Iya.” Jawab sahabat. “Seperempat Al Qur’an. Bukankah engkau hafal surat Qul Yaa Ayyuhal Kaafiruun?” Nabi mengulangi. “Iya.” Jawabnya. “Seperempat Al Qur’an. Bukankah engkau hafal surat Idzaa Zulzilatil Ardlu Zilzaalahaa?” Nabi terus mengulangi. “Iya.” Jawabnya lagi. “Seperempat Al Qur’an. Bukankah engkau hafal Ayat Kursi?” tanya Nabi terakhir. “Iya.” Jawabnya. “Seperempat Al Qur’an. Menikahlah.. Menikahlah.. Menikahlah.” Nabi Muhammad saw. mengulangi perintah itu hingga tiga kali.”

Siapapun yang telah menjadikan keempat surat tersebut sebagai bekal di dada, laki-laki maupun perempuan, maka ia dianggap mampu mengarungi bahtera rumah tangga. Karena Surat Al Ikhlas adalah cerminan ketauhidan. Saat seorang pemuda mengakui bahwa tuhannya adalah Allah yang Maha Esa, dan tidak patut ia atau siapapun meminta kepada selain-Nya, dari sanalah berkah rumah tangga bermula. Karena ia tak hendak menciptakan tuhan-tuhan lain selain Dia, dalam rumah tangganya. Apalagi hendak menuhankan diri, dengan berbuat semena-mena terhadap pasangan. Na’udzu billah min dzaalik.

Surat Al Kafirun dinilai identik dengan tanggung jawab teritorial. Sehingga siapapun akan mengerti konsep batas wilayah. Ia akan menghargai hak orang lain, termasuk istri atau pasangannya, sekaligus dapat melindungi semua anggota keluarga dari angkara dunia. Ia bisa bedakan mana urusannya, mana yang bukan. Mana hal-hal yang butuh kompromi, dan mana perkara prinsipil yang harus tegas ditegakkan.

Surat Al Zalzalah merupakan wawasan eskatologis, bersifat ukhrawi yang membentuk karakter pribadi seseorang. Siapapun yang mengimani hari kiamat, dan episode perhitungan segala amal perbuatan dengan segala konskuensinya, maka masih beranikah melakukan hal-hal yang dilarang Tuhan, termasuk melakukan KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga)? Menelantarkan nafkah pasangan, atau bahkan menganiaya lahir dan batinnya? Tidakkah setiap pribadi hendak ingin menjadi bagian dari orang-orang yang berbuat ihsan? Hal jazaaul ihsaani illal ihsaan? Karena tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan pula (QS. Ar Rahman: 60).

Sedang Ayat Kursi adalah ayat yang jami’ul kalim, mencakup inti dari isi kitab suci. Dengan pengetahuan tentang adanya Dzat Yang Maha Hidup, yang milik-Nya lah segala apa yang ada di langit di bumi, maka siapa pun tak akan bergeming sekalipun rumah tangganya dilanda kemiskinan. Setiap pasangan pasti akan kokoh meyakini, Dia lah satu-satunya Yang Maha terus menerus mengurus makhluk-Nya. Dan tak satupun yang akan ditelantarkan-Nya, selama mereka tetap berusaha tanpa kenal putus asa.

Akhirnya, tak ada yang lebih diunggulkan Nabi saw. dari pemuda kaya raya, berpangkat dan terhormat. Atau pun pemuda miskin yang tak memiliki apa-apa. Yang dibutuhkan untuk “lowongan kerja” membangun rumah tangga, adalah setiap laki-laki dan perempuan yang beriman dan bertaqwa hanya kepada Allah ‘Azza wajalla. Yang distempel layak adalah mereka yang memiliki jiwa yang hanya bersandar kepada Tuhan, Rabbul ‘Izzah saja.

Jadi, menikahlah dengan “jiwa” yang memiliki kompetensi, soft skill, yang tidak hanya duniawi melulu namun ukhrawi yang mumpuni. Karena jiwalah inti kehidupan. Dengan begitu, semoga tercapai semua tujuan pernikahan, meneruskan kalimat tauhid, melanjutkan garis keturunan, membangun generasi dzurriyyatan thayyibah, yang meraih ridha Allah swt. dunia hingga akhirat terus bersama. Wallahu a’lam bis shawab.[]                       

Hafidzoh Almawaliy Ruslan
Latest posts by Hafidzoh Almawaliy Ruslan (see all)
0 0 votes
Article Rating
Visited 1 times, 1 visit(s) today

Hafidzoh Almawaliy Ruslan

Freelancer. Mantan Redpel Swara Rahima, Jakarta. Gabung di komunitas Youth Peace, Tolerance, and Feminism Movement, Indonesia.

Hafidzoh Almawaliy Ruslan
Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x