Ayah dan Ibu Mau Jadi Sahabat Anak? Intip 9 Tips Ini Yuk! (Bagian 2-Habis)

Ilustrasi: freepik.com

Di edisi tulisan sebelumnya dibahas 4 tips agar orang tua bisa menjadi sahabat untuk buah hati mereka, mulai jangan pernah mengumbar janji bila ayah dan ibu tidak bisa menepatinya, jangan malu untuk mengakui kesalahan dan meminta ma’af kepada putera puteri kita, jangan pernah lelah untuk menjawab semua pertanyaan yang anak-anak lontarkan, jawab pertanyaan mereka dengan tepat dengan bahasa yang mereka fahami, dan selalu ber-terima kasih atas pertolongan yang diberikan Anak kepada kita.

Berikut 5 tips lain yang bisa menjadikan ayah dan ibu sahabat terbaik bagi buah hati tercinta.

5. Lebih merespon ketika Anak berbuat positif daripada ketika anak berbuat negatif

Disadari atau tidak, ketika anak seharian tidak rewel, atau pada saat anak bangun tidur kemudian membereskan tempat tidurnya sendiri, bahkan pada saat anak mampu menyelesaikan pekerjaan rumahnya sendiri, tidak ada komentar ataupun pujian yang terlontar sedikitpun dari ayah dan ibu atas tindakan mereka. Ayah dan Ibu hanya diam saja, karena merasa memang hal tersebut sudah seharusnya dilakukan oleh seorang anak.

Akan tetapi, berbeda ketika anak melakukan sedikit saja tindakan yang negatif, orang tua akan langsung meresponnya sekalipun di hadapan orang lain. Hal ini selain akan menyebabkan anak merasa malu dan tidak dihargai, malah anak akan cenderung mengulangi tindakan negatifnya tersebut untuk sekedar mendapatkan perhatian orang tua mereka, karena mereka berfikir bahwa jika mereka melakukan tindakan yang ayah dan ibu tidak suka maka akan langsung mendapatkan perhatian dari orang tua mereka daripada jika mereka menjadi seorang anak yang baik.

6. Lebih baik melakukan tindakan daripada sekedar kata-kata

Banyak orang tua yang cenderung banyak berbicara tapi lupa tidak dibarengi dengan tindakan yang nyata ketika menangani seorang anak. Contohnya, “Kakak! ini sepatunya ditaruh di mana? Sana taruh di tempatnya!” Ungkapan ini sering terdengar diucapkan ibu-ibu saat menemukan anaknya pulang sekolah. Akan tetapi, ucapan atau respon tersebut tidak dibarengi dengan tindakan untuk segera menangani anak, hanya sekedar kata-kata yang bisa jadi tak dihiraukan anak-anak. Anak akan cenderung melakukan hal tersebut karena takut dan tidak menjadi kebiasaan baik mereka.

Maksudnya, akan lebih efektif jika ibu selain mengajak anak melakukan sesuatu sambil dibarengi dengan membantu melakukan pekerjaan yang dimaksud bersama anak sehingga yang tertanam di benak anak pembiasaan baiknya, bukan kata-kata perintahnya. Misalnya dengan “Ayo Kak, Ibu bantu merapikan barang-barang mu.” sambil melakukan tindakan tersebut bersama anak.

7. Tidak memberikan “label” khusus pada Anak

Dalam keluarga, biasanya setiap anak mempunyai nama panggilan berdasarkan kebiasaan atau keadaan waktu kecil. Hal tersebut pada awalnya tidak dimaksudkan buruk, melainkan bentuk rasa sayang ayah, ibu dan keluarga dan penerimaan terhadap anak apa adanya. Akan tetapi, tanpa disadari, pemberian ‘label’ semacam itu dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak bahkan bisa merusak citra diri anak tersebut, secara positif maupun negatif.

  Contohnya, anak yang mendapat panggilan ‘gendut’ bisa jadi ia menjadi pemalu dan tidak mau bergaul karena predikat itu, atau anak yang mendapat julukan ‘malas’ atau ‘bodoh’ bisa jadi mereka tidak mau mengubah diri mereka karena dalam pikiran mereka berbuat apapun toh ia akan tetap dikatakan sebagai anak pemalas atau anak bodoh. Oleh karena itu, berhentilah melabeli anak dengan panggilan khusus, terlebih label yang negatif.

8. Selektif dalam mengucapkan kata “Jangan”

Saat Ayah dan Ibu melarang sesuatu kepada Anak, maka serta merta kata ‘jangan’ akan terucap. “jangan bermain di luar, di sini saja”, “jangan makan permen”, dan masih banyak lagi kata ‘jangan’ yang sering terlontar dari ayah dan ibu. Ketika ayah dan ibu melarang anak melakukan sesuatu dan mengatakan ‘jangan’, dampaknya hal tersebut akan direspon oleh anak dengan melakukan larangan tersebut, karena mereka menjadi penasaran mengapa dilarang melakukan hal tersebut.

Berbeda dengan bila ayah dan ibu mengatakan “kakak mainnya di dalam rumah saja, di luar udaranya dingin, kan habis hujan”. Larangan tersebut akan lebih efektif jika ayah dan ibu mengatakannya dalam kalimat positif dengan menjelaskan alasannya.

9. Senantiasa senyum dan memberikan sentuhan fisik

Anak akan tumbuh dengan emosi yang positif ketika ayah dan ibu mereka banyak tersenyum kepada mereka. Ayah yang bahagia dan ibu yang bahagia lebih dibutuhkan oleh anak-anak. Anak yang sempurna sekalipun saat ia tidak pernah menerima senyum kasih sayang dari orang tua mereka sehingga merasa tidak bahagia maka akan merusak tumbuh kembang jiwa dan mentalnya di kemudian hari. Senyum adalah sedekah dan simbol sederhana menebar kebahagiaan.  

Selain itu, belaian singkat dan ciuman juga sangat dianjurkan untuk diberikan kepada anak. Hal ini selain dirasakan anak sebagai bentuk rasa sayang orang tua kepada mereka juga akan memberikan rasa aman. Misalnya, ayah dan ibu memberikan anak ciuman dan belaian saat anak berbuat baik atau saat anak hendak berangkat ke sekolah. Akan tetapi, ayah dan ibu juga harus selektif dalam melakukannya. Artinya, ayah dan ibu juga harus memahami tahap perkembangan anak, karena bisa jadi sejalan dengan bertambahnya usia anak menjadikan anak akan merasa malu dengan cara ayah dan ibu mengekspresikan rasa sayang tersebut kepada mereka, terutama di hadapan teman-temannya.

Semua ayah dan ibu pasti selalu berusaha menjadi sahabat untuk buah hati mereka, bagaimana dengan Anda?

Silvia Rahmah
0 0 votes
Article Rating
Visited 1 times, 1 visit(s) today

Silvia Rahmah

Magister Pendidikan Quran Hadis. Berpengalaman di dalam dunia jurnalistik dan editor di sejumlah penerbit nasional. Ia juga menyukai pengasuhan anak-anak atau parenting.

Silvia Rahmah
Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x