Merancang Visi Pendidikan Keluarga

Ilustrasi: freepik.com

Diawali Visi Keluarga

Layaknya sebuah organisasi ternyata keluarga sebagai organisasi terkecil dalam masyarakat perlu juga menentukan visi dan misinya, terutama visi pendidikannya. Visi dapat diibaratkan gambar sebuah rumah dimana kualitasnya sangat tergantung kepada bahan untuk membangun fondasi fondasinya pun harus melewati tahapan tahapan agar terbangun dengan baik dan kuat. Jelas tanpa adanya sebuah gambar maka membangun rumah akan sangat membingungkan, begitulah sebuah visi dalam keluarga dibutuhkan paling tidak sebagai gambaran untuk sama-sama menjadi panduan anggota keluarga mau seperti apa keluarga yang akan dibina.

Hal yang sangat biasa terjadi adalah melepaskan masa jomblo dan menjadi sepasang suami istri untuk sebuah keluarga terjadi begitu saja tanpa didahului sebuah diskusi mendalam apa tujuan pernikahan yang dilaksanakan. Padahal idealnya pada awal pernikahan suami istri menyempatkan waktu untuk menyusun bersama visi keluarga yang akan mereka berdua bangun.

Dalam kondisi rileks visi ini dimusyawarahkan berdua lalu dituangkan dalam bentuk tulisan. Masing-masing menyampaikan keinginannya dan gambaran indah yang pernah dimimpikan sebelum berkeluarga. Setelah itu disimpulkan dengan mengakomodir impian kedua belah pihak tentunya. Termasuk di dalamnya visi pendidikan, yaitu mau bagaimana mendidik anak, mau didaftarkan di sekolah apa, umum atau keagamaan, capaian dan cita cita anak dicoba digali dengan mencoba menggali minat dan bakat dan lain sebagainya.

Merancang Visi Pendidikan

Visi pendidikan keluarga adalah sebuah rumusan sederhana yang merangkum apa yang terpenting dalam pendidikan anak. Dalam sebuah keluarga biasanya pendidikan identik dengan pemilihan sekolah padahal tidak sesederhana itu. Bahwa pendidikan yang pertama dan utama adalah di rumah inilah yang harus digarisbawahi oleh setiap orang tua dalam keluarganya.

Sebagai orang tua seringkali kita terjebak pada situasi ‘euphoria’ lalu membandingkan anak sendiri dengan anak orang lain. Sering juga kita ikut ikutan misalnya ketika ada olimpiade matematika maka mendadak heboh memasukkan anak di klub matematika, melihat tetangga menjadi hafiz qur’an, menjadi penari dan lain sebagainya. Seolah memang orang tua selalu latah yang hal ini harusnya dihindari.

Jika orang tua memiliki visi pendidikan yang jelas maka ia tidak akan terombang ambing dalam kelatahan tadi tetapi ia akan fokus pada bagaimana menggali potensi minat dan bakat anaknya. Bagi keluarga dengan visi pendidikan yang jelas maka fokus utama mereka bukan pada prestasi orang lain tetapi justru kepada kemampuan anak. Orang tua dengan visi pendidikan yang mumpuni akan mampu selalu merasa bangga terhadap anaknya karena target yang dibangun adalah melejitkan kemampuan anak untuk mampu menghadapi tantangan di masa depannya.

Orang tua seperti ini tidak akan pernah merasa khawatir jika anaknya tidak berprestasi gemilang tapi akan selalu memotivasi untuk terus selalu memiliki daya juang dan mental sportif. Dengan memiliki visi pendidikan maka orang tua akan fokus pada  visi pendidikan mereka sendiri dan tidak pernah merasa iri dengan prestasi anak orang lain.

Di sini pula bahwa orang tua berperan dalam meneguhkan karakter percaya diri pada anak mereka dan karakter be my self, jadi diri saya sendiri dengan fokus pada keunggulan diri bukan iri kepada keunggulan anak lain.

Visi pendidikan keluarga jika diterapkan maka sebuah keluarga tidak akan latah mengitu trend karena faham betul arah pendidikan yang diterapkan sehingga anak-anak akan lebih terarah dan tenang. Hasilnya fokus pada potensi anak dan kualitas sebagai keluarga.

Merumuskan Visi Pendidikan Keluarga

Sebagai orang tua, merumuskan visi pendidikan keluarga harus dimulai dengan saling memahami karakter satu sama lain dan berdasarkan kesepakatan bersama. Mempertimbangkan potensi anak juga menjadi hal yang sangat penting untuk dilakukan. Lakukanlah :

  1. Mengajak anak untuk berimajinasi jika mereka besar nanti apa yang ingin mereka lakukan atau profesi apa yang ingin mereka raih.
  2. Perhatikan karakter anak
  3. Lihatlah kemungkinan yang akan dihadapi anak di setiap pertambahan  usianya
  4. Selalu diskusi tentang fokus yang ingin diraih anak dan selalu memotivasi jika ada hambatan
  5. Hal yang paling jarang dilakukan adalah menuliskan visi pendidikan kelurga di rumah. Dengan menuliskannya maka kita akan selalu termotivasi melaksanakannya.

Contoh visi pendidikan keluarga misalnya menjadi keluarga dengan karakter anggota yang berkepribadian yang egaliter, terbuka, ulet, jujur dan mampu bersaing di era digital. Egaliter dan terbuka menjadi salah satu indikator untuk pribadi yang toleran sehingga apapun profesi yang akan diraih anak ia akan tetap pada koridor menghargai perbedaan.

Daan Dini
Latest posts by Daan Dini (see all)
0 0 votes
Article Rating
Visited 1 times, 1 visit(s) today

Daan Dini

Mantan redaktur pelaksana Swara Rahima, founder Aminhayati Educares dan dosen di STAI Haji Agus Salim.

dini khairunida
Subscribe
Notify of
0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
0
Would love your thoughts, please comment.x
()
x